FOLLOW IG AUTHOR 👉@author Three ono
Yang gak kuat skip aja!! Bukan novel tentang poligami ya, tenang saja.
Pernikahan sejatinya terjadi antara dua insan yang saling mencinta. Lalu bagaimana jika pernikahan karena dijodohkan, apa mereka juga saling mencintai. Bertemu saja belum pernah apalagi saling mencintai.
Bagaimana nasib pernikahan karena sebuah perjodohan berakhir?
Mahira yang biasa disapa Rara, terpaksa menerima perjodohan yang direncanakan almarhum kakeknya bersama temannya semasa muda.
Menerima takdir yang sang pencipta berikan untuknya adalah pilihan yang ia ambil. Meski menikah dengan lelaki yang tidak ia kenal bahkan belum pernah bertemu sebelumnya.
Namun, Rara ikhlas dengan garis hidup yang sudah ditentukan untuknya. Berharap pernikahan itu membawanya dalam kebahagiaan tidak kalah seperti pernikahan yang didasari saling mencintai.
Bagaimana dengan Revano, apa dia juga menerima perjodohan itu dan menjadi suami yang baik untuk Rara atau justru sebaliknya.
Tidak sa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Ono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Terjebak dan Tak Bisa Pulang
Di rumah Febby.
Saat ini Revan sedang duduk bersama dengan Febby dan mamahnya, ibu dan anak itu tak henti-hentinya mengajak lelaki itu bercengkrama. Hingga Revan tidak punya kesempatan untuk mengutarakan maksud kedatangannya ke rumah itu. Berkali-kali ia memberikan kode pada Febby tapi seakan gadis itu sengaja tidak peduli.
Bukankah maksudnya datang ke sana untuk memberi saran pada Tante Wina agar mau mengobati penyakitnya tapi mereka sama sekali tidak membahas itu. Ketika Revan coba bertanya pada Febby, malahan ia melarangnya untuk membahas hal itu saat ini.
"Feb, biar aku katakan sekarang pada mamahmu," bisik Revan yang sebenarnya sudah ingin sekali pulang ke rumahnya.
"Tunggu, mamah sedang merasa bahagia. Bisakah tidak membahas hal menyedihkan itu sekarang, lihatlah betapa bahagia wajahnya saat ini karena kedatangan mu," jawab Febby.
Tentu saja itu hanya alasan, semua ini adalah rencana yang sudah ia susun bersama sang mamah. Menahan Revan selama mungkin di rumahnya.
"Diminum tehnya nak Revan," ujar Tante Wina.
Revan pun meminum teh yang ada di meja untuk menghormati tuan rumah.
"Tante senang sekali loh kamu mau main lagi ke sini, sudah lama sekali kamu tidak mampir ke rumah," ujarnya lagi.
"Iya Tante, aku sedang sibuk untuk menyelesaikan skripsi ku." Revan menjawab seadanya, ia melihat dengan gusar jam tangannya yang menunjukkan jika hari sudah semakin sore. Tadi ia berjanji akan pulang sebelum makan malam.
Perubahan itupun dirasakan oleh Tante Wina dan putrinya, yang saling memberi kode lewat tatapan matanya.
"Wahh Tante kagum sekali padamu, masih muda sudah mendapatkan begitu banyak gelar. Apa kau akan mengambil alih perusahaan jika sudah lulus nanti." Tante Wina sengaja mengulur waktu.
"Iya Tante, kakek sudah semakin tua sudah saatnya beristirahat dan menikmati masa tuanya di rumah."
"Benar sekali, saatnya yang muda bekerja. Oh iyaa kapan kau akan melamar putri Tante?"
Tante Wina berpura-pura tidak tau jika saat ini Revan telah menikah dan saatnya ia mendesak calon menantu kayanya itu untuk menikahi putrinya.
"Itu... mungkin belum untuk saat ini Tante." Dalam hatinya Revan berkata sebaliknya, tidak untuk masa depan juga karena aku sudah mempunyai istri.
"Revan kan harus menjalankan perusahaan Mah, pasti ia perlu waktu untuk beradaptasi dengan dunia pekerjaan," bela Febby seakan ia setuju dengan apa yang dikatakan Revan.
"Ohh iyaa benar, kau harus membuktikan pada kakekmu jika kamu layak menggantikannya. Namun, Tante harap kalian meresmikan hubungan kalian dulu dengan pertunangan mungkin, karena Tante ingin disisa umur yang mungkin tidak lama lagi bisa melihat putri satu-satunya yang Tante miliki bahagia bersama laki-laki yang ia cintai." Wajah Tante Wina sudah berubah sendu.
"Mamah jangan bicara seperti itu." Febby merengkuh tubuh mamahnya. Kedua wanita itu sangat pintar mengeluarkan air mata seperti saat ini.
"Aku yakin Tante bisa sembuh jika mau menjalani kemoterapi," saran Revan.
"Tidak nak, lebih baik Tante menghabiskan waktu bersama Febby," tolak Tante Wina.
"Tante tidak akan tau hasilnya jika tidak mencoba, alat-alat kesehatan saat ini sudah semakin canggih pasti tante bisa di sembuhkan." Revan mencoba membujuknya.
