Arvania tidak menyangka jika pernikahan yang ia impikan selama ini menjadi pernikahan yang penuh dengan air mata.
Siksaan demi siksaan ia terima dari suaminya. Namun bodohnya Vania yang selalu bertahan dengan pernikahan ini.
Hingga suatu hari Vania tidak mampu lagi untuk bertahan, ia memilih untuk pergi meninggalkan Gavin.
Lalu bagaimana dengan Gavin yang telah menyadari perasaan cintanya untuk Vania setelah kepergiannya?
Akankah Gavin menemukan Vania dan hidup bahagia?
Ataukah Gavin akan berakhir dengan penyesalannya?
Ikuti kisahnya di
Pada Akhirnya Aku Menyerah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HILANG KENDALI
Pagi ini Vania sedang memakaikan baju kepada Gava. Sesekali ia mengajak Gava berbicara.
" Anak Mama yang tampan, jadi anak sholeh ya. Berbakti kepada kedua orang tua dan kelak akan menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa sayang."
" Amin."
Vania menoleh ke belakang dimana Leon berjalan menghampirinya.
" Kak Leon." Ucap Vania.
" Maaf baru bisa menjenguk kalian, suamimu memberikanku pekerjaan yang over banyak." Ucap Leon.
" Tidak pa pa Kak, terima kasih sudah datang." Sahut Vania.
" Babby tampan udah mandi ya." Leon menatap Gava.
" Udah Om." Sahut Vania menirukan suara anak kecil.
" Selamat ya Van, akhirnya kau bisa melahirkan Gava dengan selamat." Ucap. Leon.
" Iya Kak, ini semua berkat bantuan Kak Leon. Kalau tidak ada Kakak aku tidak tahu bagaimana nasib kami saat ini, aku yakin Mas Gavin pasti dengan mudah bisa menemukan kami, dan Gava tidak akan pernah lahir ke dunia ini." Ujar Vania duduk di ranjang sambil memangku Gava.
" Itu sudah menjadi kewajibanku Vania, sekarang berbahagialah! Gavin sudah berubah." Ucap Leon yang di balas anggukan kepala oleh Vania.
" Oh ya kamu dapat salam dari Rangga, katanya Rangga kangen sama kamu tuh. Cie cie... Yang bikin hati Rangga terpaut." Goda Leon.
" Apa sih Kak." Sahut Vania.
" Bibi Tuti juga nanyain kabar kamu, katanya kamu belum telepon mereka." Ujar Leon.
" Astaga aku lupa Kak." Vania menepuk jidatnya.
" Ya sudah nggak pa pa, aku juga sudah bilang kalau kamu baik baik saja." Ucap Leon.
" Aku bahagia sekali tinggal bersama mereka Kak, mereka orang yang baik. Aku sangat berhutang budi pada mereka. Aku tidak tahu bagaimana caranya membalas kebaikan mereka." Ucap Vania.
" Aku akan merekrut Rangga sebagai manager keuangan di perusahaan Gavin." Ujar Leon.
" Benarkah? Apa dia mau? Dia akan sukanya mengajar bukan kerja kantoran." Vania menatap Leon.
" Dia masih mempertimbangkan, bagaimanapun dia butuh biaya yang lebih besar setelah menikah nanti." Sahut Leon.
" Iya kau benar Kak." Sahut Vania.
" Jangan beritahu Gavin soal ini, karena sampai sekarang dia tidak tahu kalau aku yang....
" Aku tidak menyangka jika selama ini kalian bekerja sama."
Keduanya menoleh ke arah pintu dimana Gavin sedang berdiri di sana.
" Gavin."
" Mas Gavin." Ucap keduanya.
" Kenapa? Kalian terkejut melihatku di sini?" Tanya Gavin menatap keduanya bergantian.
" Tidak.. Untuk apa kami terkejut? Tidak ada yang bersifat rahasia di sini." Sahut Leon.
" Tidak rahasia katamu." Gavin menarik kerah Leon lalu...
Bugh... Bugh...
" Kak Leon!" Teriak Vania.
Bugh...
Leon membalas pukulan Gavin.
" Beraninya kau Leon." Geram Gavin.
" Kenapa aku tidak berani? Aku akan melakukan apapun untuk melindungi Vania." Ucap Leon menatap tajam ke arah Gavin.
" Kenapa kau melakukannya? Apa ada unsur pribadi di sini?" Selidik Gavin.
Leon mengusap darah di sudut bibirnya.
" Ha ha ha kau pintar juga Gavin, kau bisa menebak pikiranku." Ucap Leon tersenyum smirk.
" Jadi benar kau mencintai Vania selama ini?"
Pertanyaan Gavin membuat Vania melongo.
" Kenapa kalau aku mencintai Vania? Bukankah kau sendiri yang memberikan Vania padaku? Lalu dimana salahku?" Tanya Leon menohok hati Gavin.
" Aku akui awalnya aku memang salah, tapi aku tidak memberikanmu kesempatan dua kali kan? Kau sudah kehilangan kesempatan itu saat kau menolaknya Leon.... Dan kau tahu benar bagaimana terpuruknya aku setelah kepergian Vania, kau tahu kalau aku kelimpungan mencari Vania ke sana kemari. Aku sangat menderita Leon... Sangat menderita, tapi apa? Kau justru mengkhianatiku. Kau pura pura ikut mencarinya padahal kau sendiri yang menyembunyikannya. Kau baji***n Leon." Teriak Gavin menarik kerah Leon.
