Kedatangannya di kota lain dengan niat ingin memberi kejutan pada suaminya yang berulang tahun, namun justru dialah yang mendapat kejutan.
Semuanya berubah setelah ia melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri, suami yang sangat di cintainya menggendong anak kecil dan dan merangkul seorang wanita di sampingnya.
"Siapa wanita itu Mas!" Bentak Anastasya.
"Dia juga istriku." Jawab Damian.
Deg!
Anastasya tersentak kaget, tubuhnya lunglai tak bertenaga hampir saja jatuh di lantai.
"Istri?" Anastasya mengernyitkan keningnya tak percaya.
Hatinya hancur seketika tak bersisa, rasanya sakit dan perih bagai di sayat pisau tajam. Suami yang selama ini dia cintai ternyata memiliki istri di kota lain.
Bagaimana nasib rumah tangganya yang akan datang? Apakah ia mampu mempertahankannya ataukah ia harus melepaskan semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cobaan
"Hikss, hikss, Tuhan... cobaan yang kau berikan begitu berat. Rasanya aku tak sanggup lagi." Lirih Anastasya menghapus air matanya.
Anastasya duduk termenung memikirkan semuanya. Rumah yang dulu bagai surga, kini berubah bagai neraka. Tidak ada lagi jalan keluar dari permasalahannya. Damian tidak ingin menceraikan keduanya, sedangkan dia juga tidak mau dimadu.
Anastasya menatap langit, "Ya Tuhan..! aku harus bagaimana." Gumamnya.
Dalam pikirannya Anastasya tidak ingin bercerai dari Damian. Sebagai wanita dia tidak ingin gagal dalam pernikahannya. Dia ingin mempertahankan rumah tangganya dan tidak ingin menjadi janda.
Anastasya memantapkan hatinya kembali, dia harus mempertahankan apa yang sudah menjadi miliknya akan tetap menjadi miliknya.
Ia menghapus air matanya kemudian menghela napas panjang lalu masuk ke dalam rumah.
.........
Kanaya masuk ke dalam rumah menuju kamarnya, ia membanting pintu dengan kuat hingga Damian tersentak saat mengambil air putih di kulkas.
"Ada apa lagi ini? aku bisa gila menghadapi semua penghuni di rumah ini." Kesal Damian.
Sejenak Damian menoleh ke arah taman, ia ingin menghampiri Anastasya tapi dia juga berpikir, mungkin Anastasya ingin menyendiri. Satu yang pasti dalam keyakinannya, ia tidak akan menceraikan Anastasya.
Tak terasa siang berganti malam, Anastasya masuk ke dalam kamarnya kemudian membersihkan diri sebelum keluar makan malam.
Setelah beberapa menit, semuanya berkumpul di meja makan, Anastasya dan Damian menikmati makanannya tanpa memperdulikan yang lain, sedangkan Kanaya dan Weni serta Radit sesekali mereka bercanda.
"Aku sudah selesai, permisi." Anastasya beranjak ingin pergi namun Damian menahannya hingga Anastasya terjatuh di pangkuannya. Ia melingkarkan kedua tangannya di leher Damian agar tidak terjatuh.
"Aku belum selesai makan. Tunggu sebentar lagi." Pinta Damian.
Kanaya dan Weni saling melirik, sudah mereka pastikan jika Anastasya dan Damian sedang bertengkar.
Tidak ingin berdebat Anastasya kembali duduk di kursi menunggu Damian selesai makan.
"Pa, Radit mau bobo bareng Papa, Mama." Pinta Radit. Membuat semuanya menoleh kearahnya.
"Sayang Papa masih ada kerjaan, Radit bobo dengan Mama aja ya?" Bujuk Damian.
Radit menggeleng, "Nggak mau, Maunya dengan Mama, Papa."
"Radit, menutur lah!" Bujuk Damian kembali.
'Ayo, Radit memelas lah!' Batin Kanaya.
"Huwaaa..." Radit menangis, "Nggak mau."
"Radit sayang, nggak boleh gitu dong! kita nggak boleh bobo dengan Papa lagi karena ada Mama Tasya." Bujuk Kanaya pada Radit.
Weni tersenyum, Kanaya mulai menjalankan perannya sebagai istri dan Ibu yang pengertian dan sangat baik di hadapan Damian.
"Huwaaa.. pokonya Radit mau bobo sama Papa, Mama." Radit tidak bisa di bujuk. Itulah watak Radit, keras kepala dan tidak mau diatur.
"Radit!" Sentak Damian.
"Nggak apa-apa Mas, Mas tidur aja dengan Kanaya dan Radit. Mulai sekarang kita tidak sekamar." Sela Anastasya dengan tersenyum lalu pergi ke kamar dan mengunci pintu kamarnya.
"Hikss, hikss." Anastasya menangis bersandar di balik pintu. Tubuhnya lemas meringsut turun ke hingga duduk di lantai. Tangis yang ia tahan di meja makan seketika tumpah saat melihat kedekatan Damian dan Kanaya serta anaknya.
Dengan perlahan ia berdiri menuju tempat tidur. Ia menarik selimut kemudian mencoba menutup mata. Hari ini sudah cukup baginya menangis. Entah besok akan menangis lagi atau tersenyum.
Beberapa menit mencoba tidur, tapi Anastasya tetap terjaga. Ia mengambil ponselnya lalu menonton film Korea favoritnya. Tidak lama kemudian suara ketika pintu membuyarkan konsentrasinya di layar ponsel.
