NovelToon NovelToon
I Love You Professor Handsome

I Love You Professor Handsome

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Dosen
Popularitas:18.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: desih nurani

Zainna Keisha Nugraha, seorang Mahasiswi kampus ternama di Jakarta harus menerima pernikahannya dengan seorang Profesor yang merupakan salah satu dosennya yang berstatus sebagai duda beranak satu. Inna menerima pernikahan ini karena sudah terlanjur sayang pada Putri kecil yang sangat manis dengan nasib yang sama dengannya yaitu ditinggalkan oleh ibu kandungnya. Namun Inna juga harus menelan pahit bahwa suaminya masih sangat mencintai istri pertamanya dan sangat sulit untuk Inna dapat menggantikannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Puluh Lima

Inna mengerjapkan matanya saat mencium bau yang cukup menyengat. Matanya menangkap kondisi ruangan yang hanya didominasi warna putih. Tentu saja Inna tahu di mana dirinya berada saat ini. Karena ia masih mengingat dengan jelas kejadian di taman.

"Kamu sudah bangun?" tanya seseorang yang duduk disebelah Inna. Inna pun menoleh dan melihat Jidan duduk di sana sambil tersenyum.

Kenapa harus Kak Jidan? Kenapa bukan kamu yang duduk di sana, Mas?

"Kak Jidan. Kenapa Kakak bisa ada di sini?" Tanya Inna menatap Jidan dengan tatapan sendu. Kekecewaan terpancar jelas dimatanya. Inna sudah bisa menebak, Jidanlah yang sudah menolongnya. Kenapa selalu lelaki itu yang ada saat dirinya butuh. Kenapa bukan suaminya? Kepala Inna kembali berdenyut.

Pagi itu Jidan tidak sengaja melihat Inna yang sedang menjalankan hukuman. Jidan hendak menghampiri Inna, tetapi ia menghentikan langkahnya karena Samuel lebih dulu menghampiri gadis itu. Jidan juga melihat perubahan eskspresi dari wajah Samuel saat melihat Inna. Ia sangat kesal, ditambah lagi Samuel sama sekali tidak memperdulikan Inna dan pergi begitu saja. Jidan mengikuti Inna yang pergi ke taman. Terus mengawasi gadis itu dan Jidan juga mendengar apa yang Inna ucapkan. Bahkan ia ikut menangis, seakan merasakan kepedihan yang Inna rasakan. Hingga saat Inna ingin pergi tubuhnya limbung dan beruntung Jidan bisa menangkapnya. Lalu membawa Inna ke rumah sakit.

"Kamu pingsan tadi di taman. Kebetulan Kakak ada di sana dan langsung bawa kamu ke sini. Kakak juga sudah coba menghubungi suami kamu, tapi dia tidak bisa dihubungi." Jelas Jidan.

Inna tersenyum kecut mendengarnya.

"Mungkin dia sedang sibuk. Terima kasih, Kakak sudah mau membantu Nana." Ucap Inna kembali memejamkan matanya. Bayangan Samuel tersenyum pada wanita itu terus terbayang dipikirannya. Membuat hatinya terus berdenyut sakit.

"Dokter bilang kamu dehidrasi, kenapa kamu tidak memperhatikan kesehatan kamu Nana? Sebelumnya kamu tidak pernah seperti ini. Ada apa sebenarnya?" Jidan bertanya seolah-olah tak tahu apa-apa. Namun, sebenarnya ia tahu segalanya. Bagaimana Samuel memperlakukan Inna dengan tak berperasaan.

Inna membuka matanya dan menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Bahkan ia tak berniat untuk menjawab pertanyaan Jidan. Saat ini ia lelah, dan ingin tidur sepulas mungkin.

"Assalamualaikum." Ucap Randy muncul dari balik pintu.

"Wa'alaikumusalam." Jawab Jidan tersenyum ramah. Randy pun menghampiri Inna dan duduk di sisi brankar.

"Bagiamana kondisi kamu, Sayang?" Tanya Randy menatap Inna iba. Tadi Randy mendapatkan kabar dari Jidan, bahwa Inna jatuh pingsan dan masuk rumah sakit.

Inna menatapa Randy begitu dalam.

"Udah mendingan, Pa." Jawab Inna dengan suara lemah.

"Jidan bilang kamu dehidrasi dan belum makan, sekarang kita makan ya? Tadi Papa beli bubur ayam." Randy mengusap pipi Inna yang pucat.

"Papa yang suap."

