Bilah seorang anak orang kaya, dia jatuh cinta kepada laki-laki bernama Ranu yang bekerja di perusahaan ayahnya. 5 tahun menikah mereka belum dikaruniai momongan.
Bilah sangat mencintai Ranu, akan tetapi suaminya malah bermain dibelakangnya, berselingkuh dengan model. Hati Bilah terasa hancur menghadapi kenyataan, ketika Ranu ketahuan selingkuh, dia berkata kepada Bilah bahwa dia tidak pernah mencintainya, ia mengakui bahwa dirinya menikahi Bilah karena suatu alasan yaitu dendam.
Bilah sangat bucin kepada Ranu. Dengan kenyataan itu, apakah ia akan bercerai atau malah mempertahankan pernikahannya?
Baca yuk kisah lengkapnya, hanya di noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kak Farida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu?
Tubuh terasa lelah karena perjalanan dari semarang ke Jogja, lalu perlahan mata Bilah tertutup setelah saling membalas pesan singkat dengan Gus Bagas.
Pagi mulai menyingsing, Gus Bagas dan Ning Aisyah sudah berada di dalam mobil, sebelum berangkat mereka berpamitan dengan keluarga Paklik dan juga dengan keluarga Bilah.
Aisyah semalam menceritakan tentang Bilah kepada Paklik Wahid, karena dia takut jika mantan suami Bilah nekat berbuat jahat kepadanya.
"Paklik, titip Bilah yah," ucap Bagas.
"Ponakan Paklik ini sepertinya jatuh cinta beneran setelah lama dicarikan jodoh oleh Abahmu," kata Paklik.
"Ah Paklik, meledek aku," wajah Bagas memerah.
Berat hati sebenarnya untuk Bagas. Hatinya ingin sekali agar Bilah lebih baik tinggal di dalam pesantren milik Kiai Irfan tapi apa boleh daya, mereka belum halal dan Bilahpun masih belum menjawab lamaran dari Gus Bagas.
"Ya Allah kenapa hatiku berat meninggalkan dia di Jogja, sudahkah hati ini dipaku olehnya Ya Rabb," gumam hati Bagas.
"Bagas... De... ayo berangkat," Aisyah menyentuh bahu Bagas.
"Astagfirullah," ucap Bagas terkejut.
"Kamu kenapa De? berat tinggalin Bilah di sini? sabar De, Insha Allah dia akan halal bagimu," ucap Aisyah.
"Aamiin."
Sebelum Bagas pergi, Bilah menitipkan cake untuk Kiai Irfan dan Nyai Zainab. Dia juga masak untuk bekal Bagas dan Aisyah untuk perjalanan menuju Semarang.
"Mba bingung, Bilah sepertinya istri yang baik kenapa dia diselingkuhin dan juga kedua orang tuanya ramah rasanya gak mungkin mereka berbuat jahat."
"Sudahlah Mba, jangan ngomongin tentang suaminya," protes Bagas.
"Ih... ada yang cemburu," ledek Aisyah, terhadap Bagas.
Mobil Bagas mulai berjalan dan menghilang dari pandangan Bilah. Bilah masuk ke dalam rumah kembali.
Dedd dedd
Ada pesan singkat yang masuk ke benda pipih milik Bilah.
Aku tunggu jawabanmu atas lamaranku, aku mohon jangan terlalu lama menjawabnya. Maaf aku manusia biasa tak kuat rasanya terlalu lama menunggu jawabanmu.
Bilah membacanya, dia menarik nafas lalu mengeluarkan dengan perlahan.
"Kenapa Bilah, wajahmu terlihat bingung seperti itu?" tanya Sarah.
"Gus Bagas Mah, meminta agar aku jangan terlalu lama menjawab lamarannya," ucap Bilah.
"Tiga bulan ini kita bersama dia, kamu bisa melihat sifatnya. Seharusnya kamu sudah bisa menjawab lamarannya," ucap Sarah.
"Hatiku masih belum bisa memasukan laki-laki lain Mah," keraguan Bilah.
"Apa hanya 1 laki-laki di hati kamu? laki-laki yang membuang kamu seperti sampah?" tanya Sarah.
Bilah menggelengkan kepalanya.
"Hatiku masih terasa kaku Mah, aku belum siap untuk jatuh cinta kembali. Aku sudah masak, Mamah dan Ayah sarapan saja, aku ke kamar dulu yah Mah," ucap Bilah, sambil melangkahkan kakinya.
