Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18.
“Terus apa kamu mau Sayang? Aku sudah memberi kan satu kotak perhiasan dan uang yang sangat banyak bisa kamu gunakan belanja di mall kota sesuka hati kamu.. bisa kamu gunakan untuk pergi ke salon kapan saja.. mobil dan sopir juga siap mengantarmu. Kalau pergi berwisata untuk berbulan madu menunggu kerjaanku selesai dulu.. “ ucap Juragan Sukron sambil membuka kerudung Mona tetapi tangan nya dikibaskan oleh Mona.
“Bukan itu semua, aku ingin tempat makam di desa luh sari kita beli.” Ucap Mona sambil bangkit berdiri.
Juragan Sukron membulat kedua matanya mendengar kemauan Mona yang tidak wajar.
“Sayang buat apa kita tempat pemakaman itu? Ini jelas jelas tidak boleh melanggar aturan tempat makam itu untuk umum untuk fasilitas warga desa Luh Sari.” Ucap Juragan Sukron ikut bangkit berdiri dan melangkah di belakang Mona.
“Aku tidak mau tahu pokoknya Ama Juragan beli tempat makam itu dan beri pagar tembok yang tinggi dan buat pintu gerbang dari besi baja digembok dan beri kunci gembok itu ke pada ku... baru Ama Juragan bisa membuka gembok ku ini.” Ucap Mona sambil memegang bagian tubuh bawah nya yang paling sensitif nya..
Juragan Sukron hanya bisa geleng geleng kepala..
Sementara itu di lain tempat di bumi alam nyata, tepatnya di rumah kost tiga gadis manis. Windy kini lebih merasa nyaman tinggal di situ.. dua pemuda yang diikutinya sering datang ke kost tiga gadis manis itu. Dan penghuni kost, dilihat nya baik hati seperti Ibu nya.. dan ketiga gadis itu melakukan sembahyang seperti Ayah nya..
“Kapan ya Ibu juga sembahyang seperti mereka.. semoga suatu saat kalau aku bertemu Ibu aku bisa mengajak Ibu sembahyang seperti Ayah mengajak aku... “ suara imut Windy di dalam hati. Dia masih dalam mode tidak menampakkan diri pada manusia.
“Hmmm benar kata Ayah, tidak bisa mengandalkan pertolongan Sang Ratu.. “ suara imut Windy di dalam hati lagi yang teringat nasihat Sang Ayah, dan sudah terbukti di saat dia membutuhkan bantuan Sang Ratu sibuk dengan rencana pernikahan putranya.
Windy pun lantas pergi keluar dari rumah itu untuk mengambil buah buahan yang jatuh dari pohon.
“Aku kan tidak boleh mencuri, lebih baik mengambil buah yang jatuh.. makan harus barang halal kata Ayah.. hi... hi....hi.....” suara imut Windy sambil memungut buah jambu biji yang jatuh dari pohon di kebun belakang rumah kost tiga gadis manis. Dia tidak mau mengambil makanan yang ada di dalam rumah.
“Kalau buah jatuh dari pohon itu, pohon nya saja sudah merelakan hi....hi.... hi.... hi.... “ suara imut Windy lagi sambil mengusap usap buah jambu dengan tangan mungilnya dan..
HAP
Mulut mungil Windy bergerak gerak mengunyah buah jambu tanpa bersuara dan mulut mungilnya tetap tertutup. Dia sudah diajari oleh Sang Ibu kalau mengunyah makanan mulut tidak boleh terbuka dan tidak boleh bersuara.
Sesaat Windy mendengar suara motor masuk ke dalam halaman rumah itu..
“Ahhh itu pasti Kakak yang tampan itu datang.. aku suka dengan Kakak itu, lucu namanya pun juga lucu Pung Pung hi.... hi...hi.... aku mau lihat dia.” Suara imut Windy lagi lalu dia berlari menuju ke halaman rumah untuk melihat siapa yang datang.
Dan benar yang datang adalah salah satu dari dua pemuda yang sembahyang di atas karpet di ruang depan rumah kost tiga gadis manis. Bibir Windy tersenyum lebar melihat sosok pemuda itu. Namun pemuda itu tidak melihat sosok Windy.
Windy pun terus mengikuti pemuda itu masuk ke dalam rumah kost tiga gadis manis. Windy ikut duduk di samping pemuda itu ikut mendengarkan perbincangan pemuda itu dengan dua gadis penghuni kost yang sepertinya mereka semua sedang membicarakan persiapan untuk pergi ke pesta pernikahan temannya.
