NovelToon NovelToon
Baby Twins CEO

Baby Twins CEO

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Patahhati / Balas Dendam
Popularitas:79.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Reinata Ramadani

Anelis Siera Atmaja, wanita cantik berumur 23 tahun yang setiap harinya harus membanting tulang demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan sepasang anak kembarnya, Arsha Abelano Aillard dan Arshi Ariella Agatha.

Anelis selalu menikmati setiap momen berharga dengan kedua buah hatinya. Baginya, Arsha dan Arshi adalah kebahagian terbesar dalam hidupnya, anugrah yang dikirimkan Tuhan di tengah rasa putus asanya.

Namun di hari itu, penederitaan seolah kembali menyergapnya, saat kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan, kini menghampirinya dengan tiba-tiba.

"Putra anda menderita penyakit Juvenile Myelomonocytic atau kanker darah. Kita memerlukan tindakan transplantasi sumsum tulang belakang segera"

Seketika itu air matanya langsung luruh, apakah Tuhan sekejam ini hingga tega memberikannya cobaan seberat ini.

Haruskah ia mencari keberadaan ayah mereka, laki-laki yang tanpa hati telah menghancurkan kehidupan sederhananya, demi keselamatan buah hatinya.

Salam sayang dari Reinata Ramadani

Ig : Chi Chi Rein

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinata Ramadani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ya Allah, Aku Ikhlas

°°°~Happy Reading~°°°

POV Anelis

Ku buka pintu rumahku yang sebelumnya tertutup, seketika udara dingin menelisik ke sela pori-pori kulitku, meski matahari telah bertengger di peraduan nya, namun nyatanya hawa dingin itu masih terasa begitu menusuk tulang.

Di sinilah aku berada saat ini, di sebuah perkampungan yang jauh dari hiruk pikuk kepadatan kota, sebuah kampung kecil yang di kelilingi oleh jajaran perkebunan teh yang membentang luas sepanjang mata memandang.

Lalu, bagaimana dengan kediamanku di kota?

Benar, aku telah menjual nya. Lebih tepatnya terpaksa menjual nya. Bahkan sepeda motor kesayangan ku pun kini sudah tak bisa kumiliki lagi.

Berat ku rasa saat harus memilih jalan hidup yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya, mimpi sederhana yang telah ku ukir dulu, kini lenyap sudah.

Tak muluk-muluk inginku, tak tinggi angan-angan ku, hanya mendapatkan pekerjaan yang layak dan mampu membahagiakan ibuku, itulah cita-cita ku.

Ingin ku menyalahkan takdir, ingin ku marah pada sang Khaliq, ingin ku mengumpat sesuka hati. Namun pikiranku masih waras, tidak seperti itu cara kerja sebuah kehidupan, roda terus berputar, kadang di atas, kadang di bawah.

Dan kini saatnya aku harus berada di bawah keterpurukan, menyalahkan takdir pun tak berguna, mengumpat pada sang Khaliq pun apalagi. Aku tak ingin bertambah dosa, dosaku sudah terlalu menggunung, aku tak ingin bertambah hina, aku tak ingin bertambah tercela di hadapan sang Khaliq yang penuh akan kesempurnaan.

Setidaknya aku ingin memantaskan diriku, bertemu dengan Tuhan ku, adalah inginku yang terbesar.

Ku buka kembali ingatanku, kembali ke masa yang lalu, saat keterpurukan mulai melanda hatiku.

Ya, hari itu. Hari dimana laki-laki itu dengan lancangnya menghina kedua buah hatiku. Sakit bukan main, hatiku bagai tergores pedang tajam yang tak henti-hentinya menghunus tajam, ribuan belati bahkan menancap disana, luka lama itu kembali membuka lebar, perih dan sakit itu menyatu menjadi satu.

Air mataku tak henti-hentinya menerobos keluar, ingin menahan namun tak bisa, aku marah, sesak di dadaku kian melanda, hatiku kian berdenyut sakit saat laki-laki tak tau diri itu menggunakan sebutan anak haram untuk kedua buah hatiku.

Ingin ku pukul laki-laki itu bertubi-tubi, menyadarkan nya dari tidur panjangnya, menyeretnya pada kenangan masa lalu, saat ia mengukir dosa bersama dengan diriku yang tak berdaya.

Namun ku lakukan itu pun akan sia-sia, laki-laki itu terlalu berkeras hati, hatinya telah membatu, bahkan lebih keras hingga air pun tak akan bisa melunakkan nya. Sifat arogan itu telah membabi buta hingga membuatnya buta akan kebenaran, aku mengutuk keras dirinya, semoga tak sekalipun aku kembali di pertemukan dengannya. Doaku tulus apa adanya.

Setelah kepergian ku dari rumah sakit itu, ku bawa anak-anakku kembali ke kediamanku yang sudah seminggu lebih ku tinggalkan.

Di perjalanan, aku berusaha menetralkan emosiku yang masih menyelami hatiku, sekuat hati aku berusaha agar tak menangis atau terlihat sedih, aku memikirkan kedua buah hatiku, aku tak ingin membuat keduanya merasa sedih apalagi khawatir denganku, terlebih putraku.

Aku tahu betul, putraku itu bukan lagi anak kecil yang bisa di bohongi, ia telah dewasa sebelum waktunya, entah aku harus bersyukur atau malah bersedih, namun yang pasti, aku tak akan lagi bisa menyembunyikan perasaan ku di depannya.

