Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!
Ia hidup menyedihkan dalam kemiskinan bersama sepasang anak kembarnya, padahal ayah dari anak-anaknya adalah orang terkaya di kotanya.
Semua bermula dari suatu malam yang nahas. Bermaksud menolong seorang pria dari sebuah penjebakan, Hanna justru menjadi korban pelampiasan hingga membuahkan benih kehidupan baru dalam rahimnya.
Fitnah dan ancaman dari ibu dan kakak tirinya membuat Hanna memutuskan untuk pergi tanpa mengungkap keadaan dirinya yang tengah berbadan dua dan menyembunyikan fakta tentang anak kembarnya.
"Kenapa kau sembunyikan mereka dariku selama ini?" ~ Evan
"Kau tidak akan menginginkan seorang anak dari wanita murahan sepertiku, karena itulah aku menyembunyikan mereka." ~ Hanna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Jemari Nyonya Ursula saling meremas satu sama lain dengan gemetar. Menahan rasa malu, ia memberanikan diri menatap wajah datar laki-laki yang berdiri tak jauh darinya.
“Tu-tuan, maafkan sa-ya,” ucapnya terbata-bata. “Sa-ya tidak bermaksud menghina Sky dan Star. Saya hanya—”
Evan mengangkat tangan sejajar dengan dada yang membuat Nyonya Ursula membungkam dan menunduk ketakutan. Sekarang tamatlah riwayatnya. Tentu saja dengan kekayaannya Tuan Azkara dapat melakukan apapun, termasuk membuat suaminya dipecat dari pekerjaannya dan membuat mereka hidup susah. begitu isi pikiran wanita itu.
“Osman, tolong kau urus siapapun yang sudah berani menghina anak-anakku,” ucap Evan membuat Nyonya Gulsha dan Nyonya Ursula mematung tak berdaya di tempatnya berpijak.
“Baik, Tuan!”
Evan pun beranjak pergi meninggalkan pemukiman itu, keluar menuju mobil yang terparkir di depan gang sempit itu. Masuk ke mobil dan duduk dengan frustrasi hingga rasanya ingin menangis. Hatinya seakan tak kuasa menahan rasa bersalah yang besar. Selama bertahun-tahun Hanna dan anak-anaknya hidup dalam lingkungan keras.
Tak lama berselang, Osman naik ke mobil dan duduk di kursi kemudi, melingkarkan sabuk pengaman di tubuhnya dan menyalakan mesin mobil.
“Tuan, gunakan sabuk pengaman Anda. Saya baru saja mendapat informasi, ada pemesanan tiket bus ke Kota Ankara atas nama Hanna Cabrera. Bus akan berangkat 10 menit lagi. Saya sudah menghubungi pihak travel dan meminta penundaan keberangkatan. Kita harus cepat ke sana.”
Tak menunggu lama, Evan memasang sabuk pengaman ke tubuhnya dan melirik beberapa mobil yang sudah berangkat lebih dulu. Osman dengan sigap melajukan mobil, meninggalkan pemukiman itu. Beberapa warga masih terlihat dengan sisa terkejut. Sepertinya ini akan menjadi perbincangan heboh, bahwa Sky dan Star anak seorang jutawan.
“Lebih cepat, Osman!” teriak Evan panik setelah melirik jam di pergelangan tangannya. Osman menginjak pedal gas semakin dalam yang membuat laju mobil lebih cepat.
****
Amasya Bus Station ....
Hanna duduk bersama Sky di kursi tengah sebuah bus yang akan membawa mereka ke Kota Ankara. Memutuskan untuk meninggalkan segalanya dan memulai hidup baru hanya dengan kedua anaknya, memang bukan pilihan yang mudah. Tetapi Hanna hanya ingin melindungi kedua anaknya. Hidup dalam lingkungan keras tidaklah baik bagi perkembangan mental Star dan Sky. Terlebih sekarang adanya ancaman dari Cleo dan ibu tirinya.
“Mommy, kita mau ke mana?” tanya Sky menatap mommy-nya. tangannya memeluk mainan tank perang yang ada di pangkuannya.
Hanna tersenyum, walaupun terlukis luka dalam di sana. Ia mengusap pucak kepala Sky dengan lembut.
“Kita akan pergi ke tempat yang lebih baik, Nak. Tempat yang hanya ada kita. Tidak akan ada lagi tetangga yang menghina dan memarahimu. Di tempat yang baru, mommy akan bekerja keras untuk kalian, supaya kau dan adikmu bisa sekolah dan bisa makan roti setiap hari. Kau tidak apa-apa, kan?”
Sky tersenyum senang, mengusap air mata yang menggenang di ujung mata Hanna. “Senang, Mommy. Nanti aku juga akan bekerja dan supaya bisa mengobati kakinya Star.”
“Tidak, Sky. Itu adalah tugas mommy. Kau hanya akan belajar dan bermain saja.”
Hanna mengecup kening Sky, tangannya erat memeluk tubuh Star yang tertidur di pangkuannya. Star masih terlihat lemah dan pucat. Tetapi setidaknya sudah tidak sesak napas seperti sebelumnya.
Hanna melirik beberapa penumpang yang tampak sudah tidak sabar menunggu bus berangkat. Ada pula yang yang bertanya-tanya mengapa keberangkatan bus ditunda hingga hampir 30 menit.
“Pak, kenapa menunda keberangkatan lama begini? Ada apa sebenarnya?” tanya seorang wanita seolah tak sabar.
“Tunggulah sebentar lagi, Nyonya. Kami hanya mendapat informasi dari pihak stasiun untuk jangan berangkat dulu,” jawab seorang kondektur bus.
“Oh, menyebalkan sekali. Memang ada masalah apa?” gerutu wanita itu.
Sky melirik beberapa penumpang, kemudian menatap mommy-nya penuh tanya. “Ada apa, Mommy ... Kenapa bus nya lama berangkat?”
“Tidak tahu, Nak. Mungkin mereka sedang menunggu sesuatu. Tunggulah sebentar lagi ya ...”
“Iya, Mommy,” jawabnya polos.
Hanna menatap keluar jendela. Sebentar lagi senja berganti malam. Keadaan sekitar mulai gelap. Perhatiannya kemudian tertuju pada beberapa mobil yang tiba-tiba berhenti tidak jauh dari bus. Ia mencoba menajamkan penglihatannya. Hingga beberapa detik kemudian, sosok Evan terlihat turun dari mobil bersama beberapa pria berseragam hitam.
Tidak! Bagaimana mereka tahu aku di sini? batin Hanna.
Ia menarik napas demi mengurai kepanikan yang tiba-tiba mendominasi. Bola matanya bergerak ke kanan dan kiri, mencari cara melarikan diri.
“Sky ... Maukah kau membantu mommy?”
“Iya, Mommy?”
“Sayang ... bersembunyilah di bawah tempat duduk Mommy dan jangan mengeluarkan suara apapun. Apa kau bisa?”
“Kenapa, Mommy?”
“Bersembunyilah, Nak. Nanti mommy akan beritahu begitu busnya berangkat.”
Sky menganggukkan kepala, kemudian segera bersembunyi di bawah tempat duduk Hanna dan sama sekali tak mengeluarkan suara apapun. Hanna lalu menyembunyikan Star di dalam kerudung panjang yang ia gunakan.
“Nyonya, bisakah kau membantuku?” ucap Hanna pada seorang wanita paruh baya yang duduk di sebelahnya.
“Ada apa, Nak?” Hanna pun mendekatkan bibirnya dengan wanita itu dan membisikkan sesuatu.
****
kalo zian dah hbs tu ayael