Yang baik hati boleh follow akun ig di bawah.
ig: by.uas
Tag: comedy, slice of life, sistem, Kaya raya, semi-harem.
Jadwal Update: Random—kalo mau upload aja.
Sypnosis:
Remy Baskara, pemuda sebatang kara tanpa pekerjaan, sudah lelah dengan hidupnya yang hampa. Saat hampir mengakhiri hidupnya, tiba-tiba sebuah suara menggema di kepalanya.
[Sistem "All In One" telah terikat kepada Host...]
Dengan kekuatan misterius yang bisa mengabulkan segala permintaannya, Remy bertekad mengubah nasibnya—membalas semua yang menindasnya dan menikmati hidup yang selama ini hanya ada dalam angannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bayu Aji Saputra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16 - Kenalan lama
Mereka berdua berjalan menuju lantai atas, mendapati teman-teman mereka yang sedang terikat.
Alfan langsung berlari menuju kesana ingin melepaskan mereka.
"Fan! Nunduk!" teriak Remy, bergegas melesat menuju Alfan.
Bug!
Sebuah gesper besar mengenai kepala Alfan, membuat nya terjatuh tak berdaya.
Sambil memegang tubuh Alfan yang sedang kesakitan, Remy yang berjongkok melirik ke arah benda itu di lempar.
Terdapat seorang pria bertubuh besar dengan tato naga di lehernya.
"Bang Remy!" panggil pria itu tampak girang.
Remy tampak familiar dengan pria itu, matanya menatap dengan sangat tajam.
"Ini aku bang, Liam." katanya antusias.
"Liam?!" nama itu terlintas langsung di benak Remy, seorang pemuda yang dulu selalu mengikuti dirinya pas lagi nyari ribut di masa lalu.
Remy membaringkan Alfan perlahan, "Beneran ulah lo ya..." gumamnya kesal.
"??" Liam tampak bingung, hingga sebuah tinju tiba-tiba sudah berada di depan mukanya.
Dia menunduk untuk menghindari serangan Remy, senyuman tipis terlihat jelas di wajahnya.
Remy melanjutkan dengan tendangan bawah, namun Liam dapat menghindarinya lagi dengan melompat ke belakang.
Mereka berdua berhadapan, saling menatap tajam satu sama lain.
"Alfan bilang ada orang yang punya tato naga di leher," bisik Remy pelan, hampir tak terdengar. "Dan orang yang gue tau punya tato naga di leher cuma lo."
Liam tersenyum lembut kepadanya. "Bang Remy masih inget sama aku.." gumamnya bahagia.
Remy melirik ke arah teman-teman nya yang terikat, lalu mengarahkan kembali pandangannya kepada Liam.
"Lo udah tau mereka pada temen gue kan?" tanya Remy penuh ancaman.
Liam mengangguk beberapa kali sambil tersenyum, "Iyalah!" serunya.
"Terus, lo masih berani nyentuh mereka?" tanya Remy lagi, kali ini suaranya meninggi.
Liam mengangguk lagi. Antusias sekali dia udah kek orang yang obsesi. "Soalnya, kalo aku enggak ngelakuin itu, bang Remy gak mau ketemu sama aku."
Remy melesat menuju pria itu, menghujaninya dengan pukulan. "ANAK NGENTOT!!!" teriaknya.
Liam terkekeh kecil sambil terus menghindari serangan-serangan Remy, seolah dia menikmati situasi tersebut.
"Bang Remy marah-marah terus, aku jadi makin kangen masa-masa dulu!" serunya sambil mundur beberapa langkah.
"Diem lu, anjing!" bentak Remy. Tinju demi tinju melesat cepat, tapi Liam cukup cekatan untuk terus mengelak.
Namun, raut wajah Remy menunjukkan ia mulai kehilangan kesabaran.
Di sisi lain, Alfan yang masih meringkuk kesakitan mulai bangkit perlahan.
"Rem, seriusan ini kenalan lo? Kok aneh banget orangnya?" gumamnya sambil mencoba memegangi kepalanya yang masih nyut-nyutan.
"Dia masalah berjalan tai" jawab Remy tanpa memalingkan pandangan dari Liam.
