Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 : Ikatan Diatas Kertas.
Arumi begitu terkejut karena mendapat tamparan secara tiba-tiba, dia mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Delia yang sudah berdiri di hadapannya.
"Breng-sek kamu Rum! Gara-gara kamu, aku menjadi bahan gosip dikantor!"
Arumi tersenyum kecut. Sungguh, sebenarnya dia sedang malas untuk berdebat dengan wanita tidak tahu diri ini. Asisten Roy yang melihat kejadian itu langsung berlari mendekat. Arumi mengangkat satu tangannya, meminta asisten Roy untuk tidak ikut campur, biar saja ini menjadi urusan wanita dengan wanita.
"Bukankah sudah seharusnya kamu mendapatkan hal seperti itu? Bukan aku yang membuat kamu malu, tapi diri kamu sendiri Delia!! Mengambil sesuatu yang bukan milikmu, apakah kamu masih menganggap bahwa aku yang sudah keterlaluan disini??"
"Sialan!!" Delia hendak melayangkan tamparan kembali, namun pergelangan tangannya segera ditahan oleh Arumi.
"Aku pikir kamu tulus, tapi ternyata hatimu busuk!" Arumi melepaskan tangan Delia dengan kasar. "Kalian berdua memang pantas untuk dipermalukan! Berkacalah, apa orang sepertimu pantas untuk dimaafkan!!"
Arumi membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kakinya beberapa langkah, tak sengaja dia berpapasan dengan pak Anton, mantan bosnya. Arumi sempat termenung sejenak, kemudian dia menoleh kembali ke arah Delia yang masih berdiri di tempatnya. Ada apa ini? Kenapa Pak Anton dan Delia bisa ada disana secara bersamaan? Tidak mungkinkan Delia juga memiliki hubungan dengan Pak Anton? Secara, Pak Anton adalah seorang pria yang sudah beristri dan memiliki dua orang anak.
Arumi segera menghalau pikiran-pikiran kotornya, lagipula ada hubungan atau tidak itu bukanlah urusannya. Arumi memutuskan untuk keluar dari butik, dia sudah tidak mood lagi untuk berbelanja.
Asisten Roy menoleh ke beberapa orang karyawan dan pengunjung disana yang sempat melihat pertengkaran tadi.
"Jangan ada yang berani untuk merekam atau menyebarkan video tadi jika kalian tidak ingin berurusan dengan hukum," ancam asisten Roy dengan tegas.
Asisten Roy menyusul Arumi keluar dan membukakan pintu mobil untuk Arumi.
"Kita mau kemana Nona?" Tanya asisten Roy saat sudah duduk di kursi pengemudi.
"Kita pulang saja, aku sudah tidak berselera untuk berbelanja lagi," jawab Arumi.
Asisten Roy menganggukkan kepalanya, kemudian dia melaju pergi mobilnya meninggalkan area butik. Sesekali asisten Roy melirik ke arah kaca spion tengah dan melihat Arumi yang diam tertunduk dengan mata berkaca-kaca. Sebenarnya asisten Roy merasa kasihan pada istri tuan mudanya itu, diusianya yang masih sangat muda, gadis itu sudah mengalami banyak penderitaan dan hinaan dari orang-orang sekitarnya.
Asisten Roy berharap jika suatu saat nanti tuan mudanya bisa terbuka mata hatinya dan bisa melihat jika wanita yang dinikahinya itu adalah seorang wanita yang berhati tulus.
_
_
_
Bara pergi ke apartemen Monica, dia sengaja datang menemui Monica lebih awal karena dia sudah berjanji pada Arumi untuk pulang cepat.
"Sayang, aku kangen banget sama kamu,"
Monica langsung memeluk Bara begitu membuka pintu apartemennya. Dia bahkan rela membatalkan jadwal pemotretannya demi bisa bertemu dengan kekasihnya itu. Sudah hampir sebulan lebih mereka tidak saling bertemu karena kesibukan Monica di dunia entertainment, sementara Bara sibuk dengan urusan kantor dan kakeknya.
Monica merenggangkan pelukannya, dia mengangkat satu tangannya dan memainkan jari telunjuknya di wajah Bara.
"Kamu harus berikan penjelasan yang masuk akal kenapa kamu sampai menikahi wanita lain. Sayang, aku sangat mencintai kamu, aku tidak mau kehilangan kamu, apalagi sampai harus merelakan kamu bersama dengan wanita lain."
"Aku akan menjelaskannya, tapi biarkan aku masuk dulu sekarang," ucap Bara.
"Oke."
Monica melepaskan pelukannya dan menutup kembali pintu apartemennya dengan rapat. Monica menarik tangan Bara dan mendudukkan pria itu diatas sofa, kemudian Monica duduk di pangkuan Bara.
"Bagaimana aku bisa bicara kalau kamu duduk disini, turunlah, ada hal serius yang ingin aku bicarakan denganmu," perintah Bara dengan suara lembut.
Namun Monica tidak mau bergeming dari tempatnya, dia sudah merasa nyaman duduk di pangkuan kekasihnya. Monica melingkar kedua tangannya di leher Bara dan mendekatkan wajahnya ke wajah kekasihnya itu.
"Ngobrolnya seperti ini saja, apa kamu tidak kangen sama aku, hmm?"
Bara tidak memprotes lagi, dia nampak terdiam sejenak, kemudian dia menghela nafas panjang dan menatap mata Monica dalam-dalam.
