Cinta, apakah sungguh-sungguh ada di dunia ini, Zea nyaris tak percaya, menikah apakah akan menjadikan kebahagiaan? Zea pun nyaris tak percaya, pernikahan hanya pintu untuk seruntutan peristiwa yang memusingkan dan mengecewakan. Lelah berpikir tentang cinta, jodoh dan pernikahan Zea justru sibuk dengan berkebun dan berkuda, baginya hal ini lebih menyenangkan.
Namun siapa sangka hadirnya pemuda yang jauh dari usianya itu mampu mengacaukan pondasi dan perasaanya. Lalu bagaimana kah kisah selanjutnya? Akankah dirinya bisa merasakan indahnya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seruang
"Zee?? " Al Jovano terkejut saat membuka matanya ada ranjang pasien baru di sisinya yang di dorong suster. Dan yang membuat dirinya terkejut pasien yang terpejam itu adalah Zea.
"Sus? Dia kenapa?? " Tanya Al Jovano khawatir.
"Ah, kecelakaan saat menunggang kuda Mas, Tulang sikunya patah." Jelas suster sambil menyuntikkan pereda nyeri pada Zea.
"Mohon Maaf, Pasien berpesan agar jika sudah selesai operasi di pindah di ruang yang sama dengan anda. Kami sudah minta ijin keluarga Anda. " Jelas suster pada Al Jovano.
"Ah, begitu, terimakasih sus." Ucap Al Jovano yang di jawab anggukan dan senyum dari perawat itu.
Perawat itu pun keluar dan meninggalkan Al Jovano dengan Zea berdua di dalam Ruang rawat itu.
"Ckkk, kenapa kamu sampai kaya gitu sih Zee?? " Al Jovano duduk dan menatap wajah Zea yang terlelap tidur dengan tenang.
Sehari ini Al Jovano terus memikirkan Zea, namun dirinya terlalu malu untuk memulai duluan mengirim pesan atau telfon, rasanya dirinya tak pantas melakukannya setelah menolak dan membuat wanita itu menangis kemarin.
Brakkk
"Assalamualaikum? " Bunda Mutia dan Ayah Arsya datang dengan nafas terburu-buru.
"Walaikum salam Om, Tan. " Jawab Al Jovano sambil tersenyum ramah.
"Ya ampun, jadi kalian satu ruangan?" Bunda Mutia menutup mulutnya terkejut.
"Bagaimana keadaanmu Nak Al?? " Tanya Ayah Arsya.
"Ya seperti ini Om." Jawab Al Jovano tersenyum kecut.
Ayah Arsya menghampirinya dan menepuk pundak Al Jovano pelan kemudian berkata, "Yang sabar ya, Kamu pasti sembuh."
"Tapi saya sudah tak sempurna Om. " Tutur Al Jovano minder sambil menundukkan kepalanya.
"Emang ada manusia yang sempurna? Terkadang kita perlu terjatuh untuk bisa bangkit dan lebih kuat. Tubuh kita boleh sakit tapi jiwa kita jangan sakit Al. " Nasihat Ayah Arsya kemudian.
"Nak bagi kami laki-laki yang sempurna itu yang memiliki keyakinan kuat terhadap Tuhannya dan setia juga bertanggung jawab. Kamu pria yang baik yang Zea harapan kan Tante yakin itu, karena Zea tak pernah bisa menerima laki-laki selain keluarganya. Kamu beruntung, Tante mohon jangan kecewakan Dia ya?" Ucap Bunda Mutia membuat hati Al Jovano menghangat.
"Om, Tan, Emang gak malu punya mantu cacat kaya gini? " Tanya Al Jovano kemudian.
"Kamu gak sedang Cacat iman sama akhlak kan?" Tanya Ayah Arsya sambil tersenyum namun justru kalimat itu yang mampu membuat Al Jovano seperti di cubit hatinya, bagaimana dirinya begitu gencarnya mengejar Zea sementara secara agama mungkin dirinya masih jauh dari kata imam yang pantas.
"Maaf Om, saya memang bukan laki-laki yang banyak tau tentang agama. " Kata Al Jovano menundukkan kepalanya lagi semakin minder rasanya, bagaimana dulu dirinya begitu percaya diri mengejar Zea sementara saat di depan Ayahnya saja dirinya sudah merasa rendah seperti ini.
"Maksud Om, Tak harus orang yang Agamanya hebat semacam ustad, hanya minimal hati kita jangan sampai cacat hingga tak mau beriman pada Tuhannya, minimal kamu tak pernah bolong solat lima waktu itu saja. " Ucap Ayah Arsya menjelaskan agar Al Jovano tidak semakin minder.
"Sudah, sudah, Bagi kami kalau Zea bahagia kami pasti dukung, asal tidak keluar dari syariat, itu saja. Kamu pasti lelah istirahat lah Nak, kami keluar sebentar untuk makan. " Putus Bunda Mutia lalu mengajak Ayah Arsya.