Dan benar saja, apa yang sedari tadi ku takutkan kini benar-benar terjadi, putraku terisak, bahkan menangis di hadapan ku. Tak pernah ku dapati ia menangis sekencang itu, karena ku tahu, putraku adalah laki-laki yang tangguh, laki-laki yang kuat, bahkan melebihi diriku.

Namun kini berbeda, putraku kini menunjukkan wujud aslinya, ia masih seorang anak kecil yang ingin menangis di dekapan ibunya.

Putraku menangis sesenggukan, ia merasa bersalah, berkali-kali ia meminta maaf padaku, ku tahan tangisku, aku hanya ingin menenangkan nya, aku tak ingin menambah beban dalam hatinya.

Namun sekeras apapun aku tak bisa, air mataku jatuh tak tertahan, hatiku berdenyut sakit saat menatap wajah putraku yang penuh rasa bersalah.

Bukan anakku, ini bukan salahmu. Ini salah mommy sayang... ini salah mommy karena membawa mu pada laki-laki tanpa hatiku itu. Maafkan mommy sayang...

Aku merengkuh tubuh kecil itu, menangis sesenggukan, aku tak lagi bisa menahan semua rasa sesak dalam hatiku, rasa sakit itu kian berdenyut hebat.

Ini bukan salahmu nak.

Ya Allah, aku tak mampu berucap lagi, hatiku bagai di tusuk ribuan jarum saat putra ku terus meracau bahwa ini salahnya, hati ku kian berdenyut sakit, ku rengkuh putraku erat, berusaha menenangkannya, aku tak ingin ia larut dalam kesedihan dan rasa bersalah yang berkepanjangan.

Cukup

Cukup sampai di sini, aku akan bangkit, aku akan memulai semuanya dari awal lagi, aku akan membangun kembali keluarga kecilku, membawa kebahagiaan untuk kedua anakku.

Aku kembali ke rutinitas keseharian ku, menjadi seorang ibu sekaligus ayah pencari nafkah untuk kedua buah hatiku.

Ku kira kehidupan normal ku akan kembali seperti semula, tapi nyatanya perkiraan ku itu salah, uang hasil jual motor yang ku kira akan cukup untuk membayar hutangku padanya, kini nyatanya tak cukup, bahkan tak akan cukup membayar seperempatnya.

Aku di hantui oleh hutang yang harus ku bayar, aku tak ingin berhutang pada laki-laki tak berhati itu, aku tak ingin kehidupan sederhana ku di usik olehnya sewaktu-waktu karena hutang masa lalu.

Ku putar otakku, mencari barang berharga yang mungkin bisa ku jual atau ku gadaikan. Namun dewi keberuntungan seolah tak berpihak padaku, bahkan emas pun aku tak punya, tak ada barang yang lebih berharga, selain...

Rumahku.

Apakah aku harus menjual nya?

Aku menatap sendu rumah sederhana peninggalan kedua orang tuaku, benarkah apa yang ku pikirkan saat ini, benarkah keputusan ku untuk menjualnya adalah hal yang benar?

Aku merenung, jujur ini bukan hal yang mudah, aku terjepit dalam dua situasi yang menyesakkan, antara kenangan dan masa depan.

Aku tak ingin kehilangan rumah penuh kenangan itu, hanya rumah itulah yang menjadi memoriku bersama ayah ibuku, hanya rumah itu yang menjadi saksi bisu perjuanganku. Namun, di lain sisi, aku tak ingin memiliki hutang masa lalu yang mungkin saja bisa merusak masa depanku, atau bahkan merusak masa depan kedua buah hatiku.

Aku memeras otakku.

Tidak, aku tak boleh egois. Aku tak ingin membuat kedua buah hatiku hidup sengsara hanya karena keegoisanku yang tak ingin kehilangan kenangan bersama orang tua ku.

Dengan berat hati, ku lepaskan rumah itu, ku lepaskan kenangan indah itu bersama dengan tangis yang luruh dari mataku.

Dengan ikhlas, ku melepaskan segalanya, biar Allah menjaga kenangan itu dalam hatiku, biar Allah yang menjaga hatiku agar lebih kuat dalam menghadapi hidup.

Sekali lagi ku mantapkan hatiku.

Ya Allah, aku ikhlas...

🍁🍁🍁

Annyeong Chingu

Double update nih...

Mau lagi?

Tunggu besok ya 🤣

Happy Reading

Saranghaja💕💕💕

1
Aprilia Amanda
beuh, puluhan hektaaaaarrrrr🤪
Dewa Dewi
😂😂😂😂😂😂😂
Jeslin Simbolon
Kecewa
Jeslin Simbolon
Buruk
Ayu
anelis hamil dah
Modish Line
😂😂😂 😂😂
Dewa Dewi
😂😂😂😂😂
Dewa Dewi
😂😂😂😂😂😂
Ayu
awal crita anak kembar itu ada gimana thor.
Modish Line
😂😂😂😂😂😂😂
Dewa Dewi
😂😂😂😂😂
Agustina Amy
Kurang suka sma karakter anelis trllu cengeng jg lemah
Dewa Dewi
😂😂😂😂😂😂😂😂
Modish Line
😂😂😂😂😂😂😂
Modish Line
😂😂😂😂😂😂
Dini Mulyati
Luar biasa
Dewa Dewi
😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
😂😂😂😂😂😂😂
Dewa Dewi
😂😂😂😂😂😂
Mey26
😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!