PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah paham?
"Anak perempuan mana yang sedang kamu php-in," semprot Agni via telpon.
"Ngga ada, mam," kilah aaron sambil cengengesan.
Dia baru saja keluar dari unit apartemen mewahnya
'Jangan aneh aneh, ya, Ron. Lagakmu pura pura miskin. Jatah transfer jalan terus. Malah tambah semakin gede. Miskin apaan," semprot Agni lagi
Aaron terkekeh. Dia juga bisa mendengar derau tawa daddynya, Brian.
"Dulu itu om Fazza, juga pura pura miskin. Tapi ngga senorak kamu. Jual sana sepedanya!" semprot Agni lagi masih dengan kekesalan yang memenuhi rongga dadanya
Suara tawa Brian makin terdengar keras.
Aaron makin cengengesan
"Jaman gini mau nyari perempuan kaya yang suka laki laki dari nol. Sana ke Spbu." Agni terus saja mengumpati anak tunggalnya.
"Ada, kok, mi, perempuan yang ngga mandang harta," bantahnya lagi. Dia teringat Nagita dan Emily. Juga ada beberapa perempuan kaya yang lain yang lebih suka dengan wajah bulenya.
"Huh," dengus Agni kesal.
Ngga lama kemudian terdengar suara daddynya.
"Aaron, daddy sama mami agak sibuk di sini. Bisa kamu lebih sering ke perusahaan?"
"Oke, daddy."
Setelah berbalas beberapa kali dengan daddynya, telpon pun di putus oleh daddynya.
Saat dia sedang berdiri di depan pintu lift, seorang pengawalnya datang menghampiri.
"Tuan muda, dua anak jalanan itu memang tidak tau siapa dua perempuan yang menyuruhnya. Sayangnya mereka mengenakan masker, topi dan jaket. Sudah kami susuri jejak rekaman cctv, sayangnya tidak ada rekaman kejadiannya. Hanya sketsa ini yang bisa saya berikan. Kemungkinan besar, kedua perempuan itu teman kampus anda dan nona itu," lapor sang pengawal sambil menunjukan sketsa gambar di tabletnya.
"Sudah saya kirimkan ke nomer ponsel tuan muda," sambungnya lagi.
Aaron kemudian menatap lagi sketsa dua orang perempuan itu. Tidak terlihat jelas hanya berdasarkan keterangan dua orang anak jalanan itu saja.
Tapi Aaron sudah punya dugaan kuat.
"Tolong awasi dua gadis ini.".
Dia pun menunjukkan foto dua orang gadis cantik yang merupakan teman kampusnya.
Pacarnya Wely dan sahabatnya, Martha.
"Siap tuan muda." Setelah menyimpan foto yang ditunjukkan tuan mudanya, pengawalnya pun bergegas pergi.
Saat Aaron sedang melangkah melewati salah satu unit apartemen, dia menghentikan langkahnya ketika melihat pintu itu terbuka dari dalam. Seingatnya unit itu kosong.
Aaron terpaku saat melihat sosok yang dia kenal keluar dari sana.
Untungnya si pemilik unit terlihat terburu buru, ngga menyadari kehadirannya. Setelah menutup pintu, pemilik unit itu setengah berlari ke arah pintu lift yang mulai terbuka. Ada beberapa orang yang sedang mengantri lift di sana.
Emily? Dia tinggal di sini juga? batinnya berusaha meredam perasaan terkejutnya.
*
*
*
Pagi ini kampus Emily sangat sibuk karena sebentar lagi pertandingan Voli akan dilaksanakan.
Dua kampus elit ini selalu bersaing dengan ketat
Para.mahasiswa dan mahasiswi yang jadi penonton pun akan berdandan maksimal, karena tamu tamu dari kampus lawan mereka di final yang menonton juga memiliki paras tampan dan cantik. Juga sebagian setara kekayaannya.
"Udah beres semuanya, Gita?" tanya Wely yang tiba tiba saja sudah mendekati gadis itu.
"Konsumsinya? Sudah," sahut Nagita tampa memperhatikan Wely. Dia sibuk memperhatikan tim yang sedang lalu lalang untuk menyukseskan acara ini.
"Sudah sarapan belum?" tanya Wely sambil terus merapat. Seolah olah dia sedang di dorong seseorang. Memang tempat mereka berada cukup rame juga.
Nagita reflek menghindar.