Al Jovano bernafas lega rasanya begitu kedua orang tua Zea keluar, Al Jovano menatap Zea merasa prihatin, Andai dia sehat tak akan dia biarkan Zea terluka seperti ini.
***
Sore hari.
Zea membuka mata pelan rasanya silau sekali matanya, Zea ingin bangun tapi ada yang berat dan sakit pada tubuhnya.
"Ashhh, Lupa aku. " Gumam Zea lalu memposisikan diri agar nyaman.
"Kamu bangun? Sakit ya? " Tanya Al Jovano sambil menatap Zea, mereka pun berhadapan.
"Ckkk, biasa aja, masih juga sakitan kamu. " Jawab Zea sambil tersenyum.
"Kok kamu ceroboh gitu sih??? " Cecar Al Jovano.
"Salahmu." Kata Zea sambil cemberut.
"Kok aku sih?? " Al Jovano heran.
"Gara-gara kamu tak jadi melamar ku aku jadi gila! Puas??? " Kata Zea bersemu merah.
Al Jovano menahan senyuman sambil berbatuk, "Hati-hati makanya Zee. " Lanjut Al Jovano mengalihkan pandangannya dari mata yang indah itu.
"Kamu itu yang Hati-hati kalau mempermainkan hati orang! " Jawab Zea kesal lalu menatap langit-langit kamar.
Keduanya membisu, mereka larut dalam perasaanya masing-masing, Al Jovano merasa bersalah pada Zea. Sedangkan Zea justru merasa semakin bodoh dengan keadaannya saat ini.
"Zee." Panggil Al Jovano memecah kesunyian.
"Hmmm." Jawab Zea sambil memejamkan matanya.
"Maaf." Lanjut Al Jovano.
"Untuk?" Tanya Zea bingung.
"Untuk sikapku kemarin. Maaf sudah mundur. Aku tak bermaksud mempermainkan kamu. Tapi kamu tau kan keadaanku sekarang." Kata Al Jovano parau, sisi cengengnya muncul lagi.
"Maafnya di tolak." Kata Zea juga parau, sesak di hatinya kembali menyeruak.
"Kalau alasan kamu, hanya karena masalah kakimu aku tidak terima. " Lanjut Zea lagi.
"Kenapa? " Al Jovano masih belum paham, karena memang itu alasannya.
"Aku juga cacat saat ini, kita sama. Jadi alasanmu di tolak. " Kata Zea lalu menatap Al Jovano, pipinya berair dari matanya, Zea kesal dan dongkol bersamaan karena brondong di hadapannya ini sudah mengacaukan perasaanya.
"Lalu bagaimana? " Tanya Al Jovano menahan sudut air matanya.
"Lamar lagi. Aku maunya itu. " Jawab Zea dan tumpah sudah tangisnya di hadapan Al Jovano.
"Ckkk.Gara-gara kamu, aku jadi cengeng. Kamu benar-benar menyebalkan!! " Kata Zea lalu menutup wajahnya dengan selimut, malu pasti wajahnya jelek sekali.
Al Jovano merasa semakin bersalah, wanita yang dia cintai harus menangis berkali-kali karena ulahnya. Al Jovano cukup hafal dengan karakter Zea yang tangguh dan kuat juga keras kepala, ternyata wanita seperti ini bisa serapuh dan se cengeng ini karena dirinya.
"Zee, Maaf. " Kata Al Jovano lagi parau.
"Gak mau! Kamu jahat! " Jawab Zea sambil terisak.
"Terus aku harus gimana, agar aku bisa mendapat maaf kamu?? " Al Jovano menarik nafas melihat Zea seperti ini dadanya terasa sesak.
"Lamar Lagi!!!" Kata Zea sedikit keras membuat Al Jovano menarik nafas dan menahan senyumannya.
"Emang kamu beneran mau nikah karena cinta?? Bukan belas kasian?? " Tanya Al Jovano pelan.
"Ya iyalah. Emang aku main-main kalau sama perasaan?? " Jawab Zea kesal lalu membuka selimut menatap Al Jovano sambil cemberut dan sedikit terisak.
"Kamu dulu sering mainin perasaanku. " Jawab Al Jovano sambil nyengir.
"Ckkk. Dulu kan, sekarang aku serius. Maunya kamu gak bisa yang lain. " Jawab Zea sambil menghapus air matanya.
"Jelek banget! " Ejek Al Jovano sambil tertawa.
"Ish... Lamar!!! " Kata Zea sedikit berteriak namun hanya di jawab gelak tawa Al Jovano.
***
Yuk yang masih setia kasih dukungannya ya.
Mau dong bunga atau kopi atau Vote buat Mereka. 😍
Jangan lupa like, komentar dan subscribe ya🤗🤗🤗🙏🙏🙏