Anastasya beranjak membuka pintu kamar. Ia tersentak saat Damian langsung masuk melewati tubuhnya yang sedikit mundur karena sentuhan lengan Damian melewatinya.
"Apa Radit sudah tidur?" Anastasya mengikuti
"Sudah." Singkat Damian.
"Kenapa nggak tidur dengan istrimu?" Ketus Anastasya.
"Tasya! jangan membuatku marah! Aku tidak pernah menganggapnya istri." Bentak Damian setelah mengunci pintu kamar.
"Tidak menganggapnya istri tapi kalian sangat mesra di Restoran bahkan kamu bilang bersyukur memiliki istri yang cantik dan anak yang lucu." Sindir Anastasya.
Anastasya masih saja kesal mengingat Damian begitu bahagia bersama Kanaya dana Radit di Restoran.
"Kamu juga ada di sana? apa kamu bersama Tuan Austin?" Tanya Damian curiga.
"Ia aku di sana, bersama Austin dan Dodi dan juga Jack." Jawab Anastasya jujur. Ia tidak ingin berbohong pada Damian apalagi membuat Damian salah paham.
"Bagaimana bisa kamu mengenal mereka? Apa kamu menghilang karena pergi dengan laki-laki itu?" Selidik Damian.
"Bisa dibilang ia bisa juga tidak." Ujar Anastasya membuat Damian makin garam.
"Dia yang menyelamatkan aku, saat Orang itu membuang ku ke jurang. Aku sempat lumpuh dengan luka di sekujur tubuh. Ia membawaku berobat ke Jerman karena kasihan padaku." Jelas Anastasya.
"Baik skali?" Damian tersenyum sinis. Ia merasa apa yang dilakukan Austin pada Anastasya sangat berlebihan, "Kenapa dia tidak menghubungi ku jika dia menemukanmu? kesannya dia sengaja menyembunyikan mu dariku " Kesal Damian.
Anastasya berbaring di tempat tidur dan laku menarik selimut hingga di dadanya.
"Sudahlah Mas! jangan membahas orang lain." Anastasya menutup mata.
"Setelah dia membawamu pergi bertahun-tahun bagaimana bisa aku tidak membahasnya? Apa saja yang kalian lakukan di luar negeri, aku nggak tau? Kesal Damian mengingat bagaimana kehidupan pria dan wanita di luar negeri.
"Apa aku wanita yang seperti itu? Aku tau sampai mana batasan yang harus aku jaga. Aku tidak seperti kamu yang punya istri tapi memiliki anak dari wanita lain." Anastasya menebak isi pikiran Damian.
"Tasya!" Bentak Damian membuat Anastasya membuka mata lebar.
"Kenapa Mas marah? emang itu kenyataannya kan? terlalu banyak kebohongan yang kamu buat hingga sekarang aku nggak tau, yang mana kata-kata Mas yang harus aku percaya." Bentak Anastasya.
"Diam Tasya!" Damian mengacak rambutnya frustasi.
"Masih belum mau menceraikan wanita itu? aku akan memberi waktu sebulan Mas! Jika dalam sebulan Mas tidak menceraikannya. Maka aku yang akan pergi dari hidup Mas!" Ujar Anastasya ragu-ragu.
Damian menoleh dengan sorot mata tajam, ia sudah sangat lelah berdebat dengan Anastasya, belum lagi dia juga berdebat dengan Kanaya saat Radit sudah tertidur. Kedua Istrinya memintanya menceraikan istrinya yang lain.
"Jangan membahas itu sekarang. Aku nggak mau berdebat.
"Tinggal menalaknya saja selesai, Aku bisa menerima Radit sebagai anakku. Kita bisa membesarkan bersama-sama tanpa Kanaya." Ujar Anastasya menekan kata "tanpa Kanaya" dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.
Damian menekan pelipisnya berkali-kali.
"Aku mau mandi. Jangan tidur, aku merindukan Istriku." Damian mulai mengontrol emosinya. Kemudian meninggalkan Anastasya yang masih bengong.
Setelah beberapa tiga puluh menit, Damian keluar dari kamar mandi, ia mengambil baju dan celana pendek lalu memakainya. Ia mendekati Anastasya yang duduk bersandar di ranjang sambil menonton.
"Nonton apa?" Tanya Damian langsung meletakkan kepalanya dipangkuan Anastasya. Kebiasaan yang sering mereka lakukan sebelum tidur. Ia mengambil tangan Anastasya untum memebelai rambutnya. Belaian Anastasya selalu membuatnya tenang jika pikirannya sedang kalut.
"Kenapa rasanya berbeda? ayolah sayang, jangan marah lagi, maafkan aku." Damian tersenyum mengelus pipi Istrinya.
"Bagaimana aku memaafkan mu Mas, Penghianatan ini sangat menyakitkan hati." Lirih Anastasya.
"Aku tidak menghianati mu. Aku hanya melakukan kewajiban ku sebagai serang anak." Ujar Damian.
"Melakukan kewajiban, tapi dengan menyakiti istri? apa nggak ada cara lain? aku rasa banyak Mas! Besok aku akan masuk kantor. Aku bosan di rumah, bisa gila aku jika terus melihat istri keduamu itu." Kesal Anastasya.
.
.
.
Bersambung....
Sahabat Author yang baik ❤️
Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏
tendang aja burungnya biar ga BS terbang sekalian . gedeegggggg bgt.
ga mgkn hamil juga lah. kayaknya si Damian mandul. tp ditipu SM Mak Lampir.
gunakan hp, minta tolong Austin kek, atau minta tolong Tirta kek. gedeghhggg