SEKUEL TERPAKSA MENIKAHI PEMBANTU
Giana yang sejak kecil kehilangan figur seorang ayah merasa bahagia saat ada seorang laki-laki yang merupakan mahasiswa KKN memberikan perhatian padanya. Siapa sangka karena kesalahpahaman warga, mereka pun dinikahkan.
Giana pikir ia bisa mendapatkan kebahagiaan yang hilang setelah menikah, namun siapa sangka, yang ia dapatkan hanyalah kebencian dan caci maki. Giana yang tidak ingin ibunya hancur mengetahui penderitaannya pun merahasiakan segala pahit getir yang ia terima. Namun, sampai kapankah ia sanggup bertahan apalagi setelah mengetahui sang suami sudah MENDUA.
Bertahan atau menyerah, manakah yang harus Giana pilih?
Yuk ikuti ceritanya!
Please, yang gak benar-benar baca nggak usah kasi ulasan semaunya!
Dan tolong, jangan boom like atau lompat-lompat bacanya karena itu bisa merusak retensi. Terima kasih atas perhatiannya dan selamat membaca. ♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSM 21
Semenjak kejadian di cafe, teman-teman Angel menjauhinya. Mereka tentu masih merekam jelas apa yang Giana ucapkan pada Angel. Inti dari perkataan itu adalah Giana-lah istri pertama Herdan. Namun, ia dibuang setelah Herdan menjalin hubungan dengan Angel.
"Sok-sokan ngatain orang pelakor, eh taunya dirinya sendiri yang pelakor. Nggak tau malu banget," bisik-bisik rekan kerja Angel di kantor.
"Iya. Nggak nyangka banget, Pak Herdan yang kelihatan kalem dan setia ternyata ckckck ... tukang selingkuh. Red flag banget nggak sih," timpal yang lain.
"Makanya, zaman sekarang tuh jangan liat tampang doang. Tampang tuh bisa menipu. Keliatan polos, belum tentu sifatnya sepolos mukanya," imbuh yang lain. Mereka cekikikan. Untung saja sudah jam pulang, jadi mereka tidak khawatir dimarahi atasan karena bergosip di kantor.
Athariq, Alma, Herdan, dan beberapa staf yang saat itu baru pulang meeting di Angkasa mall sontak menoleh saat mendengar kasak-kusuk itu. Athariq dan Alma yang paling benci kata pengkhianatan sontak mendelik tajam. Herdan menelan ludah khawatir kedua atasannya itu marah.
"Angel, kamu tadi siang abis ngapain?"
"Maksudnya?" Angel yang sore itu sudah pulang lebih dulu tak tahu kalau teman-temannya menggosipkan dirinya.
"Jangan pura-pura nggak tau! Kenapa teman-teman kamu itu sampai bisa gosipin aku selingkuh, hah? Kamu cerita kalau sebelum aku nikahin kamu, aku sudah lebih dulu nikah sama Giana?"
Sontak mata Angel melotot, "nggak," jawabnya cepat.
"Nggak, nggak. Kalau nggak, dari mana mereka tau kalau aku selingkuh sama kamu? Kau tau, Pak Athariq dan Bu Alma tadi mendengar apa yang mereka obrolin. Kau tau, muka mereka terlihat sekali sedang menahan marah. Bagaimana kalau kita dipecat, hah? Bisa hancur karir yang sudah aku bangun bersusah payah," pekik Herdan kesal.
Angel menelan ludah kasar. Ia tidak tahu kalau kejadian siang itu akan berakhir seperti ini.
"A-aku nggak nga---"
"Jangan berbohong! Katakan apa sebenarnya yang terjadi? Apa yang kau ceritakan pada mereka? Cepat!" sentak Herdan.
"Aku nggak cerita apa-apa. Sungguh. Ini tuh gara-gara mantan istri kamu yang sialan itu. Kami nggak sengaja ketemu di cafe tempat aku sama yang lain mau istirahat makan siang. Nggak taunya ternyata dia kerja di sana. Dia yang sudah koar-koar sama mereka, bukan aku. Jadi kalau mau marah, marah sama perempuan sialan itu, jangan aku karena aku nggak salah apa-apa," dusta Angel yang memutarbalikkan fakta.
"Apa? Jadi ini ulah Giana?" desis Herdan emosi.
"Iya. Bener-bener sialan."
Herdan menggeram kesal. Jadi ia pun bertanya di mana Giana bekerja. Angel pun segera memberitahukannya. Hingga keesokan sorenya, Herdan pun mendatangi cafe untuk memberikan pelajaran pada Giana.
"Giana," panggil Herdan saat Giana dan Desti baru keluar dari cafe. Karena kehamilannya, Giana pun diberi keringanan untuk pulang lebih awal. Begitu pula Desti agar ia bisa menemani Giana pulang.
Giana yang mendengar suara Herdan jelas terkejut. Ia pikir itu hanya halusinasi, tapi saat ia menolehkan kepalanya, Giana benar-benar terkejut.
Tak ingin menanggapi, Giana pun melengos dan kembali berjalan menuju halte yang hanya beberapa meter dari sana.
