Shiza, murid pindahan yang langsung mencuri perhatian warga sekolah baru. Selain cantik, ia juga cerdas. Karena itu Shiza menjadi objek taruhan beberapa cowok most wanted di sekolah. Selain ketampanan di atas rata-rata para cowok itu juga terlahir kaya. Identitas Shiza yang tidak mereka ketahui dengan benar menjadikan mereka menganggapnya remeh. Tapi bagaimana jika Shiza sengaja terlibat dalam permainan itu dan pada akhirnya memberikan efek sesal yang begitu hebat untuk salah satu cowok most wanted itu. Akankah mereka bertemu lagi setelah perpisahan SMA. Lalu bagaimana perjuangan di masa depan untuk mendapatkan Shiza kembali ?
“Sorry, aku nggak punya perasaan apapun sama kamu. Kita nggak cocok dari segi apapun.” Ryuga Kai Malverick.
“Bermain di atas permainan orang lain itu ternyata menyenangkan.” Shiza Hafla Elshanum
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn rira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ryuga galau
Langit sore berkerudung hitam disertai sapuan angin tipis mendayu memeluk tubuh. Di atas ke tinggian gedung, Ryuga bisa melihat banyaknya kendaraan yang melintas di bawah sana. Posisi unit miliknya adalah pilihan sebab Ryuga bisa melihat matahari sore secara langsung dari balkon kamarnya. Dengan kata lain balkon kamarnya membelakangi timur. Pemuda itu seakan kehilangan semangat, mengambil keputusan tadi cukup tergesa karena emosi.
Sekarang Ryuga merasakan efeknya, sepi yang dirasakan nya semakin besar dari sebelumnya. Tidak hanya itu benda pipih di saku celana nya juga ikut hening. Tak ada terdengar lagi notif khusus yang masuk. Ryuga menarik nafas panjang mengusir kebosanan. Harusnya ia senang, kan? Kenapa terasa kosong. Dalam gumpalan daging lembut di dadanya ada sakit terasa.
Ryuga mengingat kata-kata Dimas, kepedulian Shiza dan keluarganya tulus. Apakah dia kehilangan itu semua? Selama ini ia enggan membahas masalah di masa SMP sebab Ryuga menganggap itu adalah kenakalan remaja. Ryuga tidak tahu bagaimana rasa khawatir orang tua melihat anaknya sekarat, mungkin sebab itu ia menganggap masalah sama Dimas sepele.
Tatapan Ryuga jatuh pada gelang di tangannya. Dalam benaknya masih tersimpan kenangan malam itu. Shiza membelikan gelang untuknya dan juga gantungan kunci yang masih tergantung di tas. Shiza tersenyum hangat malam itu memasangkan di lengannya.
"Kamu sudah makan?" Dariel tetiba datang bersama Chio. Mereka langsung masuk setelah memasukan sandi apartemen. "Makan dulu dari siang kamu belum makan." Pemuda itu selalu penuh perhatian membuka makanan yang di bawa. "Patah hati juga butuh tenaga."
"Menyesal pun jangan lupa makan juga." Sambung Chio mendaratkan tubuh di sisi sahabatnya itu.
"Aku nggak selera makan." Sahut Ryuga masih memandangi gelang yang kini ia lepas di jari nya.
"Makan ! Kamu mau sakit." Dariel mengarahkan sendok ke bibir Ryuga.
"Menurut kalian, apa Shiza benar-benar nggak punya perasaan sama aku?"
"Kaya nya enggak, karena Shiza udah tahu dari awal kalau ini permainan. Beda cerita kalau dia nggak tahu apa-apa. Mungkin Shiza sakit hati banget." Sahut Chio mengunyah roti yang di beli.
Ryuga kembali terdiam tidak berminat pada makanan yang ada di tangan Dariel. Semuanya seperti hilang dan kosong. Tangannya meraih ponsel dari dalam saku membuka room chat bersama Shiza. Kalimat-kalimat sederhana tapi berkesan. Sudut bibirnya terangkat tipis membaca sisa chat yang belum sama sekali ia hapus.
"Kamu beneran suka sama Shiza?" Dariel mengalah tidak memaksa sahabatnya itu makan.
"Aku nggak tahu." Ryuga menghela nafas. "Setelah mendengar kalau Shiza tahu ini taruhan, aku kaya orang hilang arah. Aku yang memulai tapi aku juga nggak puas dengan hasilnya. Aku pikir Shiza sama kaya cewek lain yang selama ini berharap aku melirik mereka."
"Aku sudah bilang Shiza itu baik dan beda." Sahut Chio menoleh. "Di kelas aja dia nggak pernah pecicilan."
🌷🌷🌷🌷🌷
Jika Ryuga sedang galau setengah mati maka beda hal dengan Shiza. Gadis itu tengah menikmati tamparan angin sore di pelabuhan tempat kapal kecil nelayan bersandar membawa hasil tangkapan. Senyumnya secerah cuaca tempatnya kini berada. Mengenakan stelan pakaian serba longgar, Shiza terlihat cantik dengan rambut terurai. slim bag kecil tergantung di tubuh memberikan kesan manis padanya.
"Candra ada udang." Shiza takjub melihat udang besar hadapannya. Bola matanya berbinar senang. "Aku boleh beli nggak ? Buat bawa pulang."