"Dengan melihat putri Tante bahagia saja sudah cukup bagiku." Tante Wina menolak dengan keras saran dari Revan.
"Mamah..." Febby mengeraskan tangisannya.
"Sudah-sudah... tidak perlu bersedih lagi. Bukankah ada nak Revan yang akan menjagamu nanti. Iya kan nak?" tanya tante Wina pada Revan yang terlihat kebingungan.
Revan tidak mengiyakan ataupun menolak pernyataan yang Tante Wina ucapkan pada putrinya. Hanya senyum tipis penuh keraguan pada bibirnya.
Setelah pembicaraan itu Revan tidak menyangka jika Tante Wina mengundang beberapa kerabatnya dan dengan bangga memperkenalkannya sebagai calon suami dari Febby. Ia tidak bisa menyangkal meski dalam hatinya ingin sekali berkata jika dirinya saat ini sudah beristri.
Para ibu-ibu itu terus mencecar Revan dengan pertanyaan dan juga mengajaknya bermain bersama.
Sementara hati Revan sudah sangat gelisah sejak tadi karena istrinya tidak kunjung membalas pesan yang ia kirimkan.
"Tante, aku ke toilet sebentar." Revan menyingkir dari kerumunan ibu-ibu itu untuk mencari tempat yang sepi dan mengecek ponselnya.
Terlihat di sana, pesan yang ia kirim sudah Rara baca tapi tidak di balas juga. Membuat Revan berpikir jika sang istri marah kepadanya saat ini.
Revan langsung mengirimkan pesan lagi saat melihat jika istrinya sedang online di WA nya. Iya kembali meminta maaf dan berjanji untuk segera pulang sebelum makan malam. Tidak lama balasan dari sang istri masuk, setidaknya membuat ia bisa bernafas lega karena ternyata istrinya baru bangun tidur yang artinya bukan sengaja mengabaikan pesannya.
"Kau sedang apa Van?" tanya Febby yang diam-diam mengikuti kemana pria itu pergi.
"Tidak, aku hanya ingin mencari udara segar sebentar. Ada apa?" Revan tidak mungkin cerita jika ia sedang menunggu kabar dari istrinya.
"Mamah dan yang lain sudah menunggu jadi aku menyusul kamu ke toilet tapi tidak ada di sana dan tidak sengaja melihat kamu berdiri disini." Padahal alasan sebenarnya tidak seperti itu, sejak tadi Febby memang mengikuti Revan.
"Ya sudah ayo kembali ke dalam." Revan masuk melewati Febby.
Berani-beraninya kamu masih memikirkan wanita itu saat bersamaku, ini semua karena kakek tua itu yang menjodohkanmu dengan wanita desa itu. Jika tidak, aku pasti sudah menjadi istrinya bukannya wanita itu.
Febby masih saja tidak mau menerima kenyataan. jika Revan sudah bukan miliknya.
,,,
Di kediaman keluarga Herwaman.
Rara sudah selesai menyiapkan makan malam, tinggal menunggu kakek dan suaminya. Ia melihat jam yang sudah menunjukkan hampir jam 7 malam tapi sang suami belum juga pulang, bukannya dalam pesannya tadi dia bilang jika akan pulang sebelum makan malam.
Rara semakin gelisah karena suaminya tidak kunjung pulang, entah apa yang ia lakukan bersama wanita itu. Walaupun sudah meyakinkan dirinya jika suaminya itu tidak akan berbuat macam-macam tapi tetap saja ia merasa tidak tenang.
Belum lagi harus menjawab apa jika kakek bertanya.
"Nak dimana Revan, apa dia belum turun." Suara Kakek yang baru pulang mengagetkan Rara.
Baru saja ia sedang memikirkan alasan yang akan ia katakan pada Kakek tapi orangnya sudah muncul di depannya.
"Emmm itu Kek, tadi Kak Revan bilang ada urusan sebentar."
Kak, cepat pulang aku tidak bisa berbohong pada Kakek.
Rara tidak pernah berbohong dan tidak pernah di ajari berbohong, dia kebingungan saat mencari alasan kepergian suaminya. Ingin bicara yang sebenarnya tapi tidak ingin kakek jadi banyak pikiran dan malah mempengaruhi kesehatannya nanti.
"Baiklah, kakek ke kamar dulu untuk membersihkan badan." Kakek Tio berlalu masuk ke dalam.
Rara menghembuskan nafasnya, lega rasanya karena kakek Tio tidak bertanya lebih banyak lagi perihal tidak adanya sang cucu di rumah.
Maaf kek, aku tidak bermaksud membohongi kakek. Aku juga tidak tau bagaimana caranya menjelaskannya.
Hati Rara diliputi rasa bersalah karena tidak mengatakan yang sebenarnya pada kakek. Ia berharap suaminya segera pulang agar kakek tidak berpikiran buruk tentangnya.
to be continue....
°°°
...Yuk tinggalkan jejak. Jangan lupa favoritkan juga. Komenin author apa saja yang kalian mau....
...Salam goyang jempol dari author halu yang hobinya rebahan....
...Like, komen, bintang lima jangan lupa yaa.....
...Sehat selalu pembacaku tersayang....