NovelToon NovelToon
Your Heart Is My Home

Your Heart Is My Home

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Menikah dengan Musuhku / Bad Boy
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Aniec.NM

Menunggu adalah cinta yang paling tulus, tapi apakah yang ditunggu juga mencintai dengan tulus? Sudah tiga tahun lamanya Anaya Feroza Mardani menunggu sang kekasih pulang dari Indonesia. Kabar kematian sang kekasih tak akan membuat Naya begitu saja percaya sebelum dirinya bertemu dengan jasad sang kekasih.

Penantian tiga tahun itu, membuat kedua orang tua Naya harus menjodohkan Naya dengan seorang Dokter tampan bernama Naufal Putra Abikara anak dari Abikara Grup, yang tak lain adalah musuhnya saat SMA dulu.

Apakah kekasih yang Naya tunggu akan datang? Dan apakah dia masih hidup atau sudah meninggal? Bagaimanakah hubungan Naya dengan Naufal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aniec.NM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 11 Hati Yang Mulai Peka

Selesai membeli pembalut, Naufal kembali masuk ke mobil. Ia memberikan plastik kresek besar itu kepada Naya. Naya sedikit terkejut, begitu banyak pembalut yang Naufal beli, bukan hanya itu dia juga membelikan beberapa snack dan obat pereda nyeri.

“Makasih, tapi ini kebanyakan Naufal.”

“Buat stok berbulan-bulan.” Ia kembali menancapkan gas.

Sesampainya di rumah. Rasa nyeri itu datang, rasa sakit yang muncul bersamaan dengan kaki pegal-pegal. Nya memang sudah biasa, setiap datang bulan pertama, bukan hanya perutnya yang sakit kakinya pun juga ikut merasakan.

Naufal yang peka akan hal itu, tanpa aba-aba ia langsung menggendong Naya ala bridal style, masuk kedalam. Naya tak berkomentar, perlakukan Naufal kali ini tak membuatnya berkutik.

Pemandangan itu dilihat oleh Oma dan Pa Abikara yang tengah menonton tv.

“Ya ampun kalian romantis banget sih, sampe di gendong gitu,” ledek Oma.

“Naya lagi sakit perut Oma, jadi Naufal gendong,” jawab Naufal melangkah ke kamarnya.

Naufal menurunkan Naya dengan sangat hati-hati, ia merebahkan tubuh wanita itu di kasur. Naya masih memegangi perutnya, kali ini sakit begitu hebat hingga Naya tak bisa menahan air matanya.

Segera Naufal memberikan obat nyeri itu untuk Naya, setelahnya Naya diminta untuk memiringkan badannya ke kiri, hal ini sangat berpengaruh dalam meredakan nyerinya. Naufal melepas kedua heels Naya, ia duduk di tepi ranjang dan mulai memijak kedua kaki Naya.

“Masih sakit?” tanya Naufal lembut.

“Masih tapi mendingan.”

Rasa sakit yang Naya rasakan itu mampu membuatnya tertidur, entah karena obat atau karena memang ia tak mampu menahan sakit itu. Naufal menarik selimut hingga menutupi tubuh wanita itu.

**

Embun di pagi hari membuat jalanan belum begitu macet, bagaskara mulai menampaki sinarnya, hingga masuk di sela-sela jendela kamar, sinarnya membuat Naya silaunya terbangun.

“Huaaaaaa!!” Nguapnya.

Naya meluruskan kedua kakinya. Rasa sakit dan pegal-pegalnya itu kini hilang, mungkin akibat meminum pereda nyeri tadi malam. Pandangannya, tertuju pada Naufal yang masih tertidur pulas di sofa, melihat dari wajah lelaki itu begitu lelah, mungkin karena semalam memijatnya.

“Apa semalam dia nggak tidur karena jagain gue?” monolognya.

Perlahan Naya mendekati Naufal, perempuan itu membungkuk mengamati wajah lelaki blasteran inggris dari sang mama.