Liam tertawa keras mendengar itu. "Bang Remy tuh selalu tahu cara ngehina orang! Bener-bener panutan!"
Remy menggeram, matanya menyapu seluruh ruangan.
Teman-temannya yang terikat mulai sadar meronta-ronta, mencoba memberi tanda sesuatu.
Pandangan Remy menangkap sebuah batang besi di lantai tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia menyambar benda itu dalam sekejap.
"Eh, eh, eh, santai dong, Bang! Main keras nih?" goda Liam, tapi tatapannya berubah serius.
Tanpa banyak bicara, Remy melayangkan batang besi itu dengan gerakan cepat.
Liam berhasil menangkis serangan pertama, tetapi yang kedua mengenai bahunya.
"ARGH!" erang Liam, tapi ia malah tertawa lagi. "Bang Remy beneran gak berubah. Keras kepala, galak, tapi... karismanya itu loh, Bang. Ngeselin banget."
Remy hanya menatapnya dengan dingin. "Gue gak punya waktu buat drama lo, bangsat."
Liam terdiam beberapa detik, senyumannya mereda. "Bang, aku cuma pengen liat Bang Remy masih sekuat dulu apa enggak. Aku gak ada niat buat nyakitin siapa-siapa kok. Nih, aku lepasin mereka."
Ia melambaikan tangan, memberi isyarat pada anak buahnya yang tengah bersembunyi untuk membuka ikatan para sandera.
Remy tetap waspada. "Lo macem-macem lagi, gue hajar ampe tinggal nama lo."
Liam mengangguk patuh, senyum kecil kembali menghiasi wajahnya. "Apa pun buat Bang Remy. Tapi... boleh gak aku ajak Bang ngopi kali kali?"
Remy mendengus. "Nanti gue pikirin. Cabut sana lo!"
Liam mengangkat kedua tangannya tanda menyerah, lalu mundur perlahan bersama anak buahnya.
"Sampai ketemu lagi, Bang Remy!" katanya sambil berlalu.
Begitu mereka pergi, Alfan memandang Remy dengan tatapan penuh pertanyaan. "Gue gak ngerti deh. Kenapa setiap lo punya kenalan lama, mereka selalu psycho semua?"
Remy menghela napas berat. "Kayak gak tau gue aja lo fan." balasnya.
Alfan memutar mata. "Yah, tapi lo biarin dia pergi aja tuh serius?"
"Iya, lagian yang luka cuma lo sama Yudha." jawab Remy, matanya melihat teman temannya yang lain, tak terluka sama sekali.
"Jahat baget anjing?!" ucap Alfan dengan nada tinggi.
Remy tertawa kecil, kemudian berkata. "Becanda Fan. Gue udah buat si Liam gabisa berdiri beberapa bulan juga abis ini."
"Maksud lo?" tanya Alfan, penuh kebingungan. Jelas-jelas si Liam bisa jalan keluar tadi sama anak buahnya.
"Gue nyerang organ dalam dia. Harus di operasi itu." jelas Remy, lalu memperagakan pose pahlawan. "Teknik ke 999, Remy Martial Arts!"
"Yeuuu." Alfan tampak kesal dengan respon Remy.
Raul tertawa dari belakang mereka, "Itu temen lo kah Rem?" tanyanya.
"Najis gue temenan sama orang gila kek dia." Remy meludah. Ekspresinya malas banget.
Remy menoleh ke arah teman-temannya yang tadi di ikat, mereka semua menatapnya.
Dia menunduk penuh penyesalan, "Gue minta maaf!" serunya. "Gara-Gara gue.."
Sebelum Remy menyelesaikan ucapannya. Niken melangkah mendekatinya, menyentuh rambut Remy dengan lembut.
"Gapapa kok, lagian kita juga ga kenapa-napa." katanya menenangkan, suaranya terdengar sangat amat lembut.
Remy kembali memandang teman-temannya, mendapati bahwa mereka memandangnya tanpa kebencian atau ketakutan sedikitpun.
Bima merangkulnya, "Santai aja bro!" ucapnya mencairkan mencoba suasana.
Remy tersenyum tipis, menatap Alfan dari sudut matanya.
Alfan membalas senyuman Remy, memberikan tanda jempol kepadanya.