Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..
Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.
Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKD 25
Kini Adrian tengah berada di taman belakang menikmati minumannya, sambil sesekali tersenyum tipis dan bayangan Afika serta ucapan-ucapan Afika terus terngiang-ngiang di pikirannya. "Aku sudah sangat menyayangi seseorang, dan aku tidak ingin membagi rasa sayangku." Kata itu mampu membuat Adrian begitu murkah. Hanya saja kali ini Adrian masih memilih diam karena Baby masih berada di dalam mension.
"Happy britday kak." Kata Baby sambil membawa Kue ulang tahun yang sudah ia siapkan sejak tadi. "Selamat ulang tahun kak. Semoga tahun ini kebahagian menyelimuti mu." Ucap Baby sambil memberika kue dengan lilin yang menyala di atasnya. Adrian meniup lilin, lalu pandangannya tertuju pada Afika yang saat ini berdiri di belakang Baby. Namun sialnya, Afika berdiri tidak sendiri, melainkan bersama Nadi.
"Selamat ulang tahun tuan." Kata Nadi sambil meletakkan kadonya di atas meja. "Ini dari ku dan juga dari bi Sri." Adrian hanya diam saja. Membuat Nadi kembali mundur dan berdiri tepat di sambil Afika.
"Kak ini kado ku." Kata Baby sambil memberikan kado di hadapan Adrian.
Afika merasa kikuk. Entah kenapa Adrian terus menatapnya. Dan perasaan Afika kini tidak enak, karena hanya dirinya yang tidak membawa sama sekali kado. Saat Adrian mendap celah, kini dia menyunggingkan senyum devilnya. "Mana hadiahmu?"
"Aku.." Ucap Afika lalu terdiam.
"Sekarang kau harus membersihkan seluruh halaman belakang dan juga kolam ini. Dan jangan masuk jika kolam belum bersih." Titah Adrian yang tidak ingin terbantahkan.
"Kak." Tegur Baby yang tidak suka dengan sikap Adrian.
"Baby, sekarang kau masuk ke dalam kamar. Dan jangan keluar sampai besok. Mengerti!"
"Kak."
"Baby Maganta." Sentak Adrian yang membuat Baby terkejut dan sangat takut. Karena Adrian memanggilnya dengan nama lengkap. Itu artinya saat ini Adrian benar-benar sangat marah dan perintahnya tidak boleh terbantahkan. Dengan perasaan kesal Baby masuk ke dalam mension.
"Dan kau Nadi. Malam ini kau bersihkan taman depan." Titah Adrian dan kembali duduk di kursi.
Afika dan Nadi saling melihat. Nadi khwatir dengan kandungan Afika. Dan Afika meminta maaf, karena dirinya Nadi harus mendapat hukuman. Lalu, keduanya pun melakukan tugasnya. Nadi berjalan menuju taman depan, sedangkan Afika mulai membersihkan taman belakang. Dari lantai dua, Baby melihat Afika yang saat ini sedang membersihkan halaman belakang, namum mata Baby selalu tertuju pada tangan Afika yang sesekali mengusap perutnya yang masih datar.
"Apa Afika lapar? Tapi masa iya sih. Kan tadi sudah makan banyak."
Sedangkan Adrian, sudut ekor matanya selalu mencuri pandang pada Afika.
Hingga satu jam berlalu. Nadi yang lebih dahulu memberekan tugasnya. Langsung berlari ke taman belakang.
"Tuan, semuanya sudsh beres. Apa boleh aku membantu Afika." Pinta Nadi. Karena tidak ingin melihat Afika kelelahan yang akan membuat bayi yang Afika kandung kenapa-kenapa.
Adrian melirik jamnya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. "Pergi ke kota, carikan aku buah Naga. Dan jangan pulang sebelum kau menemukannya."
"Siap tuan." Sungguh Nadi di buat kesal oleh permintaan yang tidak masuk akal. Jam segini harus keluar dari hutan menuju kota, mana ada toko buah yang buka. Dan juga lagian, jika menghitung waktu perjalanan pulang balik, mungkin akan memakak waktu sampai subuh, belum lagi waktu untuk mencari buah.
"Tuan, andai anda tahu jika Afika saat ini sedang mengandung anak tuan. Saya yakin anda tidak akan melakukan hal ini." Batin Nadi.
Saat Nadi telah pergi. Adrian langsung juga berdiri masuk ke dalam rumah meninggalkan Afika seorang diri membersihkan halaman belakang.
Hawa dingin menghembus tubuh Afika. Karena saat ini dirinya hanya memakai celana kain panjang dan juga baju kaos. Namun, Afika tidak memperdulikan itu, ia tetap dengan cepat membersihkan halaman agar dirinya bisa masuk dan beristirahat.
"Yang sabar Afika. Tinggal sedikit lagi." Gumam Afika lalu kembali mengusap perutnya yang masih datar.
Beberapa menit berlalu. Tiba-tiba saja satu persatu air jatuh membasahi tanah dan juga tentu tubub Afika. Afika yang khawatir dengan kesehatannya memilih untuk menepi agar tidak terkena air hujan.
"Tugas mu belum selesai dan kau berani sekali istirahat!" Sentak Adrian membuat Afika terkejut.
"Tapi saat ini hujan."
"Kau pikir aku buta? Semua orang pasti tahu itu hujan. Lalu apa hubungannya dengan tugasmu? Cepat lakukan sebelum aku menghukum mu lebih kejam lagi."