— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.
Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?
Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 12 :
Xavier, lelaki itu berjalan-jalan di tengah hutan yang lebat seorang diri sembari mengecek sinyal ponsel miliknya namun sayangnya tidak ada sinyal, biasanya tidak seperti itu. Walaupun di area hutan tetapi hutan yang di pijaknya sekarang itu masih di dalam kawasan lingkungan sekolahnya. Memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, sejenak Xavier teringat dengan Lanna. Masih terngiang-ngiang di dalam kepalanya bagaimana gadis bernama Lanna itu bercakap-cakap dengan makam Serena. Xavier merasa seperti melihat Serena dengan kepribadian baru. Dia lalu melompat ke atas dahan pohon yang berukuran besar. Dari satu dahan pohon ke dahan pohon lainnya dan sejauh ini dia belum menemukan apapun.
Kemudian Xavier berhenti di salah satu dahan, berdiri untuk mengamati keadaan dari atas sana selama beberapa saat. Tidak ada apapun selain semak-semak yang lebat, pohon, tanah, juga bebatuan yang menumpuk seperti hutan biasanya.Tetapi anehnya, Xavier tidak dapat mendengar suara-suara makhluk hidup lainnya. Maksudnya adalah suara-suara kicauan burung pun tidak terdengar sama sekali, semilir angin pun juga tidak. Semuanya terasa begitu hening, keheningan yang terasa berbeda bagi Xavier. Seperti senyap dan tertutup seolah terkurung.
"Drago," Panggil Xavier pelan namun Drago tidak muncul sama sekali.
Kemudian Xavier bersiul. Dia hendak memanggil para hewan i sana. Bermaksud untuk memastikan sesuatu hal. Lagi, sama sekali tidak ada para hewan yang datang menghampiri panggilannya. Hanya keheningan saja. Xavier menajamkan pendengarannya serta kewaspadaannya. Dia merasakan adanya sesuatu yang sedang mendekat padanya dan kini sudah hampir dekat.
...----------------...
"Apa, Xavier tidak apa-apa sendirian?" Kata Lanna merasa khawatir.
"Kita percayakan saja padanya," sahut asisten Rosie dengan tenang.
Lanna pun hanya bisa diam mendengarnya, dia berusaha untuk tenang walaupun perasaannya begitu khawatir pada lelaki itu. Dia juga mengecek ponselnya dan tidak ada sinyal sama sekali, jadi Lanna hanya membisu menundukkan kepalanya. Sedangkan asisten Rosie, wanita itu juga terlihat waspada. Matanya tidak lekang mengamati ke sekitar. Tiba-tiba saja kabut hitam menyelimuti area di sekitar mobil. Lanna yang menyadari hal itu pun merasa heran, kepalanya melongok-longok ke arah kaca mobil untuk melihat keluar. Dan Lanna tidak menemukan apapun selain kabut asap berwarna hitam yang semakin lama semakin tebal.
BRUK!
"AAAKH!" Lanna menjerit.
"AARGGGGHHH!!!"
Adalah snomster yang ukurannya sangat besar lebih besar dari ukuran mobil yang mereka tumpangi berhasil mengejutkannya, menubruk wajahnya ke kaca mobil dengan keras dengan erangannya yang menyeramkan. Lanna sontak menggeser tubuhnya sedikit kebelakang menjauhi kaca mobil, dia sampai gemetaran serta napasnya yang tersengal-sengal karena takut.
"Tetaplah di sini!" Titah asisten Rosie padanya. Asisten Rosie keluar dari mobil.
"Asisten Rosie, kau juga mau kemana?!" Teriak Lanna tetapi asisten Rosie tidak mengindahkannya.
Lanna menatap asisten Rosie di penuhi rasa cemas melalui kaca mobil belakang. Dia tidak mengerti kenapa wanita itu keluar dari mobil di kala situasi mulai mencekam. Terlebih ketika melihat snomster berukuran raksasa itu, Lanna sampai merinding di buatnya. Dia hendak keluar dari mobil bermaksud menyusul asisten Rosie tetapi tiba-tiba teringat akan sesuatu.
