ONS lalu punya anak, itu sudah biasa.
Salah kamar, dan saling berbagi kehangatan, lalu akhirnya hamil, itu juga sudah biasa.
Menjadi istri, dikhianati lalu memilih pergi saat hamil, itu juga sudah sering terjadi.
Lalu, kisah ini bagaimana? Hampir mirip tapi banyak memiliki perbedaan. Ayesha, dia sama sekali tidak menyukai pria itu. Malah bisa dikatakan dia begitu membencinya.
Namun kejeniusan si pria membuatnya terobsesi sehingga menginginkan benihnya.
Ayesha berhasil mendapatkan yang dia mau. Bocah kecil nan pintar lahir dari perutnya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya resah. Anak itu terlalu mirip dengan si pria. Bahkan si anak yang cerdas itu tahu bahwa ada pria dewasa yang mirip dengan dirinya.
" Mom, apa dia Daddy ku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Itu Ayahku? 14
" Ma, kok mereka belum sampai sih?"
" Tenang sayang, ini juga belum sampai pada jam yang dijanjikan kok. Mama ngundang mereka jam 19.00 dan ini baru jam 18.45. Sabar ya."
Luna dan Tania tampak tegang dan tidak sabar menyambut kedatangan keluarga Brown, sedangkan Betrand bersikap biasa saja. Baginya keluarga Brown tidak lebih dari klien semata.
Meskipun Betrand tahu bahwa pengaruh keluarga itu cukuplah besar, tapi jelas tidak ada hubungannya dengan diri dan keluarganya. Dia juga tidak menggunakan nama Brown untuk kepentingan pribadi.
Misal ketika persentasi dengan klien baru, Betrand sama sekali tidak pernah menyinggung keluarga Brown yang sudah pernah memakai perusahaanya. Prinsip Betrand adalah jika memang pekerjaannya bagus, dia tidak perlu menggunakan nama orang lain untuk mendongkraknya karena klien pasti akan percaya dan puas denga sendirinya.
Akan tetapi pemikiran itu tentu tidak sejalan dengan istrinya. Tania, dimanapun ia berada dia selalu mengatakan bahwa hubungan Brahmana dan Brown sangatlah baik dan akrab sehingga itu cukup membuat dirinya dipandang tinggi oleh nyonya-nyonya lainya.
Bruuuum
Ckiiit
Suara mobil berhenti tepat di pekarangan rumah. Betrand,Tania dan Luna segera menjemput tamu yang sudah mereka tunggu. Ya, sebagai wujud rasa hormat, mereka sebagai tuan rumah bergerak sendiri menyambut tamu.
Satu per satu orang yang ada di dalam mobi keluar. Mata Luna berbinar ketika melihat sosok Ryder.
" Ya ampun, ganteng banget. Pesona cowok mateng dan kaya pastinya," gumam Luna lirih. Seketika dalam dirinya bertekad untuk bisa menjadi wanitanya Ryder.
" Selamat datang Tuan dan Nonya Brown, dan juga Tuan Ryder. Terimakasih sudah memenuhi undangan kamu, silakan lewat sini."
" Mas Betrand, ayo bicara santai aja. Jangan kaku begitu, kami yang seharusnya berterimakasih karena sudah diundang. Kalau ke Surabaya berasa ada rumah karena sampeyan selalu menjamu kami."
Erlan menjawab perkataan Betrand yang formal menggunakan bahas santai. Betrand pun tersenyum dan mengangguk. Kedua pria paruh baya itu berjalan beriringan, sedangkan para wanita berjalan di belakang.
Luna yang awalnya berada di samping Yasmin dan Tania seketika memperlambat langkahnya agar bisa jalan beriringan dengan Ryder. Ya, dia harus mengambil kesempatan ini untuk bisa dekat dengan pria ya g jadi pujaan hatinya itu.
" Kak Ryder, gimana kabarnya? Katanya baru pulang dari amrik ya. Pasti seru bisa ketemu sama perusahaan besar di sana,waah Luna juga pengen ih bisa ngembangin bisnis sampai luar negeri."
" Biasa saja, saya nggak suka malah. Bukan sesuatu yang hebat juga bisa berada di sana."
" Ya? Ooh begitu ya he he he."
Luna sedikit terkejut dengan reaksi Ryder. Ia pun hanya bisa mengeluarkan tawa penuh dengan rasa kikuk.
Setelah itu Luna tetap berusaha banyak bicara, tapi tanggapan Ryder hanya sepatah kata saja yakni ya, hmm, oh, hmm, seperti itu terus hingga mereka sampai di meja makan yang sudah dipersiapkan.
" Silakan duduk Jeng Yasmin, manaf ini makan malam yang ala kadarnya."
" Buseet, menu segini mewah masa dibilang ala kadarnya. Terus yang mewah macam gimana?"
