Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan
"Akhirnya kita bisa menyingkirkan Amira dari rumah ini," ucap Bu Rianti. Dia tampak puas setelah kepergian Amira.
"Iya Ma, kakak ku yang bodoh itu, percaya saja apa yang kita ucapkan. Dia tidak tahu saja, kalau Amira sebenarnya tidak berselingkuh. Apalagi hamil sama orang lain," ucap Desti.
"Mama kan memang sengaja melakukan ini, karena mama sebel banget sama Amira. Sejak menikah dengan Amira, kakak kamu lebih peduli pada Amira dari pada sama kita. Dan sejak awal dia masuk ke rumah ini, Mama juga sudah tidak suka sama wanita kampung itu."
Reifan terkejut saat mendengar percakapan diantara ibu dan adiknya. Gara-gara mereka, rumah tangga Reifan dengan Amira hancur. Dan sudah tidak ada yang bisa diperbaiki lagi sekarang.
Dulu Reifan mengira, Amira berselingkuh dengan lelaki lain dan dia juga sempat mengira kalau anak yang ada bersama Amira bukanlah anaknya melainkan anak lelaki lain. Dan ternyata semua itu hanyalah jebakan ibu dan adiknya sendiri yang tidak menginginkan Amira bersama Reifan.
Reifan tidak tinggal diam. Dia buru-buru menghampiri ibunya.
"Oh, jadi selama ini kalian yang sudah memfitnah Amira. Kalian yang sudah menjebak Amira?" Reifan menatap Bu Rianti dan Desti bergantian. Dia tampak sangat marah pada mereka.
Bu Rianti dan Desti terkejut saat melihat Reifan.
"Re...Reifan. Kenapa kamu belum berangkat ke kantor," ucap Bu Rianti tampak gugup.
"Ma, kalau aku tidak kembali ke sini, aku tidak akan mendengar percakapan kalian. Aku benar-benar kecewa sama kalian. Tega sekali kalian memfitnah Amira seperti ini. Aku tidak akan pernah memaafkan kesalahan kalian," ucap Reifan
Reifan buru-buru keluar dari rumahnya. Dia masuk ke dalam mobilnya dan meluncur pergi meninggalkan rumah.
Bu Rianti dan Desti saling menatap.
"Ma, gimana ini. Kak Rei kayaknya marah banget sama kita," ucap Desti.
"Sudahlah, biarin saja dia. Nanti kita fikirkan lagi cara untuk membujuk kakak kamu."
Bu Rianti dan Desti selama ini memang tidak pernah menyukai Amira. Sudah sepuluh tahun sejak Amira tinggal bersama mereka, mereka selalu mencari cara untuk memisahkan Amira dari Reifan. Dan mereka sudah berhasil membuat Reifan mentalak Amira sampai ke tiga kalinya.
Setelah tahu kejahatan ibu dan adiknya, Reifan tidak tinggal diam. Dia buru-buru pergi mencari Amira dan anaknya. Reifan tidak tahu ke mana Amira pergi.
Sejak Amira dan anaknya pergi, Reifan sama sekali tidak ingin mencarinya. Namun setelah dia tahu kejahatan yang ibunya lakukan, dia ingin menemui Amira untuk meminta maaf padanya.
"Ah, sial! kenapa aku nggak percaya sama Amira. Kenapa aku lebih percaya sama Mama. Seandainya aku tahu kalau ini semua rencana Mama..."ucap Reifan di sela-sela menyetirnya.
Reifan mengambil ponselnya untuk menelpon asistennya.
"Halo Pak Reifan."
"Saya ada tugas untuk kamu Dit. Cari keberadaan Amira sekarang juga."
"Untuk apa mencari Bu Amira. Bukannya Pak Reifan sudah bercerai dengan Bu Amira."
"Tidak usah banyak protes. Cepat temukan Amira sekarang juga!"
"Baik Pak, baik!"
Setelah menelepon asistennya, Reifan kembali fokus menyetir. Hari ini Reifan tidak akan pergi ke kantor, melainkan ingin fokus mencari Amira.
"Ke mana aku harus mencari Amira. Amira itu kan yatim piatu. Sejak kecil dia sudah hidup di panti asuhan. Tidak ada orang tua ataupun saudara. Haruskah aku mencarinya di panti asuhan," gumam Reifan.
***
Reifan sudah sampai di sebuah panti asuhan di mana pertama kalinya dia dan Amira bertemu. Reifan buru-buru turun dari mobilnya. Dia melangkah sampai ke teras rumah panti itu.
Reifan mengetuk pintu. Seorang wanita tua terkejut saat melihat Reifan.
"Nak Reifan. Ada apa?"
"Saya mau mencari Amira."
"Amira tidak tinggal di sini. Saya dengar, kalian sudah bercerai?" tanya Bu Lekha wanita tua yang tak lain adalah ibu panti.
Reifan mengangguk.
"Apa ibu tahu di mana dia tinggal sekarang? apakah dia pernah datang ke sini sebelumnya?"
"Masuk dulu Nak. Kita bicara di dalam saja."
