Marriage Is Scary...
Bayangkan menikah dengan pria yang sempurna di mata orang lain, terlihat begitu penyayang dan peduli. Tapi di balik senyum hangat dan kata-kata manisnya, tersimpan rahasia kelam yang perlahan-lahan mengikis kebahagiaan pernikahan. Manipulasi, pengkhianatan, kebohongan dan masa lalu yang gelap menghancurkan pernikahan dalam sekejap mata.
____
"Oh, jadi ini camilan suami orang!" ujar Lily dengan tatapan merendahkan. Kesuksesan adalah balas dendam yang Lily janjikan untuk dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Syndrome, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Romantic Dinner
Malam telah menyelimuti pantai dengan keheningan yang menenangkan. Isaac memegang tangan Lily dengan lembut dan mengajaknya berjalan melewati pasir yang dingin di bawah sinar bulan.
Setelah berhasil meminta maaf dan membujuk Lily, akhirnya Isaac berhasil membawa Lily ke tempat yang begitu indah dan romantis.
Di tepi pantai yang remang-remang diterangi lentera, sepasang meja dan kursi berbalut kain putih telah tersusun rapi. Lilin-lilin kecil di sekitar meja berkedip-kedip, menciptakan cahaya lembut yang romantis, sementara deburan ombak yang menenangkan menjadi musik latar alami. Sejenak Lily terdiam, tak percaya bahwa ini semua telah dipersiapkan oleh suaminya.
Isaac menarikkan kursi untuk Lily dengan senyum di wajahnya. "Surprise," bisiknya penuh cinta, menatap ke arah istrinya yang masih terkejut namun bahagia.
Lily menatap Isaac dengan kagum, tak bisa menyembunyikan senyumnya. "Isaac…makasih banyak. Ini benar-benar… luar biasa."
Seketika Lily melupakan rasa kesalnya pada Isaac karena mereka tidak makan siang bersama.
"Aku rela ngelakuin semua hal, demi kebahagiaan kamu," jawab Isaac sambil menggenggam tangan Lily dan mengecupnya dengan lembut. "Semua ini aku siapin buat kamu dan bayi kita."
Tak lama, hidangan pertama tiba, sepiring seafood segar yang khusus dipilih untuk ibu hamil. Udang bakar yang diolah tanpa tambahan bahan mentah, fillet ikan salmon yang kaya omega-3, serta salad hijau dengan saus lemon yang ringan, cocok untuk kesehatan janin dan sang ibu.
Isaac menggeser piringnya agar mudah dijangkau oleh Lily dan memperhatikannya dengan seksama, memastikan dia benar-benar menikmati hidangannya.
"Udangnya enak banget. Tau aja apa yang aku suka," ujar Lily, menyuap udang dengan senyum bahagia.
Isaac tersenyum puas, tak sia-sia dia meminta rekan kantornya yang sudah biasa makan di sini. Dia juga meminta pada pihak restoran untuk menyiapkan makanan yang cocok untuk ibu hamil.
Mereka saling bertukar senyum hangat, merasa seolah dunia hanya milik mereka.
Di sekitar mereka, suasana pantai semakin ramai namun tetap syahdu. Di kejauhan, ada beberapa pasangan lain yang juga menikmati makan malam romantis, tertawa pelan dan bergenggaman tangan di bawah cahaya bulan. Angin laut menerpa lembut, membawa aroma asin yang khas, memberikan sensasi yang menenangkan.
Setelah makan dalam diam yang nyaman, Isaac menyandarkan tubuhnya dan berkata, "Jadi, apa nama yang cocok untuk anak kita?"
"Aku belum tau," sahut Lily sambil menaruh garpu. Keduanya memang pernah membahas soal nama anak. Namun, belum ada satupun nama yang cocok.
Isaac tampak berpikir, ekspresinya serius namun lembut terpancar di wajahnya. " Kamu punya ide lagi?"
Lily ikut berpikir sambil menatap laut yang tenang. Mereka saling menatap, tersenyum dalam kebisuan yang nyaman.
Obrolan berlanjut mengenai perlengkapan yang harus mereka siapkan untuk sang bayi. Isaac menuliskan catatan kecil di ponselnya, berisi daftar perlengkapan bayi seperti tempat tidur kecil, baju-baju lembut yang nyaman, dan selimut hangat.
Mereka juga mendiskusikan pentingnya membeli kereta bayi yang aman dan berkualitas, serta car seat yang cocok untuk perjalanan keluarga kecil mereka nantinya.
