Istri mana yang tak bahagia bila suaminya naik jabatan. Semula hidup pas-pasan, tiba-tiba punya segalanya. Namun, itu semua tak berarti bagi Jihan. Kerja keras Fahmi, yang mengangkat derajat keluarga justru melenyapkan kebahagiaan Jihan. Suami setia akhirnya mendua, ibu mertua penyayang pun berubah kasar dan selalu mencacinya. Lelah dengan keadaan yang tiada henti menusuk hatinya dari berbagai arah, Jihan akhirnya memilih mundur dari pernikahan yang telah ia bangun selama lebih 6 tahun bersama Fahmi.
Menjadi janda beranak satu tak menyurutkan semangat Jihan menjalani hidup, apapun dia lakukan demi membahagiakan putra semata wayangnya. Kehadiran Aidan, seorang dokter anak, kembali menyinari ruang di hati Jihan yang telah lama redup. Namun, saat itu pula wanita masa lalu Aidan hadir bersamaan dengan mantan suami Jihan.
Lantas, apakah tujuan Fahmi hadir kembali dalam kehidupan Jihan? Dan siapakah wanita masa lalu Aidan? Akankah Jihan dapat meraih kembali kebahagiaannya yang hilang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34~ RENCANA PERNIKAHAN
Setelah makan malam yang berlangsung khidmat itu berakhir, kini mereka semua berkumpul di ruang keluarga.
Jihan duduk berdampingan dengan mama Kiara, dan Aidan bersebelahan dengan papa Denis yang sepertinya tak ingin melepas Dafa yang duduk di atas pangkuannya. Sedangkan Fiona memilih duduk di sofa tunggu dengan tatapan terus tertuju pada Jihan.
"Aidan sudah cerita, katanya kamu sudah siap menikah dengannya?" tanya papa Denis membuka pembicaraan. Kini tatapannya berfokus pada calon menantunya.
Jihan mengangguk pelan dan tersenyum tipis. "Iya, Om," jawabnya.
Papa Denis pun turut tersenyum. "Aidan juga sudah cerita kalau kamu gak punya keluarga yang bisa mewakili. Jadi, kamu gak keberatan kan, kalau persiapan pernikahan dari pihak Aidan yang mengatur semuanya?"
Jihan mengangguk. "Tapi, apa boleh saya meminta sesuatu?''
Fiona langsung tersenyum kecut, ia yakin calon istri adiknya itu pasti meminta sebuah pesta pernikahan yang meriah. Atau mungkin mahar dengan jumlah yang besar. Ia sudah sempat berpikir karakter Jihan sesuai dengan penampilannya, tapi ternyata...
"Boleh, katakan saja apa permintaan kamu." kata papa Denis.
"Apa bisa untuk ijab kabul nanti, dilaksanakan di Masjid saja?"
"Tentu saja bisa. Kebetulan gak jauh dari sini ada sebuah Masjid," jawab papa Denis. "Apa ada lagi permintaan kamu?"
Jihan terdiam sejenak, ia masih ada satu permintaan lagi. Namun, ia merasa ragu untuk mengatakannya. Takut akan menyinggung perasaan keluarga Aidan.
"Katakan saja apa permintaan kamu selanjutnya, gak usah merasa ragu begitu." kata mama Kiara yang bisa menangkap ada keraguan di ekspresi wajah Jihan.
Lagi, Fiona tersenyum kecut. Jika tadi permintaan pertama Jihan masih bisa diterima oleh logikanya. Tapi kali ini ia yakin kedok Jihan sebenarnya akan terbuka. Terlebih melihat reaksi calon adik iparnya itu tampak ragu untuk mengatakan permintaan selanjutnya.
"Kalau bisa, pernikahan kami nanti tidak perlu diadakan pesta. Cukup ijab kabul saja yang disaksikan keluarga besar Mas Aidan dan pihak wali hakim yang akan menjadi wali saya nanti." ucap Jihan, untuk yang pertama kali ia memberanikan diri bersitatap dengan Aidan, berharap calon suaminya itu memberi dukungan atas permintaannya.
Aidan mengembangkan senyum, rasa kagumnya semakin bertambah pada sosok calon istrinya itu. Disaat wanita lain menginginkan sebuah pesta pernikahan yang meriah, tapi Jihan justru menginginkan yang sebaliknya.
Papa Denis dan mama Kiara saling tatap, keduanya sama-sama menggeleng pelan atas permintaan Jihan.
"Maaf Jihan, untuk permintaan kamu satu ini kami tidak bisa mengabulkan. Mungkin bagi kamu pesta pernikahan tidak perlu karena ... maaf, kamu sudah pernah menikah sebelumnya. Tapi ini adalah yang pertama kalinya bagi Aidan, jadi kami ingin pernikahan anak kami menjadi berkesan dengan mengadakan pesta pernikahan yang disaksikan bukan hanya dari pihak keluarga saja, tapi juga rekan sejawat Aidan sendiri dan rekan saudara-saudaranya yang lain. Dan kamu sendiri, kamu juga boleh mengundang kenalan kamu atau teman-teman kamu."