"Sebelumnya aku sudah bilang padamu bukan, jika kita break dulu, dan aku serius dengan ucapanku itu. Dalam waktu enam bulan ini sebaiknya kita jangan saling bertemu dulu, tujuanku datang kesini hanya untuk mengatakan itu saja."
Monica melonggarkan pelukannya dan menjauhkan sedikit tubuhnya dari Bara. "Apa maksud kamu sayang? kamu sudah mencintai wanita lain? Wanita yang kamu nikahi itu???"
Monica segera bangun dari pangkuan Bara, dia berdiri memunggungi Bara sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, nafasnya nampak bergerumuh hebat, Monica merasa sangat kesal sekaligus kecewa.
Bara ikut berdiri, dia mendekati Monica dan memegangi kedua bahu wanita itu.
"Aku tau ini memang berat, tapi mengertilah sayang, aku hanya meminta waktumu enam bulan untuk bersabar. Tidak bisakah kamu menunggu selama itu?"
Monica melepaskan tangan Bara dari bahunya, dia membalikkan tubuhnya dan menatap wajah Bara.
"Untuk apa menunggu enam bulan? Kenapa kita tidak menikah saja sekarang setelah itu kita temui kakek kamu itu! Kamu seperti ini gara-gara si tua bangka itu kan??"
"Monica, cukup!!" bentak Bara.
Monica yang mendengar Bara membentaknya langsung menutup mulutnya rapat-rapat, ini adalah pertama kalinya dia melihat Bara marah padanya, biasanya lelaki itu selalu berbicara lembut dan tidak pernah sampai membentaknya seperti ini.
Bara menghembuskan nafas berat, meskipun dia sering bentrok dengan kakeknya, tapi dia tidak terima jika kakeknya dikata-katain seperti tadi oleh wanita yang dia cintai.
Bara memijat-mijat pelipisnya, melihat mata Monica yang berkaca-kaca membuat Bara jadi merasa bersalah karena sudah berbicara dengan nada keras tadi, "Maaf, aku tidak bermaksud untuk membentakmu, aku hanya ingin meminta pengertianmu, itu saja."
"Aku hanya tidak ingin kehilangan kamu, apa itu salah? Aku mencintai kamu Bara, sangat mencintai kamu," Monica meraih jas Bara dan menggenggamnya dengan erat, air matanya yang sedari tadi tertahan akhirnya menetes juga membasahi pipinya.
"Aku juga mencintai kamu, tapi untuk sekarang aku tidak punya pilihan. Aku harap kamu bisa mengerti," sekali lagi Bara meminta pengertian Monica.
Bara melanjutkan kembali kata-katanya, "Dan ada satu hal lagi, aku minta kamu jangan pernah mengganggu atau merasa tidak terima dengan Arumi, wanita yang sekarang menjadi istriku. Dia tidak bersalah dalam hal ini. Sekali lagi aku minta kamu untuk bersabar Monica."
"Tapi Bar, aku..."
Belum sempat Monica menyelesaikan kalimatnya, suara dering ponsel Bara terdengar. Bara mengambil ponselnya dari balik jasnya dan melihat ada panggilan masuk dari asisten Roy.
Bara menggeser tombol hijau dan menempelkan benda pipih itu ditelinganya, "Ya, ada apa? Apa kamu sudah mengantarkannya pulang?"
"Sudah Tuan, tapi ada hal serius yang terjadi,"
Bara melirik ke arah Monica yang sedang menatapnya, kemudian dia berjalan sedikit menjauh dari kekasihnya itu.
"Katakan ada apa?" tanya Bara.
"Nona Arumi ditampar oleh temannya yang kemarin Tuan, wanita itu merasa tidak terima karena videonya tersebar," jawab asisten Roy.
Bara tidak menjawab lagi, dia menurunkan ponselnya dan mematikan sambungan telefonnya.
"Aku harus pulang sekarang." Bara membalikkan tubuhnya dan menatap Monica. Monica yang mendengar Bara pamit pulang langsung berjalan mendekati pria itu.
"Pulang? Sayang, kamu baru aja datang terus sekarang kamu udah mau pulang?" tanya Monica dengan wajah tak percayanya, biasanya Bara paling betah jika berlama-lama dengannya.
"Maaf Mon, tapi ada urusan penting yang harus aku urus," ucap Bara.
"Lebih penting mana, urusan itu atau aku?" tanya Monica.
Cukup lama Bara terdiam tanpa melepaskan tatapannya dari wajah Monica. Meskipun berat, dia harus menentukan satu pilihan saja. Sebenarnya ini bukanlah sesuatu yang tepat untuk dijadikan pilihan, tapi dia sudah terikat perjanjian diatas kertas dengan Arumi. Selama Arumi bersamanya, sudah menjadi tugas dan tanggung jawabnya untuk menjaga dan melindungi gadis itu.
"Maaf, tapi urusan ini jauh lebih penting daripada kamu," jawab Bara, air mata Monica kembali menetes mendengarnya.
Dengan berat hati Bara pergi meninggalkan ruangan apartemen kekasihnya itu, dia terus berjalan tanpa menoleh kembali kebelakang, mencoba untuk tidak memperdulikan panggilan-panggilan Monica yang terus menyerukan namanya.
Tubuh Monica pun luruh ke lantai, dia menangis sejadi-jadinya meratapi kepergian Bara dari ruangan apartemennya.
...🌼🌼🌼...
di tunggu lho kiss nyaa... ehhh
🤭
balas semua sakit hati mu Rum...
air mata mu terlalu berharga untuk menangisi laki laki penghianat seperti Randy...