Candra mengangguk. "Boleh kok."
"Mau berapa Neng?" Seorang nelayan menghampiri.
"Lima kilo Pak. Nanti masukin box nya Candra aja biar seger." Sahut Shiza membiarkan pria itu menimbangnya.
"Ceweknya Candra ya?" Godanya pada Shiza karena terlihat ramah.
"Bukan Pak, dia baru putus hari ini makanya saya ajak kemari biar gak sedih." Seru Candra memilih ikan yang akan di beli untuk di jual nanti malam.
"Candra bercanda Pak, kami memang udah rencana kesini."
Bapak Nelayan itu terkekeh. "Ini saya kasih satu yang besar buat Neng cantik."
"Wah terimakasih Pak. Semoga tangkapannya lebih banyak lagi."
"Sama-sama, Neng." Bapak Nelayan melihat ke belakang. "Namanya siapa?" Tanya nya menghadap Shiza lagi.
"Shiza, Pak."
"Pernah naik kapal sebelumnya?" Bapak Nelayan bertanya sambil mengumpulkan peralatan.
"Belum pak, saya takut." Shiza menatap kapal kecil tidak jauh dari ujung dermaga.
"Mau naik kapal, cuaca bagus hari ini biar bapak ajak keliling." Tawarnya lagi.
Shiza menoleh ke arah Candra. "Gimana?"
"Nggak mabuk laut, 'kan?" Candra mendekat setelah membayar.
"Belum tahu." Shiza tampak ragu.
"Ayo aku temenin, sebentar aja ya pick up yang bawa box udah datang."
Shiza mengangguk lalu naik ke atas kapal. Ternyata kapal itu cukup besar dan sudah di bersihkan oleh pemiliknya. Shiza memindai sekelilingnya lalu duduk di salah satu bangku.
"Liat kamu jadi ingat anak bapak."
Shiza menoleh dan berpegangan pada Candra karena kapal mulai menjauh. "Anak bapak cewek juga."
"Iya, tapi dia udah nggak ada oleh kecelakaan waktu SMP naik motor sendiri." Ada tatapan sendu dan rindu yang menyatu dengan gurat wajah dan suara.
"Saya turut berduka Pak." Shiza menipiskan senyum.
"Melihat kamu tadi, bapak jadi teringat kalau dia hidup pasti sudah sebesar kamu. Dia juga ramah sama kaya kamu." Bapak Nelayan itu tersenyum khas kebapakan
Kapal melaju pelan berkeliling. Shiza merasakan sensasi baru di atas air. Sementara Candra ikut tersenyum melihat wajah senang Shiza.
"Kamu senang teman pantai?"
Shiza menoleh memberikan tatapan tanya setelah mendengar kalimat itu dari Candra. Ia tidak salah dengarkan, 'kan? "Teman pantai?"
Candra menoleh. "Ini pertemuan pertama setelah tujuh tahun kita di pantai itu."
Shiza mengamati wajah Candra mencoba mencari persamaan wajah teman kecil nya itu. "Kita bertemu di pantai."
"Kamu lupa?" Candra membawa pandangnya lurus karena kapal kembali ke dermaga pelabuhan. "Pertama lihat kamu masuk sekolah aku kaya nggak asing benar aja pas main kerumah kamu, aku masih mengenali papa sama mama kamu dan ada foto kamu juga waktu kecil."
"Aku nggak lupa tapi nggak ngenalin aja kalau itu kamu." Shiza merasa senang akhirnya mereka bertemu lagi dalam versi remaja.
"Pusing nggak?"
Shiza menggeleng. "Enggak."
"Ayo kita pulang." Candra meraih tangan Shiza menggenggamnya dengan lembut. "Terimakasih Pak sudah meluangkan waktu buat kami." Ucapnya pada bapak Nelayan.
"Sama-sama, nanti kalau Candra kesini ambil ikan lagi. Kamu ikut ya..." Pria paruh baya itu menatap ke arah Shiza.
"Iya pak kalau saya nggak ada kegiatan."
Shiza dan Candra naik motor mengikuti pick up yang membawa box ikan. Setiap mengambil ikan Pak Umar akan menyewa pick up untuk membawa box sampai ke pasar. Setiba di depan jalan masuk ke rumah Shiza. Candra mengambil udang yang tadi di beli.
Candra mengantar Shiza sampai rumahnya. "Tentang hari ini jangan di jadikan pikiran. Besok datang ke sekolah seperti biasa biarkan pendapat orang lain yang berusaha mengusik. Mereka akan capek dan berhenti."
Shiza mengangguk dan membiarkan Candra pergi. Sebelum masuk ia menarik nafas panjang. Besok entah apa lagi di hadapinya.
...----------------...
Hai kakak² yang setia baca cerita Shiza. Terimakasih ya ngikutin sampai ke bab ini. Sambil nunggu cerita Shiza update gimana kalau mampir ke buku aku yang lain. 👇
Kalau mau emosi naik turun baca Pingka Gadis Pedalaman
Mau gemas² manja sama mewek bersama baca Suami Manja Dokter Zi
Mau masuk dalam dunia fantasi ada Misi Cinta Raja melintas waktu
Atau cek aja di profil aku. Jangan lupa siapin tisu ya karena tiga judul di atas ngajak mewek berjemaah. Terimakasih 🙏