Randy pun menyetujuinya. Dengan penuh kesabaran Randy menyuapi Inna. Sesekali Inna menolak karena lidahnya terasa pahit, dan Randy terus meyakinkan Inna untuk menghabiskan makannya. Tentu saja Randy berhasil, karena Inna sudah menghabiskan buburnya tanpa tersisa. Jidan yang melihat itu cuma bisa tersenyum.

"Assalamualaikum." ucap seseorang yang berhasil menarik perhatian penghuni ruangan.

"Didi." seru Inna saat melihat Didi yang sudah berdiri dan tersenyum padanya. Didi menghampiri Inna dan langsung memeluknya.

"Kenapa bisa sakit sih?" Tanya Didi mengelus pipi Inna dengan lembut.

"Nana juga manusia, Sayang." Sahut Jidan. Didi yang mendengar itu mengerucutkan bibirnya.

"Kamu pucat banget, gak tega tahu liat kamu sakit gini. Kamu juga kurusan, Na." Didi menatapnya sendu.

"Aku baik-baik aja kok. Cuma capek aja, besok juga udah sembuh." Inna mencoba meyakinkan sahabatnya.

"Kak Jidan sudah mengatakan semuanya, Nana. Jangah berbohong lagi," kata Didi sedikit berbisik. Inna menatap Didi begitu sendu. Bahkan ia tidak bisa menyembunyikan apa pun dari sahabatnya. Tanpa sadar, air matanya kembali menetes.

"Boleh kalian tunggu sebentar di luar? Ada yang ingin Om sampaikan pada Inna." Randy menatap Jidan dan Didi bergantian. Lalu keduanya saling tatap dan mengangguk. Sepasang kekasih itu langsung beranjak keluar.

Saat ini hanya ada Randy dan Inna. Lelaki paruh baya itu menatap putrinya begitu dalam. "Inna, jawab pertanyaan Papa." Randy menggengam tangan putrinya.

"Apa Samuel menyakitimu? Jawab dengan jujur, Sayang." tanya Randy yang hanya dijawab dengan tatapan kosong oleh Inna.

"Kamu mencitai dia?" Timpal Randy yang berhasil membuat Inna menangis. Tidak perlu mendengar jawaban dari mulut Inna, Randy sudah tahu jawabannya. Randy menarik Inna dalam dekapan.

"Inna gak mampu menghancurkan dinding es itu, Pa. Inna gak bisa." Lirih Inna disela isakannnya. Ia mencengkram erat kemeja Papanya. Menyalurkan rasa sakit yang mendalam.

"Sabar, Sayang. Jangan cepat menyerah, Papa yakin kamu bisa. Pernikahan kalian masih seumur jagung. Jangan karena keegoisan kalian, rumah tangga yang sudah terbina berantakan." Randy mencoba menasihati Putrinya. Ia tahu saat ini Inna sedang dalam kesedihan yang mendalam. Bukan maksud Randy untuk memihak Samuel. Ia hanya tidak ingin rumah tangga putrinya hancur begitu saja. Bahkan pernikahan mereka belum genap satu bulan.

"Tapi Inna takut, Pa. Inna takut tidak bisa menghadapi semuanya. Inna rasa... Inna menyerah, Pa." Inna semakin erat memeluk Randy.

"Jangan berkata seperti itu Sayang, cobalah berjuang lebih kuat lagi. Kamu pasti bisa, apa kamu lupa air yang menetes sedikit demi sedikit saja bisa melubangi batu yang begitu keras. Masak sih anak Papa tidak bisa menaklukkan hati suaminya? Ingat, dia suami kamu dan kamu berhak atas dirinya. Setelah ini pulang dan cobak bicara padanya. Doa papa selalu ada buat kamu, Sayang. Ingat masih ada Elya yang sangat membutuhkan kamu. Dia masih membutuhkan didikan yang baik dari Ibunya. Dan cuma kamu Ibunya," ujar Randy panjang lebar.

Inna mencoba memcerna setiap perkataan Papanya. Sekelebat wajah Elya yang begitu ceria melintas dalam pikirannya. Inna mangangguk dan tersenyum pada Randy.

"Itu baru anak, Papa." Randy mengusap pipi Inna.

"Pa, Inna mau pulang. Inna gak betah di sini, bau obat." Rengek Inna. Randy tersenyum geli mendengarnya.

"Ya sudah, Papa akan tanyakan pada dokter apa kamu sudah bisa pulang atau tidak."

Inna pun mengangguk antusias.

Rendy menemui dokter dan dokter pun mengizinkan Inna pulang, tetapi Inna harus istirahat penuh agar kondisnya tidak kembali drop. Sejak kecil Inna memiliki bawaan tubuh yang lemah dan rentan sakit. Oleh karena itu ia sering jatuh sakit dan berakhir di rumah sakit.

"Pa, Inna mau pulang ke rumah Papa ya?" Rengek Inna lagi. Randy yang mendengar itu langsung menatap Inna bingung.

"Please Pa, Inna kangen rumah." Inna terus merengek pada Randy.

"Baiklah." Jawab Randy pasrah. Inna yang mendengar itu tersenyum senang. Karena ia benar-benar merindukan rumah.

***

Malam hari, Samuel pulang ke rumah dalam kondisi berantakan. Jas yang ia pakai kini sudah tesampir dilenganya dan dasi yang ia pakai sudah longgar. Bahkan lengan kemejanya tergulung hingga siku.

Samuel terkejut saat melihat keadaan rumah yang masih gelap, bahkan tidak ada tanda-tanda kehidupan.

"Inna." Panggilnya seraya menghidupkan lampu. Lalu ia bergegas menuju kamar, tetapi ia tak menemukan istrinya. Samuel merasa aneh, biasanya Inna menyambutnya pulang. Tetapi kali ini gadisnya itu tidak menunjukkan batang hidungnya. Samuel kembali turun menuju kamar Elya, siapa tahu Inna ada di sana. Namun, Samuel hanya mendapatkan kamar yang kosong.

"Kemana dia?" Samuel merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel.

"Sial." Umpatnya saat melihat ponselnya mati.

Tanpa banyak berpikir, ia pun meninggalkan rumah. Lalu bergegas menuju kediaman kedua orang tuanya. Berharap menemukkan istrinya di sana. Karena biasanya jika Inna tidak ada di rumah, itu artinya gadis itu berada di sana.

Sesampainya di sana, Samuel langsung menuju kamar Elya. Tetapi lagi-lagi ia tak menemukan Inna di sana, hanya ada Elya yang sudah terlelap. Samuel belum menyerah, ia beranjak menuju kamarnya.

"El, kamu pulang?" tanya Diana saat melihat El hendak masuk ke kamar.

"Iya Ma, El mencari Inna." Jawab Samuel yang berhasil membuat Diana terkejut.

"Memangnya Inna kemana?" tanya Diana yang berhasil membuat Samuel bingung.

"Sejak pagi tadi Inna tidak pulang kesini El, lalu dia pergi kemana? Ini sudah malam." Lanjut Diana yang mulai cemas.

"Mungkin dia sudah menyadari kalau dia salah menikahi orang, Ma. Jadi dia mulai bosan dan pergi. Inna juga punya hati kali, sudah seharusnya dia pergi." Ujar Rey yang tiba-tiba muncul. Dan ia tak sengaja mendengar obrolan Ibu dan Kakaknya.

"Jaga ucapan kamu, Rey." Diana menatap Rey tidak suka. Sedangkan Rey hanya tersenyum masam.

"Biarkan dia sadar, Ma. Kalau dia itu terlalu jual mahal. Rey lebih bahagia jika Inna dengan orang lain. dari pada dengan manusia angkuh seperti dia." Rey menunjuk Samuel dengan kesal sebelum pergi karena muak melihat wajah Kakaknya.

"El?" Panggil Diana saat melihat Samuel yang masih bergeming.

"El pergi dulu, Ma." ucap Samuel yang langsung beranjak pergi. Diana hanya menatap kepergian Samuel dengan tatapan sendu.

"Semoga kamu sadar, El." Diana pun kembali ke kamarnya dengan perasaan gelisah. Kehilangan Inna adalah mimpi buruknya dan ia tak ingin itu terjadi.

Di balik pintu kamar, Gina tersenyum senang karena tak sengaja mendengar pembicaraan mereka. Ia benar-benar bahagia saat mendengar Inna menghilang. Itu artinya ia memiliki kesempatan untuk masuk dalam kehidupan Samuel.

***

Samuel mengemudikan mobilnya membelah jalanan kota. Namun, seketika ia mengingat kembali kejadian kemarin. Di mana dirinya melihat kemesraan Inna dengan Jidan, bahkan gadis itu terlihat bahagia saat mendapatkan sebuah kalung. Sampai berpelukan segala. Cih! Samuel benci itu. Hatinya memanas dan amarahnya kembali terbakar.

"Aaaakkhhh..." teriak Samuel frustasi. Ia menghentikan mobilnya dipinggir jalan dan memukul setir dengan kasar. Dan kata-kata Rey tadi kembali terngiang ditelinganya. Matanya mulai memerah dengan kilatan amarah yang khas.

"Jidan." Geram Samuel saat mengingat nama itu. Ia kembali melajukan mobilnya menuju kediaman Jidan. Sangat mudah baginya untuk menemukan alamat seseorang. Termasuk Jidan.

Tidak perlu lama, Samuel sudah berada di depan pintu rumah Jidan. Tanpa ragu Samuel menekan bel dengan kasar. Membuat pemilik rumah sangat terganggu karena ulahnya.

Lalu tak berapa lama pintu rumah terbuka dan menampakan seorang Jidan yang hanya mengenakan kaos dan celana pendek. Lalu...

Bugh! Sebuah tinjuan yang Samuel berikan pun melayang tepat di wajah Jidan. Dan membuat lelaki itu terhempas kelantai. Jidan menyentuh sudut bibirnya yang mengeluarkan darah segar.

"Dimana Inna?" teriak Samuel menarik baju Jidan. Menatap lelaki itu dengan permusuhan yang kental.

"Cih, baru sekarang lo cari dia huh? Baru sadar kalau lo butuh dia?" Jidan terlihat santai tanpa sedikit pun perasaan takut.

"Jangan banyak bicara, katakan di mana kau sembunyikan istriku?" Sarkas Samuel dengan kilatan amarah dimatanya.

Bugh! Kini tinjuan berhasil melayang diwajah Samuel. Lalu Jidan berbalik menarik kerah baju Samuel. Dan menghajar wajah Samuel hingga babak belur.

"Apa lo pantas menyebut Inna itu istri Lo Hah? Sadar diri, Lo gak pantas jadi suami dia, b*n*sat! Apa Lo pernah tahu kalau Inna selalu menangis karena ulah Lo hah? Brengsek lo. Lo dapat gelar Profesor tapi lo bego melebihi orang tak bersekolah." Hardik Jidan menghempas tubuh Samuel hingga terjatuh kelantai. Kali ini Samuel benar-benar menyulut emosinya.

"Bahkan Lo gak pernah peduli dengan keadaannya. Apa Lo tahu, hari ini dia masuk kerumah sakit?" Imbuh Jidan yang berhasil membuat Samuel terkejut. Jidan yang melihat keterkejutan di mata Samuel pun tertawa sumbang.

"Bahkan Lo gak pernah peduli dengan hal itu." Jidan menatap Samuel yang terdiam. Ia tidak habis pikir dengan lelaki yang saat ini ada di hadapannya. Lelaki pengecut.

"Lepaskan Inna jika Lo cuma mau nyakitin dia. Gw yang akan merebutnya langsung kalau Lo berani buat dia nangis lagi. Ingat itu brengsek!" Jidan kembali melayangkan tinjuan di wajah Samuel. Meluapkan segala kekesalanya pada lelaki itu.

Samuel tersenyum kecut. Dan bangkit dari posisinya. Menatap tajam lawan bicaranya. "Jangan harap. Karena Aku tidak akan pernah memberikan apa yang sudah menjadi milikku kepada orang lain."

"Cih, aku bahkan tidak yakin dengan hal itu. Bukankah istri pertama Lo juga pergi? Wanita mana yang tahan jika memiliki suami sombong kayak lo huh? Brengsek emamg lo." Cerca Jidan yang berhasil membuat Samuel sangat marah. Dan kembali melayangkan tinjuan. Tetapi Jidan kembali tersenyum masam.

"Tapi Inna begitu bodoh memberikan cintanya buat lo yang brengsek." sambung Jidan yang berhasil membuat Samuel kaget.

"Apa maksudmu huh?" Tanya Samuel.

"Inna mencitai lo, apa Lo gak sadar itu hah?" bentak Jidan yang berhasil membuat Samuel membelalakan matanya. Bahkan ia tak mampu berkata-kata.

Samuel tersenyum tipis, hatinya sedikit tersentuh saat mendengar jika Inna mencintainya. Benarkah gadis itu mencintainya? Tapi kenapa? Padahal Samuel selalu memperlakukannya dengan buruk.

"Lepasin dia kalo Lo gak bisa balas cintanya, karena gw yang akan mencintai dia. Biarin dia bahagia. Sudah cukup, selama ini dia selalu menderita."

"Di mana Inna?" tanya Samuel kembali menarik baju Jidan.

