Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Langkah Keberanian yang Mematikan
Pagi itu, Rachel duduk di meja makan dengan Leo di sebelahnya, menikmati sarapan bersama. Leo, yang selalu ceria, terus mengoceh tentang teman-temannya di sekolah dan penemuan barunya dalam eksperimen sains. Namun, pikiran Rachel mengembara ke kejadian semalam—pertemuan intens dengan musuh David. Ancaman yang mereka terima kini terasa semakin nyata.
Di sisi lain, David sedang sibuk mengatur langkah selanjutnya. Ia tidak bisa membiarkan musuhnya terus menyerang dari balik bayangan. Hari ini, David berencana untuk membawa perlawanan ke tingkat berikutnya.
“Leo, setelah sarapan, kamu boleh main di halaman ya? Ibu ada sedikit urusan dengan Paman David,” kata Rachel dengan senyuman lembut.
Leo mengangguk penuh semangat. “Iya, Bu! Aku juga punya eksperimen baru yang ingin aku tunjukkan nanti!”
Rachel tersenyum, berusaha menenangkan hatinya yang gelisah. Ia tidak ingin Leo merasakan ketegangan yang ia dan David alami. Sementara itu, David mendekat dan mengangguk pelan ke arah Rachel, memberi tanda bahwa sudah waktunya bagi mereka untuk bicara secara pribadi.
---
Di ruang kerja David
Rachel berdiri di dekat jendela, menatap jauh ke luar, sementara David duduk dengan wajah serius. Mereka berdua tahu, apa yang mereka rencanakan kali ini akan membawa risiko besar. Namun, tak ada pilihan lain—ini adalah satu-satunya cara untuk melindungi Leo dan menyingkirkan ancaman itu.
“Aku sudah menyiapkan rencana, Rachel,” ujar David dengan suara tegas. “Kita akan memancingnya untuk keluar dari persembunyiannya. Jika dia berpikir kita lengah, dia akan menunjukkan dirinya.”
Rachel menghela napas, menatap David dengan tatapan penuh harap namun cemas. “David, apakah kau yakin ini aman? Bagaimana jika dia menyerang kita lebih keras lagi?”
David menatap Rachel dengan mantap. “Aku akan mengambil resiko itu, Rachel. Selama aku masih di sini, aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh Leo.”
Rachel menggigit bibirnya, lalu berjalan mendekat, meraih tangan David. “Kita bersama dalam ini, David. Aku percaya padamu, tapi tolong… jangan sampai ada yang terluka.”
David mengangguk. “Aku akan berhati-hati. Tapi kita harus siap menghadapi hal terburuk. Mereka tidak akan ragu melakukan apa pun.”
---
Di sebuah gedung kosong di pinggiran kota
David mengirimkan pesan anonim kepada pria itu, dengan instruksi untuk bertemu di lokasi yang ditentukan. Rencananya jelas—menjebaknya dan mengakhiri ancaman ini sekali dan untuk selamanya. Di balik layar, David telah mempersiapkan segala sesuatu, termasuk tim keamanan yang akan membantunya mengendalikan situasi.
Pria itu datang tepat waktu, sesuai dengan pesan yang David kirimkan. Namun, saat ia melangkah masuk, matanya menyipit, mencurigai sesuatu.
“David, kau benar-benar berpikir bisa menjebakku?” teriaknya, sambil melirik sekeliling dengan waspada.
Dari ruangan lain, David memantau lewat kamera tersembunyi. Ia merasa ada yang aneh dalam sikap pria itu, seolah dia sudah mengetahui jebakan ini.
“Dia tahu, David,” bisik Rachel yang ikut memantau di sebelahnya. “Dia tahu kita ada di sini.”
David mengernyit, berusaha tetap tenang. “Tenang, Rachel. Kita masih punya rencana cadangan. Aku sudah memikirkan semua kemungkinan.”
Namun, tiba-tiba, suara alarm dari sistem keamanan berbunyi. David menatap layar dengan serius, dan tatapan Rachel berubah panik.
“David, apa yang terjadi?” tanyanya dengan napas tertahan.
David menekan tombol komunikasi dan berbicara dengan timnya. “Semua posisi tetap siaga. Jangan biarkan dia keluar sampai aku tiba.”
David segera keluar dari ruang kendali, sementara Rachel mengikutinya dengan khawatir.
