NovelToon NovelToon
Forbidden Love

Forbidden Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang
Popularitas:411
Nilai: 5
Nama Author: Fallenzio

seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 22

Delvin dan Nabillah masih berada di taman rumah sakit. Delvin memeluk Nabillah dari samping, sementara Nabillah terus menampilkan senyuman sejak tadi.

Setelah beberapa saat, Delvin melepaskan pelukannya, membuat Nabillah menoleh ke arahnya.

"Sudah malam, kamu harus istirahat, Sayang," ujar Delvin lembut.

"Tapi Nabillah belum mengantuk, Kak," jawabnya.

"Tidak, Sayang. Kamu harus istirahat supaya cepat sembuh," ucap Delvin dengan tegas.

Nabillah cemberut, tetapi akhirnya ia menurut pada perkataan kekasihnya. Mereka pun kembali ke kamar rawat Nabillah, dengan Delvin yang memegang selang infusnya dengan hati-hati.

Sesampainya di ruang perawatan Nabillah, seperti biasa, Delvin bersalaman dengan keluarga Nabillah. Di sana juga ada Hani dan Pipah bahkan Daffa sudah ada di sana.

Setelah bersalaman, Delvin membantu Nabillah berbaring di ranjangnya.

“Delvin, terima kasih ya, Nak,” celetuk ibu Nabillah.

Delvin menoleh dan tersenyum. “Sama-sama, Bu. Kalau begitu, saya pamit pulang, ya,” ucapnya.

“Hati-hati, Nak,” balas ibu Nabillah.

Delvin mengangguk, lalu bersalaman dengan orang tua Nabillah dan abangnya.

Kemudian, ia beralih ke Nabillah. “Aku pulang dulu, ya. Besok aku ke sini lagi,” ujarnya lalu mencium kening Nabillah.

Nabillah mengangguk, lalu bersalaman dengan Delvin. Semua yang hadir tersenyum bahagia.

Setelah berpamitan, Delvin keluar dan berjalan menuju rumahnya. Namun, tampaknya ia tidak jadi pulang untuk beristirahat karena ada rapat mendadak yang harus dihadiri.

Delvin pun memutuskan pergi ke sebuah kafe tempat ia sudah membuat janji dengan anak buahnya.

Beberapa menit kemudian, Delvin sampai di lokasi. Ia turun dari mobil, lalu masuk ke dalam kafe, di mana beberapa anak buahnya sudah menunggu.

“Sudah semua, kan?” tanya Delvin setelah menghampiri mereka.

“Sepertinya sudah, Bang. Tapi kenapa kita diajak ke sini, Bang?” tanya Jefri, salah satu anak buah Delvin.

“Tidak ada apa-apa, sih. Cuma gue mau traktir kalian semua karena performa kalian bagus. Tolong dipertahankan, ya. Selain itu, ada sedikit tambahan yang mau gue sampaikan,” jawab Delvin sambil menjelaskan tujuan rapat tersebut.

Setelah penjelasan selesai dan mereka semua mengerti, akhirnya mereka memesan makanan dan minuman yang mereka inginkan.

Sementara itu, Delvin tidak lupa memberi tahu Nabilla bahwa ia sedang bersama anak buahnya.

“Oh iya, besok Sanda, Deva, dan Jefri, kalian coba cari data di Serang. Gue sudah menyiapkan rumah untuk kalian tinggal di sana,” ucap Delvin.

“Kapan, Bang? Mendadak banget,” jawab Sanda dengan nada protes.

“Kalau bisa besok. Dan satu lagi, di rumah itu ada beberapa kamar. Kalian bertiga tinggal pilih, tapi kamar dengan pintu yang ada tulisan ‘Nabillah’ itu kamar gue,” jelas Delvin dengan tegas.

“Nabillah? Wah, itu siapa, Bang?” goda Deva sambil tersenyum lebar.

“Kepo banget, lo,” jawab Delvin singkat, membuat Deva tertawa cekikikan.

Akhirnya, mereka pun mulai menikmati makanan yang sudah mereka pesan. Suasana di meja menjadi santai, diiringi tawa dan candaan yang terkadang tidak masuk akal.

Meskipun obrolan mereka terkesan ringan dan penuh canda, kebersamaan itu terasa hangat. Semua terlihat menikmati waktu mereka, melupakan sejenak rutinitas kerja yang melelahkan.

.

Setelah berkumpul dengan anak buahnya, Delvin akhirnya berpamitan pulang lebih awal. Tentu saja, semua tagihan di kafe sudah dibayarnya.

Tidak butuh waktu lama, Delvin tiba di rumah. Di ruang tengah, ia disambut oleh Mama Ey yang sedang menonton televisi.

“Kamu habis dari mana, Nak?” tanya Mama Ey saat melihat Delvin melintas di hadapannya.

“Ngumpul, Ma, sama teman kerja Delvin,” jawab Delvin sambil bersalaman dengan Mama Ey.

“Bagaimana keadaan Nabillah?” tanya Mama Ey tiba-tiba.

“Sudah mendingan kok,” jawab Delvin, membuat Mama Ey tersenyum lega.

“Sini duduk, Mama ingin bicara denganmu,” ucap Mama Ey sambil menepuk sofa di sebelahnya, memberi isyarat agar Delvin duduk.

“Ma, Delvin tahu apa yang Mama mau bicarakan, tapi tolong biarkan seperti ini dulu,” jawab Delvin, langsung menebak maksud ibunya.

“Dan tolong bilang ke Papa jangan lagi menjodohkan aku dengan wanita yang tidak aku suka,” lanjutnya tegas, lalu berjalan meninggalkan Mama Ey.

Mama Ey hanya bisa menatap lirih punggung Delvin yang perlahan menjauh. Detik berikutnya, ia terkejut mendengar pintu kamar Delvin ditutup dengan keras. Ia paham, mungkin anaknya hanya terlalu lelah.

Sebagai seorang ibu, Mama Ey juga merasa tidak tega melihat Delvin terus-menerus tertekan oleh aturan suaminya. Namun, ia tidak memiliki kuasa untuk berbuat banyak.

Di sisi lain, Delvin langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia menghela napas panjang, merasa bahwa hari ini adalah hari yang sangat melelahkan baginya. Namun, saat mengingat pertemuannya dengan Nabillah tadi, rasa lelah yang dirasakannya tiba-tiba sirna.

“Jadi kangen sama bocil aku yang satu itu,” gumamnya sambil membayangkan senyuman Nabillah yang terus terlintas di pikirannya.

“Kamu benar-benar sudah bikin aku jatuh cinta sejadi-jadinya, Bill,” lanjutnya sambil menatap langit-langit kamar.

Setelah beberapa saat, Delvin bangkit dari tempat tidurnya dan melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Usai membersihkan diri, ia segera memberi kabar kepada Nabillah sebelum akhirnya tertidur lelap.

TBC...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!