Ketika hidupnya terguncang oleh krisis keuangan dan beban tanggung jawab yang semakin menekan, Arya Saputra, seorang mahasiswa semester akhir, memutuskan memasuki dunia virtual Etheria Realms dengan satu tujuan: menghasilkan uang.
Namun, dunia Etheria Realms bukan sekadar game biasa. Di dalamnya, Arya menghadapi medan pertempuran yang mematikan, sekutu misterius, dan konflik yang mengancam kehidupan virtualnya—serta reputasi dunia nyata yang ia pertaruhkan. Menjadi seorang Alchemist, Arya menemukan cara baru bertarung dengan kombinasi berbagai potion, senjata dan sekutu, yang memberinya keunggulan taktis di medan laga.
Di tengah pencarian harta dan perjuangan bertahan hidup, Arya menemukan bahwa Main Quest dari game ini telah membawanya ke sisi lain dari game ini, mengubah tujuan serta motivasi Arya tuk bermain game.
Saksikan perjuangan Arya, tempat persahabatan, pengkhianatan, dan rahasia kuno yang perlahan terungkap dalam dunia virtual penuh tantangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miruのだ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keberhasilan dan Tantangan
Arya tersenyum semakin lebar melihat sejumlah kredit yang masuk kedalam rekeningnya, sembari memakan mi instan yang baru saja ia seduh sebelumnya, Arya melihat komentar para pemain yang mengunjungi tokonya.
"Aku tidak tau dari mana kau mendapatkan potion-potion itu, tapi bisakah aku membeli lagi?"
"Hei kawan, jika kau melihat pesan ini bisa memajang lebih banyak potion lain Kali?"
"Aku baru saja melihat tokomu dan ingin segera membeli potionmu, namun pembayaran gagal dan aku menyadari bahwa potionmu telah habis terjual, kawan bisa kau menjualnya lagi?"
"Aku baru saja melihat daganganmu dan mereka tiba-tiba lenyap begitu saja!"
Arya melihat tidak sedikit pemain yang ingin tahu dari mana Arya mendapatkan potion-potion berkualitas seperti itu, dia juga menyadari bahwa banyak pemain yang tidak kebagian potion miliknya, jadi berencana memisahkan lebih banyak tumpukan potion agar lebih banyak pemain dapat membelinya.
Arya tersenyum lebar seraya turun dan mencuci piringnya, setelah itu Arya segera tidur karena esoknya dia memiliki jadwal untuk melakukan sidang skripsi.
Paginya Arya duduk di tepi ranjangnya, menghela napas panjang sambil memandangi jas hitam yang sudah digantung rapi sejak semalam. Hari ini adalah hari sidangnya, dan meskipun ia sudah belajar mati-matian, tetap saja ada rasa gugup yang mengganggu pikirannya. Di meja belajarnya, laptop dan tumpukan berkas-berkas catatan sudah siap dimasukkan ke dalam tas.
Dengan cekatan, Arya mengenakan kemeja putih, merapikan dasinya, lalu memakai jas hitam yang menjadi simbol kesiapannya menghadapi sidang ini. Ia meraih tas, mengecek isi dokumen sekali lagi, dan akhirnya menghela napas dalam-dalam.
Arya menaiki ojek menuju kampusnya, memperhatikan jalan yang terasa lebih panjang dari biasanya. Tangan kanannya erat menggenggam tali tas, berusaha meredakan gugup yang semakin melanda. Di persimpangan, ia melihat beberapa mahasiswa berpakaian formal juga menuju arah yang sama—mungkin mereka juga ada sidang, pikirnya. Hal itu sedikit membuatnya tenang, menyadari ia tidak sendirian dalam proses ini.
Setibanya di kampus, Arya berjalan menuju gedung fakultas. Di depan ruangan sidang, ia melihat beberapa teman yang juga sedang menunggu giliran. Salah seorang temannya menyapanya, memberi semangat dengan tepukan kecil di bahunya, lalu berlalu masuk ke ruang sidang.
Arya menunggu namanya dipanggil, sambil terus memantapkan poin-poin utama dalam presentasinya. Ketika nama "Arya Saputra" akhirnya dipanggil, jantungnya berdetak lebih cepat. Dengan langkah yang tenang namun tegang, ia memasuki ruang sidang.
Di dalamnya, tiga dosen penguji sudah menanti, dengan ekspresi serius namun profesional. Arya berdiri di depan mereka, mengaktifkan laptop dan membuka slide presentasinya. Ia memperkenalkan diri dengan suara yang sedikit bergetar, namun perlahan mencoba mengatur napas dan fokus.