"Tetaplah di dalam mobil selama aku keluar,"
Lanna berdecak kesal kemudian memukul pahanya menggunakan kepalan tangan lalu menarik napasnya dalam-dalam. Dia pada akhirnya tidak jadi keluar dari mobil teringat akan pesan Xavier padanya sesaat sebelum lelaki itu pergi. Kepalanya menoleh ke belakang kembali, menatap asisten Rosie. Apa yang akan di lakukan oleh asisten Rosie Lanna pun juga tidak mengerti.Tetapi wanita itu berdiri di hadapan snomster dengan gagah berani tanpa merasa takut.
Tidak lama kemudian, Lanna melihat asisten Rosie menarik tusuk sanggulnya membuat rambut panjang hitamnya yang lebat itu terurai ke bawah.
"Apa itu?"
Lanna menajamkan penglihatannya, matanya menyipit melihat tusuk sanggul yang tadi di lihatnya. Tusuk sanggul yang asisten Rosie pakai itu di kesehariannya tiba-tiba saja berubah menjadi sebuah belati tajam. Dan alangkah terkejutnya Lanna saat melihat asisten Rosie berlari dengan cepat ke arah snomster. Wanita itu juga dapat menghindari serangan snomster, melompat, menaiki tubuh makhluk itu dan berlari di atas tubuh snomster bergerak dengan lincahnya sembari menggunakan belatinya. Belati itu menghancurkan serangan sekaligus melukai snomster tersebut. Wajah asisten Rosie yang di lihatnya di keseharian selalu terlihat ramah serta lembut namun berbeda ketika wanita itu menghadapi snomster, wajahnya berubah jadi terlihat garang.
Lanna sampai melongo melihat pertempuran antara asisten Rosie dan snomster berukuran raksasa. Dirinya terlalu meremehkan asisten Rosie, yang dia pikir adalah wanita biasa-biasa saja maksudnya tidak sehebat yang di bayangkannya terlebih Xavier bilang asisten Rosie termasuk penyihir cacat. Nyatanya tidak, Lanna sudah salah mengira akan hal itu. Malahan sepertinya dirinya sendirilah yang terlihat seperti apa yang dia kira. Lanna cukup merasa malu walau tidak terlihat oleh siapapun, sekaligus Lanna juga sangat kagum kepada asisten Rosie. Dia juga paham akhirnya di balik rok span pendek asisten Rosie kenapa terdapat robekan di bagian pahanya.
...----------------...
Xavier melompat dari dahan tempatnya berdiri menghindari serangan kunai yang tiba-tiba saja muncul entah dari mana. Melihat sebuah kunai yang tertancap di dahan pohon tempatnya berdiri tadi, Xavier langsung mengenali siapa pemilik kunai tersebut. Kunai dengan kertas berwarna merah di ujungnya bertuliskan mantra kuno. Selain dapat melukai, siapapun yang terkena kunai itu tubuhnya akan di buat lumpuh perlahan.
"Pintar juga kau menghindar," ucap seorang lelaki yang entah siapa.
Xavier kembali menghindar dari serangan banyaknya kunai yang menyerangnya lagi namun kini secara bertubi-tubi. Membuatnya berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya menggunakan teleportasi.
"Apa niatmu?" Tanya Xavier, dia sudah tahu siapa pemilik suara lelaki tersebut.
Namun hanya suara tawa saja yang terdengar. Dia kemudian kembali meningkatkan kewaspadaannya.
"Hanya ingin menyapa saja," jawab lelaki itu tidak lupa dengan suara tawanya lagi.
Xavier teringat dengan perkataan gurunya kala itu, di mana Serena yang dulu pun juga masih hidup untuk berhati-hati serta waspada terhadap mantan murid dari Celestial yang satu tim dengan dirinya juga Serena sekitar 2 tahun yang lalu dan sudah di keluarkan.
Jadi, apakah benar akhirnya dia kembali? Batinnya.