"Giana, jangan pura-pura tuli! Aku ingin bicara denganmu," sentak Herdan sambil mencekal pergelangan tangan Giana. Giana pun dengan cepat menghempas tangan Herdan dengan kasar.
"Jangan sentuh aku!" sentak Giana dengan tatapan tajamnya.
"Kenapa? Baru juga jadi pelayan cafe, sudah sok."
"Mau aku jadi apa, itu bukan urusanmu."
Giana pun kembali mengajak Desti menuju halte, tapi Herdan masih saja menghentikannya.
"Kataku berhenti, Sialan!" sentak Herdan.
"Sialan? Siapa yang kau panggil sialan, hah? Siapa yang lebih pantas dipanggil sialan di sini?"
"Kau ...."
"Apa? Untuk apa menemuiku lagi, hah? Bukankah kita sudah tidak ada urusan lagi. Jadi berhenti mengusik hidupku lagi."
"Kau pikir aku mau menemuimu? Tidak. Aku datang ke sini hanya untuk memperingatkanmu, berhenti mengusik hidup Angel karena kalau tidak ...."
"Kalau tidak, apa? Kau tahu, siapa yang lebih dulu mengusikku? Tanyakan juga pada yang lain, siapa yang lebih dulu salah di sini? Aku takkan mengusik seseorang bila tidak seseorang itu yang lebih dulu mengusikku."
"Jadi kau ingin menuduh Angel yang sudah lebih dulu mengusikmu, begitu? Kau pikir aku percaya?"
"Kau mau percaya atau tidak itu bukan urusanku. Sudahlah, tak ada yang perlu kita bicarakan lagi. Pergi sana!" usir Giana acuh tak acuh.
Kesal karena sikap Giana yang acuh tak acuh padanya, Herdan pun hendak kembali mencengkeram tangan Giana, tapi ternyata belum sempat tangannya menyentuh pergelangan Giana, sebuah tangan sudah lebih dulu menepis keras tangan Herdan.
"Aaargh, brengsekkk!" sentak Herdan. Herdan pun menoleh. Matanya melotot kesal saat ada seorang laki-laki yang sudah berdiri pongah di hadapannya.
"Siapa kau, hah? Jangan ikut campur urusanku!" sentak Herdan marah.
"Aku wajib ikut campur bila ada seorang laki-laki yang berbuat kasar pada seorang perempuan. Apa kau ini banci, hah? Bisa-bisanya berbuat kasar pada seorang perempuan."
"Apa? Sialan. Itu urusanku, Brengsek, bukan urusanmu. Apalagi dia itu mantan istriku jadi suka-suka aku mau ngapain."
"Benar-benar banci."
"Berhenti memanggilku banci, brengsek!" Herdan yang tak suka laki-laki itu mengejeknya pun segera melayangkan tinjunya ke arah laki-laki yang tak lain adalah Albirru itu. Dengan enteng, Albirru menangkis pukulan Herdan dan menendangnya hingga tersungkur.
"Aaakh ...."
"Herdan," pekik Angel yang akhirnya keluar dari dalam mobil. Sejak tadi ia hanya memantau apa yang ingin Herdan lakukan. Tapi melihat Herdan jatuh hingga tersungkur membuatnya segera keluar.
"Heh, apa yang kau lakukan? Aku bisa melaporkanmu dengan kasus penganiayaan kau tau!" sentak Angel, tapi Albirru hanya tersenyum ringan.
"Laporkan saja! Aku tidak peduli. Mari kita lihat, siapa yang akan ditangkap nanti," ejek Albirru membuat mata Angel melotot. Namun, saat menatap lekat wajah Albirru , ia merasa wajah itu begitu familiar.
"Kenapa mukanya kayak familiar, ya?"
"Arrghssss ...." Herdan mendesis saat merasakan perih di tangan dan kakinya.
"Sayang, kau tidak apa-apa," tanya Angel khawatir.
"Brengsekkk! Siapa kau sebenarnya, hah? Kenapa ikut campur urusanku?" desis Herdan sambil berusaha berdiri.
"Aku hanya seseorang yang membenci kekerasan terutama kekerasan yang dilakukan seorang laki-laki pada seorang perempuan. Lebih baik kalian pergi sekarang, sebelum aku menghubungi polisi," tegas Albirru. Albirru mengeluarkan ponselnya hendak menakut-nakuti Herdan dan Angel. Karena saat itu Albirru baru pulang dari klinik jelas penampilannya terlihat rapi. Keduanya yang merasa takut pun segera beranjak dari sana. Herdan menyempatkan melirik tajam pada Giana, namun ia justru menangkap gestur yang tak biasa saat menoleh ke belakang. Seketika Herdan pun dilanda penasaran.
Jangan mau kembali Gi walau ibu mertua mu yng meminta 😠😠😠
giana jgk ngk mau rujuk samamu herdan
mimpi kali yaa😝🤣🤣
enak aja Giana di minta balikan lagi pas tau dia hamil, dan karena si Angel istri pilihan si Herdan belum hamil juga 😡
biar karma untuk kalian adalah tdk dianugerahi keturunan dan biar si Angel yg akhirnya Mandul beneran 😜😡