“Wow mereka akan datang di pesta aku harus ikut dong.. pasti banyak sisa makanan enak yang terbuang buang..” suara imut Windy di dalam hati dan kedua matanya berbinar binar.
Sedangkan di lain tempat masih di alam nyata di bumi yang sama.. Lingga Sari masih berada di hutan untuk merawat Kakek. Dia tidak tega hati untuk meninggalkan kakek itu seorang diri di hutan di saat kondisi kesehatannya belum pulih..
Dan waktu pun terus berlalu, kesehatan Kakek pun berangsur angsur pulih. Luka luka sudah mengering semua dan sudah tertutup oleh jaringan kulit baru. Tubuh kakek pun sudah segar berisi tidak kurus kering lagi. Tetapi pakaian masih sama masih kumal dan compang camping, karena tidak ada baju penganti.
“Kakek, Aku bantu Kakek duduk dan kita makan. Kalau makan sambil duduk lebih baik Kakek.. dan Kakek juga harus latihan bergerak dan berjalan agar semakin sehat.. “ucap Lingga Sari sambil membantu kakek itu untuk duduk.
Kakek itu tersenyum tetapi belum juga mau berbicara pada Lingga Sari. Dia sekarang sudah tidak pernah mengucapkan kata aduh haus dan lapar. Lingga Sari selalu memberikan makanan dan minuman pada Kakek.
“Di makan Kek, sudah bisa makan sendiri kan. Ini ikan nya duri durinya sudah aku ambil.. hmmm aku jadi teringat Windy anak ku Kek.. kalau Kakek sudah kuat berjalan aku antar ke rumah Kakek dan Aku juga akan pulang menemui anak dan suami ku Kek..” ucap Lingga Sari sambil memberikan ikan bakar dan ubi bakar yang ditaruh di atas daun lebar. Kakek itu menerima dan mulai memakannya tetapi mulut nya masih saja diam membisu.
“Kakek jangan takut takut pada aku, namaku Lingga Sari, aku akan mengantar Kakek sampai rumah Kakek . Kakek nama nya siapa?” tanya Lingga Sari lagi berusaha agar Kakek itu mau bicara, tetapi Kakek tetap diam saja..
“Kenapa Kakek ini diam terus ya.. apa dia sudah tidak punya rumah. Kalau tidak punya rumah apa dia mau aku ajak ke kerajaan Sang Ratu? Tapi apa Sang Ratu mau menerima, kalau dia sudah tidak bisa kerja apa apa?” Gumam Lingga Sari di dalam hati.
Tidak lama kemudian mereka berdua pun selesai makan.
“Kek, aku tinggal ke sungai dulu ya.. aku mau cari ikan untuk makan nanti malam.” Ucap Lingga Sari sambil bangkit berdiri, kakek itu hanya menjawab dengan anggukan kepala.
Lingga Sari pun cepat cepat pergi ke sungai untuk mencari ikan dan air.
Di saat sudah sampai di tepi sungai, mata Lingga Sari berbinar binar saat melihat banyak ikan besar besar.
“Wah rejeki harI ini, itu ikan besar besar yang durinya hanya di tengah, aku tidak perlu repot repot untuk mengambil duri yang kecil kecil.” Gumam Lingga Sari sambil tersenyum senang. Dia pun cepat menancapkan tongkat ranting pada tubuh ikan yang besar itu. Dan sukses ikan bisa dia tangkap.
“Cukup satu ikan saja, besok cari lagi..” gumam Lingga Sari karena ikan itu lumayan besar sudah mengenyangkan buat dia dan Kakek. Lingga Sari pun segera meninggalkan sungai itu, karena dia masih punya stok buah buahan. Lingga Sari berjalan cepat menuju ke tempat Kakek berada.
“Kakek aku dapat ikan besar...” teriak Lingga Sari saat sudah berada di dekat pohon besar tempat Kakek berbaring.
Akan tetapi betapa kagetnya Lingga Sari saat yang berada di bawah pohon itu bukan kakek yang dia rawat selama berhari hari...
Lingga Sari menoleh ke kiri dan kanan tidak melihat sosok Kakek yang memakai baju compang camping..
Perasaan hati Lingga Sari pun mulai tidak nyaman, dia merasa ada sesuatu yang tidak beres.. Lingga Sari memundurkan langkahnya..