"Kamu kenapa seperti takut?" kekeh Wely. Dia senang menggoda Nagita. Karena selain sangat cantik, gadis itu juga kalem. Banyak yang mendekati, tapi Nagita ngga pernah menanggapi.
"Nanti pacarmu marah, loh, Wel," tukas Shifa yang ada di sebelah Nagita, merasa risih dengan sikap Wely.
"Tenang, Lathi ngga senaif itu."
"Cewe cemburu itu serem, loh," tambah Nilda ketus.
Mereka sedang mendata konsumsi yang datang.
"Aku udah nanya Lathi, katanya bukan dia pelakunya," bela Wely tenang.
"Syukurlah," sinis Nilda. Wely mulai terang terangan mendekati Nagita, padahal satu kampus sudah tau kekasihnya Wely, si Lathi.
Kejadian kemaren cukup menghebohkan. Siapa orang iseng yang menggembeskan empat ban mobil sekaligus kalo bukan orang yang cemburu.
Tapi Lathi sepertinya maen bersih. Polisi masih belum.bisa menetapkan dia sebagai tersangkanya.
"Intinya Wel, jangan panas panasin cewe loh," komentar Shifa menyarankan.
"Kalo Nagita mau sama aku, aku bakal lepasin Lathi. Gimana Nagita? Orang tua ku juga kaya raya. Kita setara," jawab Wely lugas.
"Ehem...."
"Ehem ehem...."
"Ehem..."
Keempatnya menoleh saat mendengar deheman beberapa orang.
Mata Shifa dan Nilda agak membesar karena di depan mereka ada empat laki laki tampan yang usianya ngga jauh beda dengan mereka.
Wely ingat dua orang diantara laki laki kembar itu. Sean dan Ziyan, Kating satu jurusannya.
Nagita tersenyum karena sudah mengenal keempatnya.
"Sayangnya kamu telat, Wel. Nagita sudah dijodohkan," ujar Sean santai.
"Ooh.... Siapa?" tanya Wely berusaha tenang walau perasaannya mulai gusar.
Kenapa selama ini dia ngga tau?
"Kenalkan ini Dewa, tunangannya Nagita," ucap Deva sambil menyenggolkan lengannya pada lengan Dewa.
Dewa ngga sempat protes karena Wely sedang mengamatinya dengan serius.
Ngga kenal, batin Wely.
"Oooh.... Sorry. Aku kira masih single," jawab Wely dengan senyum seramah mungkin.
Ngga mau dia berurusan dengan orang orang terdekat Sean dan Ziyan. Sudah beda jauh srata sosial mereka.
Ngga jauh dari sana ada beberapa pasang mata yang fokus menatap Nagita dan rombongan tunangannya bergantian.
"Jadi yang itu tunangan Nagita? Memang cocok, sih. Sama sama kalem," komentar Carmen yang tambah seksama mengamati laki laki yang dijodohkan dengan Nagita.
"Jadi kembarannya tunangan kamu, Mil?" tanya Nanni sambil melihat Emily yang wajahnya tampak masam.
Jadi aku akan dijodohkan sama si kurang ajar itu? batinnya mangkel.
"Padahal aku kirain kamu bakal tunangan dengan calon Nagita. Bukannya dia yang menahan tangan ibu tirimu waktu itu?" Carmen mulai menatap Emily khawatir.
Memang yang ditampar Emily sama tampannya, tapi wajah dan gerak geriknya kelihatan tengil.
"Kamu bakalan kena darah tinggi tiap hari, Mil," senyum Carmen agak melebar. Nanni juga setuju dengan pendapat Carmen.
"Aku lebih mendukung sama yang kalem itu," timpal Nanni.
"Yah, tapi mau gimana lagi," lanjutnya dengan senyum yang nggak kalah lebarnya dari Carmen.
"Tampan juga, Mil. Tapi kurang ajarnya itu loh," sambung Nanni di sela kekehannya.
Emily ngga merespon candaan keduanya.
Selain mereka, Aaron ternyata juga ada di sana.
Sepeda gunungnya sudah dia parkirkan.
Dewa? Ngga salah? batinnya kaget.
Kok, mami sama daddy ngga cerita.
Sepasang mata birunya menatap Dewa dan Nagita dengan sangat tajam.
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
DevaVina sama2 Suka
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih Iklan
emang. kamu tu aneh Deva...
baru nyadar...????
🤣🤣🤣🤣🤣
Aaron modusin Nagita
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan