NovelToon NovelToon
Cinta Di Ujung Senja

Cinta Di Ujung Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: LaLibra

Di dalam hening dan gelapnya malam, akhirnya Shima mengetahui sebuah rahasia yang akan mengubah seluruh hidupnya bersama Kim

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaLibra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ingat Alina

"Maafkan aku, Mas. T_tapi mbak Santi dan Kak Devan yang menyuruhku masuk ke kamar ini"

"Selalu saja Kak Devan mengaturku. Sudahlah, hapus riasanmu yang seperti ondel-ondel itu, aku geli melihatnya. Dan kau, jangan tidur di ranjangku, juga jangan sentuh barang pribadiku"

"I-iya mas"

Shima masuk ke kamar mandi dan melakukan ritual, tentu saja ritual mandi.

"Bahkan kamar mandinya saja, lebih bagus daripada rumahku. Apa mungkin aku bisa hidup bahagia disini? Jadi pasangan sesungguhnya dengan mas Cello? Mimpi saja kamu Shima." Shima tersenyum getir setelah menggumam sendiri.

Setelah 15 menit berlalu, Shima keluar dengan daster kumalnya. Cello tidak ada di tempat tidur. Shima bernapas lega.

"Huuuffttt.. Untung saja, dia tidak dikamarnya. Ganteng sih, tapi judesnya minta ampun. Andai saja dia mau lembut sedikit, pasti tambah ganteng"

Pintu kamar terbuka dari luar. Cello sudah berganti pakaian dari jas dan celana hitam menjadi kaos oblong dan celana pendek. Aura tampan makin terpancar dari wajahnya. Shima menatapnya dengan kagum.

"Duduk, Shima. Aku perlu bicara. " Ucap Cello sambil menepuk karpet bulu di depannya tanpa melihat ke arah Shima.

Shima patuh dan duduk lesehan di depan Cello.

"Dengar Shima. Aku sangat terpukul dengan pernikahan ini. Tapi aku juga bukan pria brengsek yang akan menidurimu walau tanpa cinta. Aku mungkin akan selalu bersikap kasar padamu. Aku punya kriteria wanita sendiri yang jauh di atas kamu. Aku suka wanita yang cantik, putih dan harum, bukan sepertimu. Mulai sekarang, kamu harus tahu, mungkin selamanya aku gak akan pernah menganggap kamu istriku. Aku akan menceraikanmu jika aku sudah menemukan wanita lain yang sesuai dengan kriteriaku."

Shima menunduk dan meremas rok kumalnya. Ada perasaan sedih di hatinya, tapi Shima juga tahu batasannya jika selamanya Cello tak akan pernah menganggapnya istri. Walaupun secara fisik Shima cantik, tapi Cello sudah lebih dulu memupuk permusuhan dengan Shima. Dan selamanya, Cello tidak akan pernah tahu, seberapa cantiknya Shima, karena memandangnya pun hanya sekilas, Shima seperti kotoran yang jijik untuk dipandang.

"Iya Mas. Aku tahu. Aku gak berharap kamu menerimaku apalagi mencintaiku. Aku akan terima jika suatu saat nanti, aku di ceraikan jika Mas sudah menemukan wanita lain. Aku sebenarnya juga terpaksa menerima perjodohan ini. Yaa.. Walaupun aku hanya gadis pelunas hutang, tapi terima kasih karena Mas sudah mau jujur kepadaku."

"Sudahlah, cepat tidur. Kamu tidur saja di sofa. Ambil selimutnya di lemari sana. "

"Baik Mas"

Memang malang nasib Shima. Sudah dijodohkan dengan Cello yang ketusnya minta ampun, jadi gadis pelunas hutang, sekarang harus tidur di sofa. Walaupun Sofa itu lebih empuk dari kasur usang di kamarnya dahulu, tapi dulu Shima bahagia bisa bebas seperti tanpa beban, tanpa tahu jika kedua orang tuanya punya banyak hutang pada Devan. Shima tidak pernah tahu jika uang untuk ayahnya berobat adalah uang hasil pinjaman. Lalu kemana, uang hasil panen sawah yang di garap ayah dan ibunya. ? Shima tidak tahu.

Keesokan paginya, Shima bangun lebih awal. Shima langsung menuju kamar mandi membersihkan diri. Selepas mandi, Shima membuka lemari putih yang tadi malam di ceritakan kakak Iparnya. Shima kagum karena banyak baju bagus tergantung rapi di sana. Mulai dari pakaian santai, hingga pakaian dalam pun ada. Tas mewah juga banyak tertata rapi didalamnya. Shima memutuskan memakai dress putih selutut dan mencepol rambutnya rapi. Tak lupa sebelum menuju dapur, Shima melirik Cello yang masih tertidur lelap.

"Jika kamu tidur begini, kamu terlihat lebih tenang mas. Sebenarnya wajahmu tak pantas jadi peran antagonis." Gumam Shima.

Bagaimana tidak, Cello dengan rahangnya yang kokoh sedikit berbulu, hidung mancung, kulit putih, dan mempunyai tinggi 180 cm itu, sangat jangkung jika di bandingkan dengan Shima yang hanya mempunyai tinggi 160 cm.