"Dia pulang ke rumah Papanya." Jawab Jidan mendorong Samuel dengan kasar, lalu menutup pintu rumahnya dengan kasar.

Samuel menggeram kencang. Dan langsung masuk ke dalam mobil, lalu melesat menuju rumah mertuanya. Saat ini ia hanya ingin memeluk gadisnya. Sesampainya di sana Samuel langsung mengetuk pintu dengan sedikit terhuyung. Namun, sama sekali tidak ada respon dari dalam rumah. Samuel semakin frustasi dan kembali mencoba mengetuk pintu. Sampai pintu itu pun terbuka dan menampakan seorang bidadari cantik.

1
Niken Hapsari
suami bodoh lepasin aja deh bentar2 minta maaf
meris dawati Sihombing
Mata kuliah kali thor mosok mata pelajaran..
Dedek Imutz
Luar biasa
kalea rizuky
perempuan tolol
74 Jameela
Inna jg udh jd istri tp sikap perilakunya gk bs menjaga batasan dlm berteman
74 Jameela
Buruk
74 Jameela
bagus
Furi Wijayanti Wijayanti
ada cerita rehan gak / Elya dewasa
Nina Wahab
menarik
Resnauli Simarmata
jdi perempuan ko lemah gitu ya thoor
butet sirait
wah mau nya perkataan jidan ini didengar oleh didi langsung biar kapok jg tuh jidan pea sama pea dgn sam
Rini Haryati
lanjut thor
ceritanya keren,bagus
dan mantap
sukses
semangat
mksh
anti pebinor pelakor
Episode 25
Ini kata Jidan pada Samuel
"Lepaskan dia kalau lo tdk bisa balas cintanya, karena gue yang akan mencintai dia, biarin dia bahagia, sudah cukup selama ini dia menderita"
Tau tidak Jidan itu kekasihnya didi dan di episode 28 dia melamar didi. Ini keistimewaan pebinor di novel2 egois, apapun kelakuannya selalu dibenarkan,

Kenapa novel harus egois dan tidak adil, pelakor dilakanat dibuat hina dan dihancurkan sedangkan pebinor begitu dipuja2, diistimewakan, dispesialkan, apapun salahnya selalu dibenarkan

Simple pertanyaan untuk author
Jika suami atau kekasihmu sangat perhatian dan membela mati matian istri orang lain, dan suami mengatakan seperti Jidan katakan pada samuel, (ini kata Jidan pada samuel "Lepaskan dia kalau lo tdk bisa balas cintanya, karena gue yang akan mencintai dia, biarin dia bahagia, sudah cukup selama ini dia menderita"). Apa kau akan bilang suamiku hebat karena perhatian dan mau merebut istri orang dan mencintai istri orang ituu
anti pebinor pelakor
Episode 25
Ini kata Jidan pada Samuel
"Lepaskan dia kalau lo tdk bisa balas cintanya, karena gue yang akan mencintai dia, biarin dia bahagia, sudah cukup selama ini dia menderita"
Tau tidak Jidan itu kekasihnya didi dan di episode 28 dia melamar didi. Ini keistimewaan pebinor di novel2 egois, apapun kelakuannya selalu dibenarkan,

Kenapa novel harus egois dan tidak adil, pelakor dilakanat dibuat hina dan dihancurkan sedangkan pebinor begitu dipuja2, diistimewakan, dispesialkan, apapun salahnya selalu dibenarkan

Simple pertanyaan untuk author
Jika suami atau kekasihmu sangat perhatian dan membela mati matian istri orang lain, dan suami mengatakan seperti Jidan katakan pada samuel, (ini kata Jidan pada samuel "Lepaskan dia kalau lo tdk bisa balas cintanya, karena gue yang akan mencintai dia, biarin dia bahagia, sudah cukup selama ini dia menderita"). Apa kau akan bilang suamiku hebat karena perhatian dan mau merebut istri orang dan mencintai istri orang itu
Debbie Teguh
enak dibaca, singkat, gak bertele2
Debbie Teguh
rayya sm joni wkwkwk
Debbie Teguh
ud mau mati msh minta macam2, nyusahin aj sih
Debbie Teguh
jd pengen mie instan
Debbie Teguh
nenek sihir mulai beraksi
Baby White
bagus sih tapi jelimet ceritanya alias ruwet
desih nurani: Thank you Kak udah kasih bintang. Mohon dimaklumi kekurangan ceritanya. Soalnya ini karya pertama aku. Jadi belum terlalu paham cara buat alur yang mantep
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!