“Ini semua gara-gara lo.Coba aja kalau lo nggak mukul gue, mungkin kita nggak akan di hukum kaya gini,” protes Naufal

“Ya salah lo, karena lo gue jadi telat.”

Perkenalan itu membuat dirinya harus di hukum, berdiri di lapangan dan hormat pada bendera merah putih.

Lagi-lagi memori itu muncul di benak Naya. Dulu dia sangat membenci lelaki itu, dia begitu menyebalkan. Namun hingga berjalannya waktu, lelaki itu kini membuat Naya seperti di ratuka, sikapnya yang act of service cukup kagum.

“Makasih ya, lo udah baik sama gue, lo nunjukin kalau lo itu suami gue. Perubahan lo 100 %, kaya bukan Naufal tikus itu,” ungkap Naya.

“Lebih ganteng kan?” tanya lelaki itu, dia membuka mata dengan senyuman terukir di bibirnya.

Naya dibuat grogi, pasti dia malu sekali tertangkap sedang memandangi lelaki itu.

Sebenarnya Naufal sudah bangun sendari tadi, hanya saja dia berpura-pura ingin tau apa yang dilakukan istrinya itu.

“Jadi lo udah bangun?” tanya Naya.

“Gue udah dari tadi.”

“Iihh nyebelin banget sih.” Naya memukul lelaki itu dengan bantal.

“Jadi lo itu bangga punya suami kaya gue?” tanya Naufal.

“Nggak. Biasa aja” jawab Naya, matanya mengarah ke pandangan lain.

Naufal mendekatkan wajahnya ke Naya, Naya mengerutkan keningnya. Jantungnya tak bisa terkendali lagi, matanya dan mata Naufal tak ada jarak sangat dekat.

Naufal terus mengamati wajah perempuan itu dengan serius.” Lo belum cuci muka ya, ada beleknya.”

Naya mencubit perut lelaki itu, sontak dirinya langsung mengambil handphone untuk mengaca.

Naufal tak berhentinya tertawa, ia melihat pipi Naya begitu merah seperti kepiting rebus.

“Nyebelin banget sih lo,” gumam Naya.

“Hahahahahaha … pipi lo kok kaya keping rebut sih, grogi ya,” ledek Naufal.

Naya reflek langsung memegang kedua pipinya, wajahnya yang grogi dan campur salah tingkah itu terlihat jelas.

**

Hari ini Naufal berniat untuk mengajak Naya berjalan-jalan, ia juga meminta Naya seharian untuk tidak pergi ke Butik. Naufal sengaja pergi menggunakan motor agar Naya leluasa melihat pemandangan setiap jalan yang mereka lewati.

Tempat pertama yang mereka datangi adalah kebun binatang. Salah satu tempat yang Naya suka. Sebelum masuk, mereka harus membayar karcis dahulu.

Baru saja masuk, mereka sudah diperlihatkan burung merak yang memperlihatkan sayapnya yang indah. Naya tak ingin meninggalkan momen, ia memotret banyak hewan-hewan yang ia temukan, bahkan dirinya juga berfoto dengan gajah disana.

“Nay, jangan tegang gitu dong, harus rileks!” tita Naufal yang memfotonya.

Mereka juga tak memberikan makan hewan-hewan disana. Naya memberikan sebuah pisang untung anak monyet itu, anak monyet menerima pisang itu.

“Naufal, kasian no temen lo, temenin kali,” ucap Naya menunjuk monyet yang tengah duduk terdiam di atas pohon.

“Temen lo kali, Nay,” balas Naufal.

“Temen lo, orang mirip juga,” ejek Naya.

“Nah, kalau itu baru kembaran lo.” Naufal menunjuk orang utan.

“Enak aja. Fal, lo mau gak sepuh nya para lelaki?” tanya Naya.

“Apa?”

“Buaya.” Naya menunjuk para buaya yang tengah berenang.