---
Di tempat pertemuan
Pria itu menyeringai, matanya menatap tajam ke arah kamera. “Kalian pikir bisa menyudutkanku? Kalian salah besar. Aku tahu semua rencana kalian, David.”
David dan Rachel tiba di ruangan itu, berhadapan langsung dengannya. David menatap pria itu dengan dingin, tidak membiarkan rasa takut terlihat di wajahnya.
“Kau sudah cukup bermain di balik bayangan,” kata David dengan nada penuh kebencian. “Sekarang saatnya kau menghadapi kenyataan.”
Pria itu tertawa, suara tawanya menggema di ruangan yang sepi. “Kenyataan? Kenyataan adalah bahwa kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku, David. Kau mungkin bisa membeli perusahaan, membangun imperium, tapi kau tidak akan pernah bisa melawan seseorang yang tahu semua kelemahanmu.”
Rachel menggenggam tangan David dengan erat, memberinya dukungan yang dibutuhkan. “David tidak pernah takut dengan ancaman seperti ini. Kau salah jika berpikir kami akan menyerah.”
Pria itu menatap Rachel dengan penuh kebencian. “Kau memang wanita yang kuat, Rachel. Tapi kau akan kalah dalam permainan ini. Kau dan anakmu… akan merasakan betapa rapuhnya kehidupan kalian.”
Ucapan itu membuat darah Rachel mendidih. Ia maju selangkah, menatap pria itu dengan tatapan tajam. “Jangan pernah sebut nama anakku lagi. Kau tidak akan pernah bisa menyentuhnya.”
Senyuman pria itu memudar, dan ia mulai merasakan tekanan dari keberanian yang diperlihatkan Rachel. Namun, ia tetap berusaha menyembunyikan ketakutannya.
“Aku tidak perlu menyentuhnya, Rachel. Semua yang kuperlukan adalah sedikit tekanan, dan dunia kalian akan runtuh dengan sendirinya.”
David tidak tahan lagi. Ia melangkah maju, menatap musuhnya dengan penuh kemarahan. “Permainanmu sudah berakhir. Kau pikir bisa mengalahkanku? Kau hanya manusia putus asa yang berusaha menyakiti orang-orang tak berdosa.”
Pria itu terdiam, terkejut oleh ketegasan David. “Kau akan menyesal mengancamku, David. Ini belum selesai.”
---
Beberapa hari kemudian
Rachel dan David kembali menjalani kehidupan mereka, namun bayangan ancaman pria itu tetap menghantui mereka. Rachel mencoba untuk terlihat tegar, terutama di depan Leo, yang masih tidak menyadari apa yang sedang terjadi.
Di malam hari, setelah Leo tertidur, Rachel duduk di balkon, memandangi langit yang gelap. David duduk di sebelahnya, memeluk bahunya dengan lembut.
“Kita sudah melakukan yang terbaik, Rachel. Mereka mungkin masih ada di luar sana, tapi aku tidak akan pernah membiarkan mereka menyentuh Leo.”
Rachel menghela napas panjang. “Aku hanya ingin Leo tumbuh dengan aman, tanpa bayangan ancaman ini. Tapi… aku tahu kau melakukan segalanya untuk melindungi kami.”
David menatap Rachel dengan lembut, lalu berkata, “Aku berjanji, ancaman ini akan segera berakhir. Apa pun yang terjadi, aku akan melindungi kalian.”
Rachel tersenyum kecil, namun di dalam hatinya, ia masih merasakan ketegangan yang membara. Ia tahu, mereka belum sepenuhnya aman. Ada sesuatu yang terasa salah, seolah ancaman itu belum benar-benar hilang.
---
Di tempat lain, pria itu menatap layar dengan puas
Pria itu mengakhiri percakapan dengan seseorang di layar. “Jadi, mereka berpikir mereka sudah menang?”
Orang di ujung telepon tertawa kecil. “Mereka bahkan belum tahu ancaman sebenarnya. Ini baru permulaan.”
Pria itu menyeringai, matanya penuh dendam. “David dan keluarganya akan merasakan ketakutan yang sebenarnya. Mereka tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi.”
Bab ini berakhir dengan ancaman yang kembali muncul, memberi ketegangan baru bagi David dan Rachel. Terasa jelas, perjuangan mereka masih jauh dari selesai, dengan ancaman yang semakin mendekat dan membawa bahaya yang lebih besar.