Sesampainya didapur,sudah ada bi Nur, tetangga Shima yang biasa memasak di rumah keluarga Cello.

"Pagi Bi Nur"

"Pagi Ma. E_eh Bu Shima"

"Bi Nur ga usah gitu lah Bi. Aku tetap Shima yang dulu. Lagi masak apa Bi? "

"Lagi masak nasi goreng bu"

" Bi Nur, panggil aku Shima aja ya" Ucap Shima tersenyum.

"Tapi sekarang Bu Shima sudah jadi istri pak Cello, jadi saya harus biasa-in manggil Ibu"

"Saya jadi gak enak Bi" Shima mengusap tengkuknya dan tersenyum kaku.

"Gapapa Bu, nanti kalau kebiasaan manggil nama, gak sopan saya jadinya. "

"Terserah Bibi sajalah. Aku bantuin ya Bi"

" Eeh gak usah Bu. Mending Ibu buatin kopi buat pak Cello saja Bu. Biasanya kalau bangun tidur, pak Cello langsung ngopi. "

"Ya sudah. Aku buat kopi dulu buat Mas Cello. Biasanya manis atau pahit Bi? "

"Biasanya gulanya sedikit Bu"

Shima membuatkan kopi untuk Cello sambil banyak cerita dengan Bi Nur. Bi Nur merasa prihatin juga sebenarnya dengan Shima, tapi pura-pura tidak tahu saja dengan keadaan Shima.

"Nasi gorengnya sudah jadi Bu, sebentar lagi pasti pak Devan dan Bu Santi langsung sarapan. Mending bu Shima bangunin pak Cello biar ikut sarapan bareng. "

"Aku bangunin mas Cello Bi.? " Sambil menunjuk wajahnya.

"Iyalah Bu, masa Bibi yang bangunin pak Cello, kan Bu Shima istrinya pak Cello" Bi Nur terkekeh.

Dengan langkah lesu, Shima menuju kamarnya. Shima masuk dan mendapati Cello masih tertidur pulas.  Shima mendekati ranjang dan memanggil Cello.

"Mas.. Mass.. Bangun Mas. "

Cello tetap bergeming.

"Mas, bangunn". Shima dengan wajah takut-takutnya memberanikan diri menggoyangkan kaki Cello.

Cello perlahan membuka mata dan mengusap wajahnya. Shima sudah bersiap jika dia kena semprot Cello.

" Bisa gaak, bangunin aku pelan-pelan.? "

"Tuh kan bener. " Shima membatin. "Maaf Mas, tadi Mas ku panggil gak bangun- bangun"

"Ya sudah, kamu keluar dulu."

"I_iyaa mass"

Shima keluar dari kamar berbarengan dengan Santi dan Devan yang akan menuju dapur.

"Loh pengantin baru, kok udah bangun? " Santi cekikikan.

"Eee-hh iya mbak" Shima tersenyum kikuk.

"Ayo sarapan bareng, Cello mana? "

" Lagi mandi mbak. "

" Ya sudah, ayo. Biar nanti Cello nyusul"

Mereka bertiga menuju meja makan. Disana sudah tersedia nasi goreng, telur mata sapi, teh dan kopi untuk Cello buatan Shima.

"Kita tunggu Cello sebentar ya" Kali ini Devan membuka suara. "Setelah ini, kamu mau kemana Shima? "

"Belum tahu Kak, mungkin bantuin Bibi saja"

"Kamu ngapain bantuin Bibi, nanti kita ke kota ya, nanti kita nyalon bareng biar kamu kelihatan Fresh, boleh ya Mas.? " Santi bersemangat

"Tentu saja"

" Makasih mas" Santi memeluk Devan

"Eeekhm.. " Suara Cello menginterupsi mereka. Cello duduk bersebelahan dengan Shima. Mencium aroma kopi yang kuat, Cello langsung menyambar cangkir miliknya dan meminumnya beberapa teguk. Seketika dahinya mengernyit dan matanya berkaca-kaca.

"Bii.. Biii Nur, siapa yang bikinin aku kopi.? " Cello berteriak memanggil Bi Nur.

Bi Nur berlari dari dapur dengan tergopoh-gopoh.

"Kamu kenapa sih.? Kopi tinggal minum ini, banyak komplain kamu" Devan meliriknya sinis.

"Maaf Pak, tadi bu Shima yang bikin"

Cello melirik Shima. " Ya Sudah Bi.. Bibi boleh kembali ke dapur" Ucap Cello.

"Jadi, kopi ini buatan Shima? Kenapa rasanya sama, dengan kopi buatan Alina.?" Pikir Cello.

1
shabiraalea
🌹untukmu kak
LaLibra: terima kasih kakak sayang 🥰
total 1 replies
LaLibra
Bagus, seperti kisah nyata
LaLibra
Hayuk komen yang banyak dong guys!
Blush✨☃️
Jleb!
LaLibra: /Heart/
total 1 replies
Celty Sturluson
Aku jadi pengen jadi tokoh di cerita ini!
LaLibra: 🥰
terima kasih sudah mampir kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!