EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan cerita ini di tempat lain, tolong laporkan🔥
Hari ulang tahunnya dan juga saudari kembarnya yang seharusnya menjadi hari bahagia mereka, justru berakhir duka. Berliana mengalami kecelakaan. Dan sebelum meninggal dunia, Berliana memberikan wasiat agar sang suami, Dion Ananta, menikahi kembarannya yakni Binar. Demi kedua buah hati mereka yang belum genap berumur satu tahun yakni Devina dan Disya.
Binar Mentari Mahendra terpaksa menikah dengan kakak iparnya demi kedua keponakannya yang sangat membutuhkan figur seorang ibu. Pernikahan yang membawa nestapa baginya karena hanya dianggap sebatas istri bayangan oleh suaminya.
Padahal di luar sana ada lelaki yang begitu mencintai Binar walaupun usianya lebih muda dua tahun darinya yakni Langit Gemintang Laksono. Satu-satunya orang yang mengetahui rahasia penyakit Binar.
Simak kisah mereka yang penuh intrik di dalamnya💋
Update Chapter : Setiap hari.
🍁Merupakan bagian dari Novel Bening☘️ONE YEAR
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 - Hanya Pelampiasan
"Kak Dion kenapa?" tanya Binar seraya tangannya menepuk punggung Dion yang terasa hangat dan mulai berkeringat. Berusaha menyadarkan suaminya.
Sebelumnya, ia sempat sekilas melihat wajah Dion memerah seakan menahan sesuatu. Saat ini suaminya itu tengah memeluknya erat. Bahkan ia merasakan bukti gairah suaminya di bawah sana.
Binar bukan anak kemarin sore dan sebagai seorang dokter ia mulai mencurigai ada sesuatu yang tidak beres menimpa tubuh suaminya. Yang ia yakini Dion telah meminum zat atau obat perang'sang dan perkiraannya dengan kadar yang cukup tinggi.
Panggilan dirinya beberapa kali tak digubris oleh Dion yang terus mengge rayangi dan mencuumbu tubuhnya. Terlebih titik-titik sensi*tifnya mulai disentuh oleh Dion. Tentu saja tubuhnya bereaksi selayaknya wanita normal. Dan ini adalah pengalaman pertamanya ada seorang laki-laki yang menyentuhnya secara in tim.
Ada gelenyar rasa baru yang mendera tubuhnya. Binar pun mulai tersulut api gai*rah dari Dion. Namun beberapa detik kemudian, ia pun tersadar bahwa harus menghentikan ini semua.
"Kak, ini aku Bin_" ucapan Binar pun terpotong oleh Dion yang langsung membungkam bibirnya dengan ciuman yang seakan menuntut. Tergulung naf*su menggebu-gebu. Efek dari obat perang sang yang terlanjur mengontaminasi. Sehingga menyiksa tubuhnya dan ingin melepas kedut dahsyat di bawah sana yang terus memberontak.
Niatnya ingin menyadarkan suaminya bahwa dirinya adalah Binar bukan Berliana. Namun Dion seakan menulikan pendengarannya. Ia memejamkan matanya dan terus melancarkan serangan pada tubuh Binar.
"Eumh..."
Binar tak kuasa untuk memberontak kembali. Sebab tenaganya kalah kuat dengan sang suami. Terlebih Dion tak berlaku kasar padanya. Sang suami menyentuh tubuhnya penuh dengan kelembutan sehingga dirinya pun ikut terbuai.
Dion memerangkap tubuh mungil Binar dalam daksa tinggi tegapnya. Dion meluumat dan menye*sap bibir Binar tanpa jeda. Bak pengembara yang tengah kehausan di padang pasir.
Sejak kepergian Berliana untuk selama-lamanya dan juga tiga tahun dirinya menikah dengan Binar, Dion bukanlah tipe laki-laki penjaja. Sehingga dirinya tak pernah melampiaskan hasratnya pada wanita lain di luar sana.
Ia berusaha menahan hasrat tersebut semampunya selama ini. Walaupun begitu, dirinya adalah laki-laki normal. Tentu saja sangat wajar bila muncul hasrat seperti itu. Dan bukan perkara mudah baginya untuk menahan itu semua di usianya yang tengah produktif secara sek*sual. Karena sejatinya seorang laki-laki, normalnya mengalami eja kulasi sebanyak 21 kali dalam sebulan.
Alhasil selama ini jika dirinya sudah tak tahan, maka terpaksa ia bermain sabun di kamar mandi. Dengan cara membayangkan sosok mendiang istrinya yakni Berliana, guna menuntaskan hasratnya. Namun itu sangat jarang terjadi. Sebab ia merasa harga dirinya tercoreng oleh dinding kamar mandinya jika terlalu sering melakukan solo karir.