Keduanya sama-sama tertawa. Naufal merasakan ada cinta di hatinya, entah sejak kapan rasa itu muncul, mungkin saat dirinya dan Naya menjadi sepasang suami istri.

“Gue sama lo, Nay,” ucap Naufal.

Naya terdiam, entah apa yang dikatakan Naufal itu benar atau hanya ucapan semata. Naufal memegang kedua pundak Naya, menatap leka perempuan itu.

“Gue nggak bercanda, apa yang gue katakan tadi tulus dari hati. Gue nggak tau sejak kapan gue cinta sama lo, tapi gue selalu nyaman setiap deket sama lo,” ungkap nya, matanya penuh cinta.

Setelah keduanya lelah mengelilingi kebun binatang, mereka memutuskan untuk pulang. Bersamaan dengan tenggelamnya matahari dan keindahan warna senja itu muncul.

Namun pada saat perjalanan pulang, Naufal ditelepon pihak rumah sakit karena ada panggilan darurat, akhirnya Naufal menuju ke rumah sakit dengan Naya yang ikut dengannya.

**

Naufal sudah mengganti dengan pakaian dokter, sedangkan Naya diminta untuk menunggu di depan ruangan UGD tempat Naufal menangani pasien, bersamaan dengan keluarga pasien.

Naya melihat wanita paruh baya itu tak berhentinya menangis, Naya bisa merasakan apa yang dirasakan ibu itu. Kemudian, seorang wanita yang umurnya tak jauh dengan Naya menghampiri Naya dan duduk di sampingnya.

“Maaf Mbak, Mbak namanya siapa?” tanyanya.

“Saya Naya.”

“Oh Mbak, Naya. Mbak siapanya adik kami kan?” tanya wanita itu lagi.

“Betul, saya disini lagi nunggu suami saya, dia yang menangani adik Mbak, dokter Naufal,” terang Naya. Untuk pertama kalinya Naya mengakui Naufal adalah suaminya.

“Oh istrinya dokter, wah romantis banget ya nemenin kerja.”

Naya hanya mengangguk, ia tak ingin berlama-lama meladeni wanita itu, mood nya sedang kurang baik mungkin efek hari pertama datang bulan.

15 menit

30 menit

Naya terus aja melihat arlojinya, 30 menit menunggu adalah hal yang membosankan, cukup membuat dirinya sedikit kesal. Entah berapa lama Naufal di dalam sama, dia begitu sibuk menyelamatkan gadis itu.

Untuk mengatasi kebosanannya, Naya memilih untuk berjalan-jalan di rumah sakit, sedikit mengobati rasa bosan. Naya, memilih untuk duduk di taman rumah sakit yang langsung berhadapan dengan air mancur, sembari memakan snack yang ia beli tadi.

“Bagus juga ya tamannya, bersih wangi.”

Saat tengah asyik menikmati snack itu, tak sengaja pandangannya tertuju pada seorang lelaki yang tengah mengobrol dengan seorang wanita, tampak mereka tertawa bersama. Seketika tubuh Naya mematung, snack yang ia makan terjatuh di lantai. Mutiara itu sontak kekurangan membasahi kedua pipinya.

“Raka!”

Itulah kata pertama yang ia ucapkan. Naya langsung berlari menghampiri lelaki yang mirip dengan Raka.

Pandangan Naya tak lepas dari lelaki itu, hingga Naya sampai di hadapan mereka.

“Raka!”

Kedua orang itu menoleh ke arah Naya, matanya keduanya saling bertemu. Ada rasa yang tak bisa Naya ungkapkan. Lelaki itu juga sontak terkejut, mungkin ia juga merasakan apa perasaan yang sama.

“Naya.”

1
kath_30
Ngakak abis!
Abigail Carmona
Penulisnya jenius! 🌟
Anik Nurmala: makasih, jangan bosen² untuk mampir ya
total 1 replies
Husna
Bikin merinding! 😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!