Presentasinya berlangsung selama sekitar 15 menit, membahas inti dari penelitian skripsinya. Sesekali, ia menatap dosen pembimbingnya yang memberinya anggukan singkat, seolah memberi dukungan. Setelah selesai, tiba saatnya sesi tanya jawab yang paling menegangkan.
Salah satu dosen penguji mengajukan pertanyaan pertama, lalu yang lain menambahkan. Arya menjawab sebaik mungkin, berusaha mempertahankan argumen yang telah disusun sebelumnya. Ada momen di mana ia merasa kebingungan, tapi ia tetap tenang, mencoba menjawab dengan jujur dan terbuka. Proses ini berlangsung selama sekitar 20 menit, diisi dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya berpikir keras.
Setelah selesai, Arya mengucapkan terima kasih dan meninggalkan ruang sidang. Begitu pintu menutup, ia menghela napas lega dan langsung disambut beberapa teman yang memberi selamat. Meski hasilnya belum diumumkan, Arya merasa sudah melakukan yang terbaik.
Arya kembali dipanggil masuk ke ruangan sidang setelah beberapa menit menunggu. Dengan jantung yang berdebar, ia berdiri di hadapan penguji, mendengarkan komentar dan masukan yang diberikan dengan saksama.
Setelah sedikit jeda, salah satu penguji tersenyum dan berkata, "Selamat, Arya. Anda dinyatakan lulus!." Arya langsung merasa lega.
Salah satu teman Arya mengajak pemuda itu tuk merayakan keberhasilan mereka dengan makan di restoran mewah, dengan dirinya yang mentraktir semua biaya makan mereka.
Arya menolak dengan halus ajakan itu, dan berkata masih ada urusan penting membuat Arya segera pergi dari kampus. Dalam perjalanan pulang Arya menaiki sebuah bus menuju kost-an, tak lupa dia juga mampir ke minimarket dan membeli beberapa bahan makanan.
Mengingat Arya juga sudah memiliki sumber pendapatan tetap lagi, maka pemuda itu tak ragu tuk membeli banyak bahan makanan serta Snack.
Dalam perjalanan pulang Arya mendengarkan beberapa muda-mudi sepertinya membicarakan tentang Etheria Realms, game itu memang benar-benar sedang naik daun saat ini, membuatnya digandrungi banyak orang.
Arya tersenyum tipis merasa taruhannya dengan Virtual Box Etheria Realms sepertinya memang tidak salah. Setelah pulang kembali ke kost-an nya Arya segera menata kembali seluruh belanjaannya di kabinet dan kulkas.
Selepas berganti ke pakaian yang lebih santai Arya meletakkan kembali barang-barang bawaanya. Arya membaringkan tubuhnya di kasur dan memakai Virtual Box, bersiap memasuki Etheria Realms.
Arya Yang telah menjadi Ferran segera mengangkat dan meregangkan tubuhnya yang mulai terasa kaku, Ferran melihat sekitarnya dimana kereta kuda karavan masih berjalan melintasi jalanan ditengah hutan rindang.
"Selamat pagi!... Kau tidur seperti orang yang sangat kelelahan, apa kau baik-baik Tuan Ferran?" Ella dari atas atap karavan menundukkan kepalanya melihat kondisi Ferran yang baru saja bangun.
Ferran disisi lain hanya tertawa canggung dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mengingat waktu di Etheria Realms telah beranjak siang, "Yah... Begitulah!"
Selepas berbicara beberapa patah kata dengan Ella dan mengetahui posisi mereka, Ferran mengangguk pelan dan mulai mengisi perutnya.
Di Etheria Realms dikenal akan terdapatnya sistem peraturan bertahan hidup selayaknya di dunia nyata, jika pemain terlalu sering beraktifitas tanpa istirahat maka mereka akan segera merasa kelelahan dan terkena status Fatigue yang lama kelamaan akan berubah menjadi Exhaust jika pemain terus memaksa bergerak.
Setiap pemain di Etheria Realms dibekali dengan tiga bar tambahan dalam status mereka, yang tidak lain adalah bar stamina, bar rasa haus dan bar rasa kenyang. Saat bar rasa haus dan kenyang pemain berada dibawah 25% maka mereka akan mulai terkena status Hungry dan Thristy.
Status Hungry akan mengurangi daya serang pemain serta membuat Stamina berkurang 25% lebih cepat, sedangkan status Thristy akan mengurangi kecepatan pergerakan, serta dapat bertambah buruk dengan berubah menjadi status Dehydration yang akan berdampak pada kemampuan visual pemain serta mengurangi kecepatan mereka lebih jauh.
Selain itu status Hungry juga dapat berubah menjadi Malnutrition, yang akan mulai mengurangi Hp pemain sedikit demi sedikit serta mengurangi Stamina 50% lebih cepat.
Jika untuk memulihkan efek Hungry dan Thristy pemain hanya harus makan dan minum, maka bar stamina tidak hanya bisa di isi dengan istirahat sejenak. Pemain juga memerlukan tidur untuk memulihkan lebih banyak stamina mereka, mengingat kecepatan pemulihan stamina saat istirahat tidaklah terlalu cepat.
Lama kelamaan pemain tetap akan terkena status Fatigue jika mereka hanya mengandalkan rehat sejenak, tanpa mengistirahatkan tubuh karakter mereka dalam tidur, yang tentu sangat tidak diinginkan oleh pemain.
Ferran melirik sekitarnya masih seraya memakan roti daging yang ia beli di kota sebelumnya, dari cerita Ella sebelumnya rombongan Karavan sempat diserang oleh perampok, namun karena jumlah pemain jauh lebih banyak dari para perampok, mereka berhasil lewat dengan mudah.
Beberapa monster juga sempat muncul namun tidak memberikan halangan berarti pada para pemain penjaga rombongan Karavan.
Ferran mengambil kartu statusnya,
[Nama: Ferran Lv. 33
Fame: 610
Title: Expert Alchemist (4)
Hp: 860/860
Mana: 104/104
Stamina: 100%]
[Job: Alchemist
Alchemist adalah Job yang memberikan penggunanya kemampuan lebih dalam mengolah bahan-bahan tertentu menjadi barang siap pakai seperti Potion
Setiap kenaikan level:
Str +1
Sta +1
Int +3
Vit + 1
Agi +2]
[Str: 38
Int: 104
Sta: 38
Vit: 38
Agi: 71
Poin disimpan: 132]
[Skill: (6)
Alchemical Mastery, Furnace Control, Herbalist, Throwing Potion, Knife Mastery, Quick Synthetic, Venom Ember, Scorching Ember]
Ferran menatap status yang ia miliki seraya memakan roti daging ditangannya, kenaikan level akan memberikan 4 poin bonus yang bisa pemain alokasikan ke status manapun. Ferran belum menggunakan mereka karena sebelumnya masih kebingungan tuk menggunakannya pada statusnya yang mana.
Jadi Ferran mengalokasikan 100 poin statusnya pada Agi, dan sisanya ia masukkan ke Int untuk menambah jumlah mana yang ia miliki.
Ferran memegangi dagunya terlihat tengah memikirkan sesuatu, sebelumnya Ferran pernah mendengar tentang proses pembuatan pill dari Rita, dan beberapa waktu yang lalu dia mendapatkan sebuah spirit flame yang bisa menyerap racun dari obat-obatan miliknya.
Ferran mengambil catatan miliknya dan mulai menuliskan, tentang berbagai cara membuat pill secara normal di dunia nyata. Ferran memegangi dagunya, dan melihat catatan ditangannya.
'Tungku hanya didesain untuk membuat potion, bukan untuk membuat pill, lalu cara apa yang digunakan orang jaman dulu untuk membuat pill?...' Ferran terpikirkan berbagai kemungkinan ketika memikirkan tentang proses pembuatan pill.
Disaat itulah Spirit Flame terlintas dalam benak Ferran, "... Tidak ada cara lain selain mencobanya langsung ya?..." Ferran memperhatikan sekitarnya tuk memastikan tidak ada orang yang sedang mengawasinya, termasuk Ella.
Ferran menyalakan Venom Ember ditangan kanannya, lalu tangan kiri pemuda itu memasukan life recovery potion, seingatnya Rita pernah mengatakan teknik pembuatan pill juga bisa digunakan tuk mengubah potion menjadi sebuah pill.
Ferran secara perlahan mengendalikan api ditangan, dia dapat merasakan bahwa api itu mulai menyerap racun didalam potion miliknya.
Beberapa menit pun berlalu, dan cairan merah yang merupakan Life recovery potion yang sebelumnya Ferran pakai tuk berlatih berubah menjadi cairan hitam lengket dengan bau tidak enak.
"Iuh..." Ferran mengipatkan tangannya jijik dengan segera membersihkan tangannya itu dengan air.
Ferran menghela nafas panjang, dia lalu menulis apa saja yang ia lakukan sebelumnya dan menarik kesimpulan bahwa dia tidak bisa asal ubah potion menjadi pill.
Ferran tidak langsung melakukan percobaan lagi, kali ini dia menyalakan kembali api Venom Ember ditangannya dan mencoba merasakan Venom Ember seperti bagian tubuhnya sendiri.