☘️☘️
"Akh, Kak." Binar tersentak pertama kalinya atas sengatan nikmat yang tiada tara. Rasanya sulit digambarkan. Dirinya seakan dibawa oleh suaminya terbang ke awang-awang hingga kepalanya mendongak dengan mulut terbuka.
Dion tengah asyik di bawah sana menikmati pintu rumah terdalam Binar dengan lidahnya. Membuat Binar basah bukan kepalang.
Setelah sekian lama, Dion membebaskan sisi liar dan kepiawaiannya di atas ranjang yang telah tertahan lama. Menumpahkan dalam cuumbu an dahsyat hingga membuat Binar ikut terengah dan mende sah terbakar gelora gai*rah ranjang.
Keduanya mengusak sprei di atas ranjang menjadi kusut tak karuan. Salah satu bantal dan guling ada yang sampai terjatuh di lantai. Berkumpul bersama baju keduanya yang sudah berserakan di bawah sana.
Mereka mele bur untuk pertama kalinya. Dion melolong panjang saat basoka miliknya yang sudah tegak sejak tadi akhirnya berhasil terbenam sempurna dalam kehangatan kenikmatan wanita di bawahnya saat ini yang ia yakini adalah Berliana bukan Binar.
Binar meringis, mencengkeram kuat punggung Dion. Sebab kesucian yang selama ini ia jaga, akhirnya berhasil direnggut oleh suaminya yang di bawah pengaruh obat. Walaupun memang hal ini adalah hak Dion sebagai suaminya. Ia ikhlas melakukannya.
Terasa perih dan penuh di bawah sana. Pinggul Dion mulai bergerak. Naik turun seirama meski terlihat tak sabaran. Awalnya konstan, lama-lama Dion mendorong kuat dan mempercepat gerakannya hingga Binar tersentak-sentak mendapatkan pele*pasan.
Tak lama setelah Binar menikmatinya sejenak, Dion pun merapatkan raganya kembali dan mulai bergerak cepat guna mengejar kenikmatan di ujung pacuannya. Sebab sebentar lagi dirinya akan mencapai puncaknya. Dan saat Dion meraih puncak madu asmara yang diinginkan, hal yang sebenarnya sudah dicemaskan oleh Binar sedari awal pada akhirnya terjadi.
"Eugh... Berliana sayang," dessah Dion panjang penuh kenikmatan.
Dion ambruk menindih sisi tubuh Binar yang kini tengah menitikkan air matanya. Sebab bukan namanya yang disebut saat suaminya itu mencapai puncak asmara, namun mendiang sang kakak.
Pe luh membanjiri. Seiring benihnya memenuhi rahim Binar. Hangat, penuh hingga tumpah. Seluruh sarafnya yang tegang berangsur rileks.
Tak berselang lama deru napas Dion berangsur normal kembali setelah melampiaskan rasa menyiksa dorongan zat afrodisiak dari dalam tubuhnya.
Namun kelegaan Dion merasakan kembali indahnya bercinta, berbanding terbalik dengan Binar yang kini hatinya remuk redam, perih seketika.
"Kamu harus kuat Bin, demi Devina dan Disya." Binar berusaha menyemangati dirinya dalam hati.
"Apa tak ada setitik cinta untukku, Kak? Apa semuanya hanya milik Kak Berliana? Apa kakak tak mau memberikan sedikit cinta itu untukku sebelum Tuhan memanggilku?" batin Binar pilu.
Buliran air matanya kian menetes membasahi pipinya dengan tatapan sayu yang terus memandang Dion di mana saat ini suaminya itu tengah tertidur pulas di sampingnya akibat kelelahan yang luar biasa setelah bercinta.
Dan kini dirinya pun menyusul suaminya tidur. Matanya mulai terpejam. Tubuhnya sangat lelah namun tak selelah hatinya. Tak seremuk jiwanya saat ini.
Wanita mana di luar sana yang tak bersedih saat dirinya sudah menyerahkan kesuciannya, namun sang suami justru menyebut nama wanita lain. Walaupun wanita itu adalah saudara kembarnya sendiri yang sudah meninggal dunia. Seakan dirinya hanya sebatas pelampiasan hasrat semata.
Berharap ini semua hanyalah mimpi belaka. Dan saat terbangun kejadian yang memilukan itu tak benar-benar terjadi padanya.
Bersambung...
🍁🍁🍁
msh blom puas?
cerdas dan pinter dan tanggap
kan sudah besar ditinggal binar aja umur a 3thn lah sekarng di+ 5 thn kemudian kn sudah besar🙏