Reifan mengangguk. Setelah itu dia masuk mengikuti Bu Lekha.
"Duduk dulu Nak."
"Iya Bu."
Reifan kemudian duduk. Begitu juga dengan Bu Lekha. Dia juga ikut duduk di dekat Reifan.
Bu Lekha menghela nafas dalam.
"Sudah dua tahun, kamu dan Amira tidak pernah berkunjung ke panti ini. Kemarin Amira ke sini. Dan ibu terkejut waktu Amira bilang kalau kamu sudah menceraikan Amira."
Reifan diam. Matanya berkaca-kaca saat Bu Lekha menceritakan tentang Amira.
"Semua ini memang salah aku Bu. Selama ini aku tidak pernah percaya sama dia. Aku lebih percaya sama ibu dan adik aku. Aku benar-benar menyesal sekarang karena sudah menceraikan Amira," ucap Reifan penuh penyesalan.
"Apa yang sebenarnya terjadi Nak? Selama ini, Amira tidak pernah cerita apa-apa sama ibu. Cuma kemarin dia bilang kalau dia sudah bercerai dari kamu dan sudah tidak bersama lagi. Tapi dia juga tidak pernah cerita tentang masalahnya."
"Amira memang wanita yang baik. Dia tidak pernah membuka aib keluarga. Aku yang sudah salah menilainya. Selama sepuluh tahun, aku tidak pernah mengenali istriku sendiri. Aku lebih percaya pada ibu dan adikku yang jahat."
"Maksud Nak Reifan apa?"
"Cuma ayahku yang menyayangi Amira. Ibu dan adikku, mereka tidak pernah menyukainya. Sejak ayah meninggal, ibu dan adikku selalu berusaha menyingkirkan Amira. Dia selalu membuat masalah dan membuat kesalahpahaman di antara kami. Dan mereka sudah berhasil memisahkan aku dan Amira."
Bu Lekha menghela nafas dalam. Walau dia tidak pernah tahu duduk permasalahan antara Reifan dan Amira, namun dia bisa menangkap maksud ucapan Reifan.
"Aku cerai dengan Amira hanya karena kesalahpahaman Bu. Seharusnya aku bersyukur punya istri sebaik Amira. Dia tidak pernah menyimpan dendam, dia selalu memaafkan kesalahanku dan selalu memberi aku kesempatan. Tapi, aku yang sudah menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku tidak tahu, apakah sekarang Amira akan memaafkanku dan mau memberikan aku kesempatan atau tidak."
"Sabar ya Nak. Ini semua cobaan untuk kamu dan Amira. Apakah kamu masih mencintai Amira?" tanya Bu Lekha.
"Iya Bu. Aku masih sangat mencintai Amira."
"Kalau kamu masih mencintai Amira, kejar Amira. Dapatkan hatinya kembali. Jangan sampai kamu menyesal seumur hidup kamu setelah Amira dimiliki orang lain."
Reifan tersenyum. Kata-kata Bu Lekha membuatnya sadar, kalau cinta itu memang harus dia perjuangkan. Sebenarnya Reifan masih ragu, dia takut Amira tidak akan memaafkannya dan Amira tidak mau memberikan kesempatan untuknya. Namun apa salahnya mencoba.
"Aku tidak tahu Bu, Amira masih mau atau tidak memaafkan aku. Karena kesalahan aku itu tidak pantas untuk di maafkan. Dia sudah memberikan kesempatan padaku berkali-kali. Namun aku selalu menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku memang lelaki brengsek yang tidak pantas untuk Amira."
Setetes air mata Reifan membasahi pipinya. Reifan buru-buru menyekanya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang lain. Walau sebenarnya hatinya sudah rapuh. Dia takut akan kehilangan wanita baik seperti Amira.
"Ibu tahu wanita seperti apa Amira. Sudah sejak kecil dia bersama ibu. Dia wanita yang mudah tersentuh hatinya. Dia wanita yang berhati lembut dan penyayang. Dia pasti akan memaafkan kamu Nak Reifan."
"Bu, apakah ibu tahu di mana Amira sekarang tinggal?" tanya Reifan.
"Ibu kurang tahu Nak. Tapi ibu punya nomernya Amira. Siapa tahu kamu mau menelponnya."
Reifan tersenyum. Setelah bercerai dengan Amira, Reifan memang sudah tidak menyimpan nomer Amira lagi. Dia sudah memblokir semua yang berkaitan tentang Amira. Dan sekarang, Reifan akan menebus semua kesalahannya pada Amira.
"Kalau begitu, berikan aku nomernya Amira Bu."
"Iya."
Bu Lekha mengabil secarik kertas dan mencatat nomer Amira. Setelah itu dia memberikan nomer itu pada Reifan.
"Kamu bisa hubungi nomer ini. Ini nomer barunya Amira. Siapa tahu, Amira mau bertemu sama kamu."
"Terimakasih ya Bu. Kalau begitu, saya pergi dulu."
"Iya. Hati-hati ya Nak Reifan."
"Iya Bu."
****