Bilah memikirkan permintaan Gus Bagas, semalam dia berdoa akan tetapi Allah masih belum memberikan petunjuk kepadanya. Dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang besar dan luas. Mengingat momen-momen bertemu Bagas pertama kali membuat dia tersenyum. Tidak menyangka Bagas melamarnya, dari kesalahan Bilah ketika menggandeng tangan Bagas di restoran akibat mengikuti Ranu dengan selingkuhannya.
"Aku kalau ingat itu seperti orang bodoh, aku ini sampai salah menggandeng tangan. Tangan Dina berubah menjadi besar tidak lentik haha," ucap Bilah di balik kamar.
Bilah menjadi teringat akan sahabatnya Dina, tapi dia masih ada rasa kesal kenapa Dina cemburu kepadanya. Dia membuka aplikasi biru berlambang F, lalu dia membuka profil Dina.
"Kangen gue sama loe Din, kangen sama mulut cerewet loe," ucap monolog Bilah melihat foto profile Dina dengan baju putih kebanggaannya.
***
Bilah tinggal di Jogja sudah empat hari, selama empat hari Bilah belum juga menjawab lamaran Bagas. Bilah juga membeli mobil second untuk mempermudah dirinya ketika bepergian. Kini hidupnya tidak semewah sebelumnya, tapi hatinya lebih tenang dan banyak bersyukur. Dengan alur kehidupan penuh penderitaan sebelumnya, kini dia dipertemukan dengan orang-orang yang baik seperti Paklik Wahid.
"Assalamu'alaikum," Bilah mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam, eh Nak Bilah," ucap Bulik Anggun, istri Paklik Wahid membuka pintu.
"Bulik, ini ada roti dan cake untuk anak-anak," ucap Bilah.
"Aduh, Nak Bilah repot-repot. Kasih makanan terus. Subhanallah, jika menjadi istri Gus Bagas, dia akan betah di rumah terus sepanjang hari hehe," ucap Bulik Anggun dengan guyonannya.
Bilah tersenyum dan sedikit malu ketika Bulik Anggun berkata seperti itu.
Sejak Bilah tinggal di rumah milik Paklik Wahid, para pemuda menyangka itu keponakan Paklik Wahid. Sehingga banyak yang bertanya tentang Bilah dan mencoba untuk mendekatinya.
Ketika Paklik Wahid memberitahu Bagas bahwa banyak pemuda yang mencoba mendekati Bilah, ada rasa panas di dadanya. Tapi Bagas pendam karena Bilah belum siapa-siapa dia.
"Nabilah Syaqilah Aini, kenapa kamu belum menjawab lamaranku," ucap monolog Bagas ketika memegang benda pipih sambil membaca WA 4 hari yang lalu ketika Bilah menanyakan dia tentang percakapan Paklik dan Aisyah dengan bahasa Jawa.
Bagas memikirkan Bilah, ketika mengajar kitab kuning di kelaspun menjadi tidak konsentrasi, Bagas terlihat tidak ada semangat. Dia segera mengambil wudhu dan pergi ke masjid untuk menenangkan perasaannya.
"Ya Rabb... jatuh cinta seperti inikah?" gumam Bagas.
Bagas terus berzikir agar Bilah hilang dari pikirannya. Semakin dia berzikir wajah Bilah malah makin terbayang-bayang.
"Ya Rabb jangan sampai cinta ini, mengalahkan Cintaku kepada-Mu," doa Bagas lirih.
Hari ini Ning Aisyah akan kembali ke Jakarta. Karena suaminya sudah mulai berdinas kembali.
"De, kasih tahu Mba. Apapun jawaban dari Bilah nanti yah," ucap Aisyah.
"Iya Mba," jawab Bagas.
"Kamu kenapa? Kok wajahnya gelisah?" tanya Aisyah.
"Gak ada apa-apa Mba," Bagas mencoba menutupi rasa gelisahnya.
"Mba gak bisa dibohongi, pasti berhubungan dengan Bilah," tebak Aisyah.
Bagas menatap Aisyah, lalu menundukkan kepalanya dengan lesu.
"Bilah sudah menjawab kamu? Kamu ditolak?" tanya Aisyah.
"Dia belum menjawab lamaranku Mba," jawab Bagas.
"Lah, lalu kenapa wajahmu gelisah seperti itu," tanya Aisyah.
"Pemuda di sekitar rumah Paklik banyak yang mau mencoba mendekati Bilah Mba," jawab jujur Bagas.
"Ya Allah...jadi kamu gelisah karena itu? Walaupun Mba baru sebentar kenal dengan Bilah, Insha Allah dia wanita yang menjaga dirinya dari fitnah dunia. Buktinya dia belum menjawab lamaranmu, jika dia wanita yang hanya memandang dunia pasti ia akan langsung menerima lamaranmu," ucap Aisyah, kepada Bagas.