"Aku tidak akan membiarkanmu jika kau macam-macam!" ancam Xavier.
Karena Xavier tahu ini semua adalah ulahnya si lelaki itu termasuk kurungan manipulasi yang kini mengurungnya.
"BWAHAHA! AHAHAHA!!!"
Suara tawa yang amat menjengkelkan bagi Xavier. Lalu dia teringat dengan Lanna dan asisten Rosie. Asisten Rosie bisa untuk melawan serangan snomster tetapi bagaimana dengan Lanna? Itu yang jadi masalahnya sekarang. Gadis itu sama sekali belum berlatih apapun. Di sela-sela kewaspadaannya, Xavier memfokuskan pikirannya untuk menghubungi Lanna melalui telepati. Dia tidak tahu apakah telepatinya akan terhubung atau tidak tetapi seharusnya bisa sebab telepati kemampuan umum bagi mereka sang penyihir.
"Lanna," panggil Xavier melalui telepati.
...----------------...
Lanna yang sedang menonton pertempuran asisten Rosie dengan snomster tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh. Seperti ada seseorang yang memanggil tetapi bukan melewati pendengarannya melainkan dari dalam kepalanya.
Kedua tangannya memegangi kepala. "Apa tadi itu?"
"Lanna, kau dapat mendengarku?"
Lanna masih belum menjawab tapi dia dapat mendengar suara yang berasal dari dalam kepalanya itu dengan jelas dan dia mengenal suara itu milik siapa. Dirinya berpikir, jangan-jangan inilah yang di sebut telepati.
"Lanna, ini aku. Xavier Walters, aku menghubungimu melalui telepati," ucap Xavier sekali lagi.
"Iya, ini terhubung," jawab Lanna.
Dan benar saja, itu adalah telepati.
"Apa yang sedang terjadi di sana?" Tanya Xavier.
"Aku di dalam mobil sementara asisten Rosie keluar dari mobil karena ada snomster yang hendak menyerang kami. Dan—"
"Lanna? Kenapa kau berhenti berbicara?"
Gadis itu terkejut saat melihat asisten Rosie sudah tidak ada lagi di sana, di tempatnya tadi sedang bertempur melawan snomster. Semuanya nampak kosong. Seketika Lanna panik.
"Ta-tadi asisten Rosie ada di sana tetapi tiba-tiba... Tiba-tiba asisten Rosie sudah menghilang bersama snomster!" Pekik Lanna panik.
Kali ini Lanna tidak mengindahkan pesan dari Xavier serta assiten Rosie mengharuskannya tetap di dalam mobil. Dia keluar dari mobil untuk mencari keberadaan asisten Rosie yang menghilang tanpa jejak begitu saja. Kabut yang tebal langsung menyambut Lanna ketika baru saja keluar dari mobil, tangannya langsung sibuk mengibas kabut hitam. Lanna agak takut menatap ke sekeliling dan hanya menemukan di sekitarnya adalah hutan yang begitu lebat dan hening. Berdiri di belakang mobil, pertama-tama dia merasa bingung ingin mencari kemana terlebih dahulu. Bagaimana kalau tiba-tiba ada snomster yang menyerangnya? Tamat sudah riwayatnya untuk menjalani kehidupan kedua.
"Asisten Rosie! Kau dimana?!" Teriak Lanna memanggil.
Hening. Tidak ada jawaban sama sekali ataupun sesuatu tanda-tanda dari keberadaan asisten Rosie, hanya suaranya saja yang menggema.
Dia menundukkan kepalanya seraya memejamkan mata. " Xavier, aku takut,"
"Kenapa? Sepertinya kau sangat ketakutan, ya? Tenang saja, ada aku. Kau aman,"
Lanna menoleh ke belakang, seorang lelaki yang entah siapa Lanna pun juga tidak mengenalinya sama sekali. Lelaki itu bersandar di bagian samping pintu mobil sambil tersenyum kepadanya. Terlebih kata-katanya sangat menggelikan bagi Lanna.
"Siapa kau?" Tanya Lanna.
...****************...