Suasana hening sejenak, Jihan terdiam dengan pandangan menunduk. Diawal ia sudah ragu permintaannya akan dikabulkan mengingat Aidan berasal dari keluarga terpandang.
"Sekarang, kamu boleh menyebut mahar apa yang kamu minta?" Papa Denis kembali membuka suara.
"Soal mahar, saya tidak akan menuntut lebih, saya serahkan sepenuhnya pada Mas Aidan." Jihan kembali menatap calon suaminya. Dia tidak ingin meminta apapun dari pria itu selain limpahan kasih sayang.
Aidan mengangguk dan tersenyum, seakan mampu membaca isi pikiran calon istrinya. Ia tahu Jihan pernah diduakan dan dicampakkan, maka ia akan melimpahkan seluruh cinta dan kasih sayangnya terhadap calon istrinya itu maupun calon anak sambungnya. Dan teruntuk mahar, sebisanya ia akan memberikan yang terbaik.
.
.
.
Fiona mengubah posisi duduknya ketika Aidan datang dan duduk di sampingnya, yang semula selonjoran menjadi duduk bersila. Setelah pembicaraan di ruang keluarga selesai, ia memilih menyendiri di gazebo.
"Mama sama Jihan lagi ngobrol tuh, kakak gak mau gabung?"
"Enggak," jawab Fiona datar.
"Setelah mendengar semua permintaan Jihan tadi, kakak masih beranggapan dia bukan perempuan baik-baik?"
Fiona diam, tak menyahuti ucapan adiknya.
Aidan menghela nafas. "Aku sedih loh kalau kakak begini, seakan-akan gak suka lihat aku bahagia."
"Apaan, sih!" Fiona berdecak pelan. "Kakak cuma gak habis pikir aja, ada ya perempuan kayak Jihan?" Ia benar-benar tak menyangka apa yang diminta Jihan diluar ekspektasinya. Ia pikir, janda beranak satu itu akan memanfaatkan adiknya, tapi ternyata...
"Kan sudah aku bilang, kakak perlu mengenal Jihan dulu sebelum menilainya." Aidan menarik bahu sang kakak agar berhadapan dengannya. "Aku memang belum pernah bertemu mantan suami Jihan tapi aku tahu apa penyebab perceraian mereka."
Fiona menatap adiknya dengan kening mengkerut. "Jihan cerita sama kamu?"
"Enggak, Jihan gak pernah cerita apapun tentang ayahnya Dafa. Aku tahu dari Mbak Nayra yang juga gak sengaja dengar pembicaraan Jihan dengan tetangganya yang kebetulan pelanggan di toko kue Mbak Nayra." Aidan menatap kakaknya dengan lekat. "Jihan dipoligami, Kak, dan diperlakukan dengan tidak adil. Bahkan dia dicampakkan begitu saja dan tidak mendapatkan hak yang semestinya. Beruntung Jihan masih mendapatkan hak asuh anaknya. Coba kakak bayangan akan seterpuruk apa Jihan jika harus dipisahkan dengan anaknya?"
Fiona meringis dengan mata terpejam. Baru membayangkan saja ia sudah tak sanggup, apalagi jika ada diposisi Jihan.
"Dafa juga pernah cerita kalau Ayah dan Neneknya sering memarahi Bundanya, bahkan seluruh pekerjaan rumah Jihan yang mengerjakan sendirian."
"Brengsek!" Fiona kelepasan mengumpat.
Aidan terkekeh, ia tahu sang kakak tak serta merta tidak menyukai Jihan. Kakaknya itu hanya sedang mencemaskan nya saja.
"Beneran nih, kakak belum punya calon?" tanya Aidan.
Fiona memutar bola matanya, ia paling malas membahas soal nikah yang sama sekali belum terpikirkan olehnya. "Gak ada dan belum siap nikah!"
"Oke, tapi jangan minta pelangkah yang gede ya karena kakak sendiri yang gak minat nikah. Kan, gak lucu kalau aku juga ikut menjomblo karena nungguan kakak yang entah kapan mau nikahnya."
"Terserah kamu!"
Malam semakin larut, Aidan pun mengantarkan Jihan dan Dafa pulang. Sebelumnya mama Kiara sudah menahannya untuk menginap, tapi Jihan menolak dengan alasan kerja. Ah, jika bisa ia meminta agar Jihan berhenti bekerja dan fokus pada persiapan pernikahan saja.
"Terima kasih, Mas," ucap Jihan begitu turun dari mobil Aidan.
"Sama-sama, oh ya kamu harus ingat, Minggu depan aku jemput untuk fitting baju pengantin sekalian beli cincin nikah."
"Iya, Mas." Jihan tersenyum, ia tak lagi merasa gugup seperti sebelumnya. Setelah mengobrol banyak dengan kedua calon mertuanya, ia merasa mendapatkan kembali kasih sayang sebuah keluarga.
jangan seneng dulu ya Bu iren karena perangkap istri yang tersakiti itu lebih mengerikan 😏😏😏
pasti Jihan mau melakukan tes DNA secara diam-diam karena kalo secara langsung pasti tu ulat akan curiga..ya kan Jihan