"Coba kamu bercermin, wajah Gus Bagas ini tampan, kulit putih bersih, hidung mancung, anak Kiai, berpendidikan lulus S2 ilmu hadits di universitas Libya, harta ada. Apakah Bilah melihat itu? tidak De, dia lebih memilih jawaban yang diberikan Allah dari petunjuk yang langsung diberikan oleh Sang Maha Pencipta," sambungnya.
"Iya Mba, aku sekarang paham. Kenapa Allah menjawab doaku ketika dia datang bersama Mba. Dalam perjalanan bersama, selama 2 hari ke Jogja. Aku melihat Bilah wanita yang tidak memandang akan duniawi," ucap Bagas.
"Dia sepertinya keturunan bagus De, Mamahnya Arab Indonesia. Kita belum tahu keluarga Bilah yang di Arab kemungkinan keturunan Syeh. Ayahnya dari turki. Cara mereka mendidik anaknya sampai besar terlihat dari tutur kata, sopan santun Bilah. Dibalik anak yang baik ada seorang ibu yang luar biasa," ucap Aisyah, kepada Bagas.
"Bolehkah aku menanyai dia, kapan dia butuh waktu untuk menjawab lamaranku Mba?" tanya Bagas.
"Sudah empat hari 'kan dia di Jogja, seharusnya kamu coba tanya agar ada kepastian, jika dia menolak 'kan kamu bisa dengan yang lain. Dengan Ning Haya misalnya," Aisyah meledek Bagas.
Bagas membulatkan matanya menatap Aisyah, dia pun tak siap jika Bilah menolak Dia.
"Ih wajah kamu seram banget, tegang gitu. Dah ah bantuin Mba bawain koper ke mobil. Mas Adnan dan Salma sudah menunggu Mba di mobil." Kata Aisyah sambil melangkahkan kakinya menuju mobil.
Bagas mulai mendorong koper-koper milik Ning Aisyah. Tak lama setelah koper masuk ke mobil, merekapun berangkat untuk menuju ke Jakarta.
Bagas memikirkan perkataan Ning Aisya, dia mengambil benda pipih di kantong gamis putihnya.
"Lebih baik aku telepon dia saja, jadi lebih jelas dari intonasi suara daripada hanya WA," gumam Bagas.
Belum juga menelepon Bilah, jantung Bagas seperti suara beduk azan, berdetak kencang dan tangannya berkeringat.
Hallo, Assalamu'alaikum.
Wa'alaikumsalam.
Ada apa Gus Bagas?
Bagas tidak membalas pertanyaan Bilah, dia membisu.
Gus...kamu masih di situ? hallo.
I... iya, a... anu.
Keluh lidah Bagas ketika mendengar suara lembut Bilah.
Ih Gus Bagas ngomong anu-anu, mau ngomong apa sama aku? mau ngomong sama aku 'kan bukan mau ngomong sama Mamah atau Ayah aku? Bicaralah Gus, jangan gugup.
Kapan kamu jawab lamaranku? Masa iddahmu sudah selesai.
Sekarang Bilah yang malah diam, tidak menjawab pertanyaan Bagas.
Hallo... kamu masih di situ?
Iya, aku masih bicara sama Gus. Maaf Gus bolehkah jika aku jawab pertanyaan Gus tiga bulan lagi bagaimana? Aku butuh waktu.
Kok kita seperti pacaran yah, aku harus menunggu kamu jawab ini, artinya aku harus menunggu kamu tiga bulan. Aku nggak bisa terlalu lama.
Nada kesal Gus Bagas di dengar Bilah dibalik benda pipihnya.
Kamu marah Gus?
Yah marah lah, siapa yang sanggup menunggu tiga bulan tanpa kepastian. Aku juga resah, Paklik bilang para pemuda di sana deketin kamu. jadi aku meneleponmu untuk menjawab lamaranku.
Apa? Gus pikir, aku akan meladeni mereka? mentang-mentang aku janda! maaf Gus sepertinya tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Assalamu'alaikum.
Bilah mematikan teleponnya secara sepihak.
"Wa'alaikumsalam, ya Allah dia marah. Bagaimana ini, aku coba telepon lagi," ucap Bagas penuh lirih.
Bagas mencoba untuk menelepon Bilah kembali, tapi tidak di angkat. 5 menit dia berusaha untuk menelepon kali ini Bilah menonaktifkan nomornya.
Telepon Bilah bukannya tenang tapi malah semakin resah hatinya.
Bersambung