Lily menghela napas lembut, tampak tersenyum antusias. “Kita harus siapin semuanya dengan baik ya, sayang. Aku pengen anak kita dapetin yang terbaik.”
"Aku setuju," jawab Isaac sambil tersenyum. "Oh ya, kita juga butuh beberapa buku buat belajar. Kira-kira, buku panduan parenting yang baik apa, ya?”
Lily mengangguk, matanya berbinar. “Aku kemaren baca review tentang buku The Happiest Baby on the Block dan What to Expect the First Year. Mereka bilang buku-buku itu bagus buat belajar menghadapi hari-hari awal setelah bayi lahir.”
Mereka tertawa kecil, menyadari bahwa dunia mereka akan berubah dalam beberapa bulan mendatang. Isaac menyandarkan tubuhnya ke kursi, memandangi Lily dengan tatapan penuh cinta.
“Kapan kita mau tambah anak lagi?” canda Isaac sambil mengedipkan mata.
Lily tertawa kecil, lalu menggelengkan kepala sambil tersipu. “Isaac, yang ini aja belum lahir, kok kamu udah minta tambah anak lagi!”
Isaac tertawa, matanya penuh kehangatan. "Bercanda, sayang. Yang penting sekarang, aku bahagia punya kamu dan bayi ini."
Percakapan mereka terhenti ketika seorang pengamen lokal berjalan mendekat, membawa gitar tua dengan senyum ramah. Dia mulai memetik senar gitar, dan nada lembut dari lagu Romansa Ke Masa Depan milik Glenn Fredly mengisi udara malam.
Lirik-lirik yang penuh makna tentang cinta yang abadi mengalun, mengiringi suasana romantis di antara Isaac dan Lily.
Isaac menggenggam tangan Lily dan mereka mulai ikut bernyanyi bersama, suara mereka menyatu dalam kebahagiaan. Setiap kata dari lagu itu seakan menjadi janji yang diikrarkan satu sama lain di bawah sinar bulan.
“Semoga kita bisa gini seterusnya. Jangan berubah lagi, ya,” kata Lily dengan mata berbinar.
Isaac menarik napas dalam-dalam. Setelah apa yang dia lalui bersama Lily selama ini, dia menyadari bahwa Lily adalah wanita terbaik yang pernah ditemui. Wanita yang dia butuhkan untuk pelengkap hidup dan istri paling tulus yang pernah ada.
“Pasti, sayang.” Isaac membalas tatapan itu dengan intensitas yang hangat, merasakan kehangatan di antara mereka. Rasa bersalah yang sempat menghantuinya terlupakan sejenak, digantikan oleh rasa cinta yang mendalam kepada istrinya yang begitu mencintainya sepenuh hati.
Saat lagu selesai, Isaac meraih wajah Lily, mengecup keningnya dengan lembut. Mereka duduk dalam keheningan yang penuh arti, mendengarkan suara ombak yang bergulung-gulung di tepi pantai, seakan menegaskan janji cinta mereka.
Malam semakin larut, tapi bagi Isaac dan Lily, momen ini terasa abadi. Mereka menikmati hidangan penutup yang manis, puding cokelat lembut dan segar, serta buah-buahan tropis yang segar, sembari terus berbincang dan tertawa tentang masa depan. Tentang anak mereka, rumah yang akan semakin ramai, dan kebahagiaan kecil-kecil yang mereka impikan bersama.
“Mau jalan-jalan sebentar nggak?” tawar Isaac pada Lily.
Setelah mendapat persetujuan dari istrinya, Isaac segera menggandeng tangan Lily untuk menyusuri tepi pantai. Suasana begitu sejuk dan menyegarkan, membuat tubuh rileks seolah tanpa beban.
“Makasih, Sayang, udah bawa aku kesini,” ujar Lily sambil mengeratkan genggaman tangannya pada Isaac. Dia merasa sangat beruntung memiliki suami pengertian, bahkan mau menyiapkan makan malam romantis seperti adegan-adegan di novel yang Lily baca.
Di tengah malam yang penuh cahaya bintang, Isaac sadar bahwa kebahagiaan sederhana seperti ini adalah yang paling berarti baginya. Tapi diluar itu, sekelebat ingatan pada Lisa tak bisa dia hiraukan begitu saja.
Tubuh Lisa yang menggoda, suara desahan yang membara, hingga kecupan yang membuat Isaac lupa diri. Ya, Isaac benar-benar terjebak antara cinta Lily, godaan Lisa, dan dirinya sendiri yang teromabng-ambing.
Semakin hari, dia semakin di buat tak karuan oleh dua wanita sekaligus.
biar semangat up aku kasih vote utkmu thor