Shaaah
Ucapan Tania yang berusaha merendah malah mendapat sahutan ketus dari Ryder. Sampai-sampai Erlan dan Yasmin terkejut dan berakhir Yasmin yang sedikit mencubit lengan sang putra.
Yasmin tahu bahwa Ryder tidak suka kepura-puraan, dan anak itu akan bicara frontal. Hanya saja Yasmin tidak menyangkan bahwa Ryder akan mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya dengan lantang begitu.
" M-maaf Jeng Tani, Ryder suka nggak kontrol mulutnya. Sekali lagi maaf."
" Ah itu, nggak apa-apa Jeng Yasmin. Mari-mari silakan duduk dan dinikmati makan malamnya."
Rasa canggung yang baru saja tercipta itu lambat laun mulai luntur seiring mereka makan sambil berbincang ringan. Tania terlihat puas ketika melihat Erlan dan Yasmin benar-benar menikmati makan malam yang sudah ia sajikan. Tapi sepertinya tidak dengan Ryder, putra bungsu keluarga Brown itu seperti tidak menyukai hidangan yang disajikan. Bahkan di piringnya hanya sedikit saja terdapat makanan.
" Nak Ryder, apa nggak suka sama makanannya?"
" Oh bukan begitu, mungkin karena saya masih jet lag jadi agak kurang nafsuu makan."
Tania mengangguk kecil, dia memaklumi apa yang baru saja Ryder katakan. Padahal Ryder mengatakan hal itu dengan asal karena sebenarnya dia memang sama sekali tidak menyukai maka malam kali ini. Bukan karena makanannya tapi karena orang yang sedari tadi berusaha mencari perhatiannya.
Ryder semakin yakin bahwa wanita yang sedari tadi sibuk menyenangkan ibunya itu memiliki tujuan lain dengan diadakannya acara makan malam ini.
Para pelayan kediaman itu mulai dipanggil untuk membereskan meja. Setelah itu Tania menyiapkan desert serta camilan after dinner. Mereka masih teta berada di sana untuk berbincang ringan.
" Baik, ini lah kesempatanku," ucap Tania lirih. Dia kemudian memberi kode kepada Luna agar sama-sama bersiap untuk membicarakan inti dari makan malam kedua keluarga ini.
" Ekhem, Mas Erlan dan Jeng Yasmin. Ada sebuah hal yang ingin saya usulkan. Ini soal anak-anak kita. Bagaimana kalau~"
" Papa!"
Shaaah
Drap drap drap
Semua orang langsung melihat ke sumber suara. Mata Tania dan Luna seketika membulat dan bahkan hampir keluar melihat siapa yang datang. Pun dengan Betrand, namun isi hati mereka bertiga jelas tidak sama.
Dalam mata Luna tampak kilatan benci, sedangkan Betrand terlihat begitu merindu.
" Ayesha, nak kamu pulang?"
" Papa katanya sakit, kata Pak Parjo bahkan Papa nggak bisa bangun dari tempat tidur, tapi ini apa? Papa sedang enak-enakan ngadain pesta? Apa Papa pikir lucu karena udah ngebohongin aku."
" Mom, sabar, kontrol emosi Mommy."
Duaaar
Kini semua orang menjadi terkejut, terlebih kedua orang tua Ryder. Tidak tidak, semua kini semakin terkejut melihat bocah kecil yang muncul dari balik tubuh Ayesha.
" Ya Tuhan, kamu punya anak Ayesha. Dasar anak kurang ajar, anak nggak bener, bisa-bisanya kamu punya anak tanpa menikah!"
Tania berteriak marah, tapi percayalah itu hanya akting karena dia suka sekali dengan hadirnya Ayesha dalam kondisi demikian. Secara tidak langsung ia bisa menunjukkan bahwa Ayesha bukanlah anak yang baik dan wanita yang buruk.
" Ry, apa dia~"
" Ya Bu, bener. Dia lah Gael."
Yasmin menutup mulutnya sendiri dnegan telapak tangan. Melihat dari foto saja sangat mirip, kini melihat anak itu langsung membuat Yasmin semakin yakin bahwa Ryder dan anak itu memiliki ikatan darah.
Ingin sekali Yasmin mendekat untuk melihat Gael lebih jelas tapi situasi saat ini sama sekali tidak bisa dilakukannya. Ayesha, putri pertaman Betrand sedang sangat marah. Meskipun Yasmin tidak tahu apa sebabnya, tapi bisa dilihat emosi Ayesha sedang meluap-luap.
" Papa baik-baik saja kan, kalau gitu aku pergi. Nggak ada gunanya juga aku disini. Ayo Gael."
" Ayesha tunggu, Papa mohon jangan pergi lagi. Papa salah nak, Papa minta maaf."
TBC