***
Karena kebodohannya sendiri, Grace harus menghadapi sebuah insiden tak terduga di dalam hidupnya. Dimana dia terpaksa harus terlibat dengan seorang laki-laki yang ia temui disebuah club. Saat itu dia mendapatkan dare untuk mencium seorang pria random disana. Namun sayangnya karena ciuman sialan itu mengantarkannya pada sebuah penyesalan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Pria yang ia cium itu ternyata bukan orang yang sembarangan. Dia merupakan CEO dari sebuah perusahaan besar yang sangat berpengaruh sekali. Karena pengaruhnya itulah mau tak mau Grace harus membayar mahal atas tindakan bodohnya malam itu.
Akankah Grace sanggup membayar hal tersebut?
***
HALLO GUYS IM BACK!!!
BIJAK DALAM MEMBACA YA! BANYAK MENGANDUNG UMPATAN, DAN TENTU SAJA ADEGAN YG HM-HM. DOSA DITANGGUNG SENDIRI. SIAP-SIAP BAPER WKWK.
Ig : oviealkhsndi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ovie NurAisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
***
"ANJ-. SAKIT WOI!!"
Rea mengelus pelan kepalanya yang terasa sakit karena pukulan tas milik temannya. Tidak terlalu kencang memang, tapi tetap saja sakit, ditambah dia terkejut juga.
Sedangkan Grace hanya mendengus kesal. Ia pun meminum wine yang ada didepannya dengan satu kali tenggakan. Entah kenapa rasanya sangat kesal sekali mendengar celetukan Rea. Bukannya memberi solusi atas masalah yang ditimbulkan olehnya, Rea justru malah terus bercanda.
"Pelan-pelan, ege! Nanti lo kesedak wine. Gak enak loh," ucap Leta.
"Biarin. Gue kesel banget hari ini. Pokoknya gue bakalan mabok berat," putus Grace.
Gadis itu pun kembali meminum wine yang ada di depannya dengan ritme yang cukup cepat. Selain itu dia juga langsung menenggak wine itu langsung dari botolnya. Rea dan Leta hanya bisa saling pandang. Sebelumnya mereka tidak pernah melihat Grace seperti ini. Sekesal apapun dia, dia tetap akan bisa mengontrol emosinya.
"Lo gak boleh mabok, Ce. Nanti ibu Lita marahin lo," ucap Rea seraya menarik botol wine yang dipegang oleh Grace sejak tadi. Namun botol itu dengan segera ditarik kembali oleh Grace agar tidak direbut oleh Rea.
"Nambah masalah satu gak papa kali. Lagian hidup gue terlalu flat selama ini."
"Mabok ini anak," tutur Leta.
Akhirnya tidak ada pilihan lain. Memaksa Grace untuk berhenti minum pun percuma. Karena yang ada dia pasti akan terus berontak dan meminta winenya dikembalikan. Jadi biarkan saja dia mabok.
Grace terus minum sembari sesekali bergumam tidak jelas. Posisinya dia masih memakai pakaian saat interview tadi. Kemejanya berwarna putih dan sudah pasti jika terkena tetesan wine, akan sangat terlihat.
"Kalo lo mabok, lo mau balik kemana? Rumah bu Lita?" tanya Leta.
Grace menggelengkan kepalanya. "Apart."
"Pinter juga ya lo. Emang udah ijin?"
Grace menganggukan kepalanya.
"Ya udah berarti aman. Nanti tinggal kita anter dia ke apartementnya aja. Kebayang kalo kita anterin ke rumah bu Lita, yang ada kita nanti yang kena ceramah."
Leta menganggukan kepalanya. "Kayaknya anak ini lagi stress deh. Bukan soal kerjaannya atau pun Atlas, tapi ada soal lain. Dia terlalu tertutup."
"Emang. Sejak kita SMP, pernah kita denger keluhan dia sama kehidupan? Gak ada kan? Yang ada malah kita mulu yang cerita sama dia," timpal Rea.
"Hooh. Untungnya sih dia selalu mau dengerin keluhan kita."
"Ya udah, gue nyari mangsa dulu. Gatel rasanya kalo belum tukar saliva," ucap Rea.
Leta langsung bergidik ngeri mendengar ucapan Rea. Gadis ini memang player sekali. Bahkan Leta juga tahu jika dia ini sanga hyper. Berteman cukup lama, sedikit banyaknya Leta jadi tahu tabiat Rea.
Kini tinggal tersisa dia dan Grace disini. Gadis disampingnya masih aktif minum. Meski sesekali dia terdiam seperti tertidur. Leta membiarkannya, yang penting dia tidak kabur saja. Karena kalau kabur yang ada berabe, mana anak ini mabok juga.
Leta tentu saja tidak hanya diam, dia juga ikutan minum tapi masih dalam kadar biasa. Tidak seperti Grace. Dan tiba-tiba saja dia kebelet pipis.