" Kau lebih baji**an Gavin... Setelah apa yang kau lakukan pada Vania selama ini kau berlagak sok mencarinya. Apakah aku harus percaya kalau kau memang benar benar sudah berubah?" Tanya Leon menatap Gavin.
" Tidak Gavin... Aku tidak percaya padamu begitu saja. Aku takut kau akan mencelakai mereka kalau aku beri tahu keberadaan mereka berdua saat itu. Tapi setelah aku melihat usaha dan keterpurukanmu, aku sadar kalau kau memang benar benar menginginkan Vania dan anaknya. Itulah sebabnya aku menghentikan transferan kepada bibi Tuti karena aku yakin Vania tidak punya uang untuk biaya persalinan nya." Terang Leon.
Gavin melepaskan Leon.
" Jadi Kak Leon sengaja membuat aku memakai uang dari Mas Gavin agar Mas Gavin tahu aku ada di mana?" Tanya Vania tidak percaya.
" Iya Vania, maafkan aku!" Sahut Leon.
Vania menghela nafasnya pelan. Ia tidak menyangka jika ia terjebak permainan Leon.
" Ternyata kau tidak hanya pandai menyembunyikan aku tapi kau juga pandai mengeluarkan aku dari persembunyian Kak." Cebik Vania.
" Aku kasihan sama Gavin Vania, dia hampir gila mencarimu kemana mana, kalau dia gila beneran gimana?" Tanya Leon.
" Itu akan lebih baik, karena karma pasti akan datang Kak. Dia menyiksaku tanpa ampun karena ingin membuatku gila, tapi setelah kepergianku dia sendiri yang gila. Itu akan sangat menarik ceritanya Kak Leon, kenapa kau biarkan dia menemukanku? Kau berbohong padaku." Ucap Vania.
" Kalau Mas Gavin tidak menemukan aku kan aku sudah menikah dengan Mas Rangga."
Deg...
Ucapan Vania terasa begitu menohok hati Gavin. Seperti ada sebilah pisau yang menyayatnya.
" Oh iya Kak, sampaikan salamku untuk Mas Rangga. Katakan terima kasih yang banyak kepadanya, karena selama ini dia telah menjagaku seperti istrinya sendiri. Lain kali ajaklah dia datang kemari menemui putraku." Ucap Vania.
" Beres aku akan menyampaikannya, kalau begitu aku permisi dulu sebelum bogeman kembali menyerangku." Ucap Leon melirik Gavin.
Setelah itu ia keluar dari kamar Vania tanpa mempedulikan Gavin.
Gavin menatap Vania begitupun sebaliknya namun Vania segera memalingkan wajahnya.
" Lihat aku sayang!" Ucap Gavin.
Vania menatap Gavin.
" Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa kau tidak mau aku menemukanmu?" Tanya Gavin bodoh.
" Kau bertanya soal itu Mas? Seharusnya kau tidak perlu menanyakan hal tidak penting semacam itu! Aku melakukan semua ini karena aku melindungi putraku. Aku tidak mau bertemu dengan monster sepertimu, karena aku tahu kau akan melenyapkan putraku." Ucap Vania penuh penekanan.
" Maafkan aku!" Ucap Gavin.
" Sudah lah Mas tidak perlu di bahas lagi! Aku muak mendengar kata maaf darimu. Aku sudah bilang, aku tidak mau membahas hal yang tidak penting lagi." Ucap Vania.
Vania berbaring miring sambil memeluk Gava. Gavin menghela nafasnya pelan.
" Aku yakin Sandia juga terlibat di dalamnya, tapi tidak ada gunanya aku bertanya karena jawabannya pasti akan sama. Aku orang yang kejam dan jahat kepada Vania, aku memang tidak bisa di maafkan. Aku memang pantas menjadi pria gila. Aku tidak bisa di maafkan." Gavin keluar dari kamarnya menuju ruang kerjanya.
Ucapan Vania yang senang kalau ia gila dan mau menikah dengan Rangga terngiang di telinganya.
" Vania bukan Vania yang dulu lagi, cintanya sudah hilang bersama kepergiannya saat itu. Seberapa besar aku mencoba aku pasti akan kalah. Vania tetap tidak mau berbaikan denganku." Monolog Gavin.
Gavin masuk ke ruang kerjanya. Ia membuka ikat pinggangnya lalu ia mencambuk tubuhnya sendiri.
Cetar....
Gavin memejamkan matanya menahan panas dan perih di tubuhnya.
Cetar...
Beberapa kali Gavin melakukannya, bahkan sampai bekas cambukannya mengeluarkan darah. Entah apa yang merasukinya hingga ia berbuat seperti itu.
Bayangan jeritan Vania melintas di pikirannya. Bayangan bayangan perlakuan buruknya kembali berputar seperti kaset. Ia terus mencambuk tubuhnya sampai...
Brugh....
Apaan tuh?..
Jangan lupa like koment vote dan 🌹nya
Terima kasih untuk readers yang telah mensuport author semoga sehat selalu. .
Miss U All....
TBC.....
maaf aku skip aja soalnya menurutku balasan Vania ke gavin gak sebanding sama siksaan Gavin ke Vania soalnya Vania sudah sakit fisik dan mental kalau orang normal paling sudah gila berhubung ini novel ya maha ciptaan author
tapi q coba mau mampir cerita author yang lain
Semoga sukses trus buat author jangan liat yang comen yang buruk buruk" tetep semangat bikin cerita buat para penggemar authornya semangattt /Pray//Pray//Pray/