"Sial, si Rea udah ngamar lagi. Ini gimana dong sama Grace? Takut banget dia kabur," umpat Leta.
Entah mengapa rasa ingin pipis kuat sekali, Leta tidak bisa menahannya lagi. Akhirnya ia pun pergi dari sana dan berjalan ke kamar mandi. Kini tersisa Grace saja.
Padahal sejak tadi ada seseorang yang berusaha untuk mendekati gadis yang tengah mabuk itu. Namun ia menahan dirinya karena disana masih ada satu teman gadis itu. Sepertinya malam ini keberuntungan berpihak padanya. Dengan cepat ia berjalan ke arah meja yang ditempati oleh Grace lalu memangku tubuh gadis itu dan membawanya pergi dari sana.
***
Ditengah nyenyaknya tidur, tiba-tiba Grace merasa perutnya seperti dikocok dan rasanya juga seperti akan memuntahkan sesuatu. Ia pun buru-buru bangun dari tidurnya dan hendak pergi ke kamar mandi. Namun belum juga ia bergerak, ia merasakan perutnya dililit dengan bgitu eratnya oleh sesuatu. Entah itu apa, kepalanya pusing dan pandangannya juga sedikit kabur.
"Lep-pwash," ucap Grace terbata. Dia mencoba menahan sesuatu di dalam mulutnya yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.
Sekuat tenaga Grace melepaskan hal yang melilit tangannya itu dan segera berlari ke kamar mandi. Tidak tahu pasti ini kamar mandi atau bukan, yang jelas dia hanya masuk saja. Untungnya benar, tak lama Grace langsung memuntahkan isi perutnya.
Cukup lama dia muntah, sampai tiba-tiba ia merasakan rambutnya ditarik ke belakang dan ditahan. Karena masih mual, jadi Grace hanya terus muntah tanpa melihat ke arah siapa yang memegang rambutnya. Setelah selesai, ia langsung berkumur dan mencuci mulutnya.
"Sepertinya semalam terlalu brutal ya? Sampai-sampai kamu muntah seperti ini."
Grace mematung mendengar suara seseorang dibelakang sana. Ia pun membalikan tubuhnya dan melihat Atlas tengah berdiri dipintu kamar mandi sembari bersandar pada pintu tersebut. Selain itu pria itu juga tidak mengenakan atasan. Grace meneguk ludahnya kasar saat melihat bentuk tubuh atletis pria ini. Sial, menggoda sekali!
"Apa maksud mu?" tanya Grace.
"Kau tidak ingat semalam bagaimana?"
Mendadak Grace terdiam. Benar, semalam dia melakukan apa saja?
Melihat Grace yang hanya diam membuat Atlas mendekatkan dirinya dengan langkah yang cukup perlahan. Sampai akhirnya langkah itu terhenti di depan gadis ini.
"Semalam kau mabuk berat."
Iya, Grace ingat. Dia pergi ke club karena undangan kedua temannya. Tak lama ia langsung minum dan... Seketika Grace mengangkat pandangannya dan menatap ke arah Atlas.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Grace.
"Tidak ada. Memangnya apa yang harus aku lakukan?"
"Kenapa aku bisa ada disini dan kenapa kau ada disini?" tanya Grace.
"Sudah ku bilang semalam kau mabuk."
"Aku memang mabuk, tapi posisi ku berada di club. Kenapa sekarang ada disini?"
"Menurut mu," ucap Atlas dengan smirk di wajahnya.
PLAKKK...
Tanpa aba-aba Grace langsung melayangkan tamparan pada wajah tampan pria ini. Sialan, apa mungkin semalam dia...?
"PRIA BRENGSK!! DASAR TIDAK TAHU DIRI, MEMANFAATKAN AKU DISAAT AKU MABUK!!"
Sementara Atlas hanya terdiam. Karena ini kali pertamanya mendapatkan tamparan di wajahnya. Selama ini tidak ada yang pernah berani melakukan hal itu padanya. Tapi gadis ini!?
"Semalam aku menyelamatkan mu karena kau hampir jadi santapan pria hidung belang. Bukannya terima kasih, kau malah menampar ku!"
"Menyelamatkan ku? Are you kidding? Sudah pasti kau memanfaatkan kesempatan, iya kan?!"
Intonasi nada bicara Grace sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Sepertinya dia benar-benar marah saat ini.
"Aku bukan pria seperti itu. Lagi pula aku tidak tertarik pada tubuh mu yang tidak menggoda ini!"
tbc.
kalau mau kan mesti Sah in dulu aduhhh bang sabar Napa bang
cuman belum sampai perkenalan aja ini duh Thor lanjut
sorry Thor Baru sempet baca
takut kecebur dalam cinta karena kepura-puraan .....💪💪