Kecelakaan tragis yang menimpa Dave di hari pernikahannya membuat XyRa merasakan patah hati hebat. Janji setia sehidup semati pun berganti dengan ucapan duka cita dan belasungkawa.
XyRa yang separuh jiwanya seakan ikut pergi bersama Sang calon suami sampai tak sadar jika sudah di nikahi oleh sepupu pria yang di cintainya tersebut.
Semua karna orang tua XyRa tak sanggup melihat kesedihan di wajah putrinya, terlebih acara pernikahan sudah siap di laksanakan..
"Saya Terima nikah dan kawinnya XyRa Rahardian Wijaya dengan mas kawin tersebut di bayar, Tunai"
Sebuah kalimat Ijab Qabul lantang di suarakan oleh Axel, duda beranak satu yang di tinggal selingkuh istrinya 4 tahun lalu.
Bisakan XyRa menerima pernikahannya dengan Sang suami pengganti?
Lalu, bagaimana ia harus menerima statusnya yang tak hanya menjadi istri melainkan langsung menjadi ibu sambung dari seorang anak kecil yang haus kasih sayang?
Ikuti terus kisahnya, sediakan kanebo buat air mata ya, 😇😇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Papih...," seru Sean saat melihat Axel di ambang pintu kamar.
XyRa yang mendengar pun sontak menoleh kearah yang sama dengan bocah di depannya, Axel berjalan mendekat menuju ranjang sedang istrinya langsung bangun.
"Maaf, aku tak izin padamu datang kesini," ujar XyRa tak enak hati, bodohnya ia lupa akan hal tersebut.
"Tak apa, aku senang melihatmu menemani Sean."
Axel langsung memeluk putranya, menanyakan kabar sembari mengecek suhu tubuh Sean yang sepertinya sudah jauh lebih baik.
"Sean sering demam, dia memang tak sekuat anak lain, daya tahan tubuhnya lemah," jelas Axel saat anaknya ada di pangkuan.
"Semua anak berbeda, tak apa," jawab XyRa yang baru tahu akan hal ini.
Sean menceritakan bagaimana XyRa datang dan menyuapinya makan, dari semua sikap dan nada bicara bocah itu siapapun bisa peka jika Sean sangat senang dengan kedatangan wanita yang belum ia tahu adalah ibu sambungnya. Axel tersenyum saat XyRa tersipu malu, wanita itu benar-benar sedang di banggakan saat ini.
"Sean gak mau pulang," ujarnya kemudian yang langsung membuat Axel menautkan kedua alis.
"Kenapa?"
"Nanti Sean kangen Aunty, Pih."
Axel langsung menoleh kearah XyRa yang diam tak memberi kode apapun, ini tentu di luar dugaan mereka dan memang masih banyak yang belum pasangan itu bicarakan termasuk tempaet tinggal.
"Nanti kita pikirkan lagi ya, Sean bersih-bersih dulu dibantu Mbak, Papih ke bawah sebentar sama Aunty, Ok."
.
.
.
Di ruang tengah, tepatnya di sofa panjang depan TV kini pasangan suami istri siri itu duduk berdampingan, tentunya tetap ada jarak diantara mereka, beberapa menit saling diam karna tak tahu harus mulai dari mana, akhirnya Axel memberanikan diri buka suara.
"Minggu depan aku akan kembali ke kota tempat kami tinggal, Ra," ucap Axel lirih, entah kenapa kali ini ia mendadak berat meninggalkan Ibu kota.
"Dengan Sean?" pertanyaan bodoh dilontarkan XyRa karna ia sedang kebingungan dengan perasaannya saat ini.
"Iya, bulan depan Sean sudah masuk taman kanak-kanak, kamu pasti tahu kan tujuanku datang kemari untuk apa?"
XyRa mengangguk, Axel memang seorang tamu yang datang dari luar kota untuk acara pernikahannya dan Dave, tak ada rencana lain sebelummya sampai akhirnya takdir menjadikan Axel justru sebagai mempelai pengantin Prianya.
"Tak bisakah disini?" tanya XyRa pelan.
"Aku sudah lama disana, pekerjaanku juga disana. Tak semudah itu aku kembali ke ibu kota," jawab Axel serba salah.
"Kecuali---," sambungnya namun memotong ucapan hingga XyRa menol
"Kecuali apa?"
Axel menggelengkan Kepala, ia belum berani meminta apapaun dari XyRa untuk saat ini sebab keduanya masih dalam proses pendekatan bahkan mau di bawa kemana rumah tangganya sekarang pun masih belum pasti.
"Baiklah, aku serahkan semua padamu," ucap XyRa pasrah.
.
.
.
Axel mengantar istrinya pulang ke kediaman Rahardian, sejak awal menikah memang keduanya tak pernah tinggal bersama hingga saat XyRa sudah masuk kedalam, Axel justru di panggil ke ruang kerja ayah mertuanya.
"Selamat malam," Tuan."
"Panggil saya Apih, bukankah kamu suami dari putri saya?"
Axel mengangguk dan tersenyum, ada kebanggan tersendiri karna siapapun tahu bagaimana dermawannya keluarga Rahardian selama ini, untuk berkerja sama dengan perusahaan itu sungguh sangat sulit dan itu adalah salah satu impian Axel, namun kini ia malah di hadapkan dengan takdir yang justru menjadikannya menantu dari keturunan konglomerat tersebut.
"Baik, Pih," sahut Axel masih canggung.
"Bagaimana hubunganmu dengan XyRa?" tanya Apih yang masih mengkhawatirkan putrinya.
"Sudah jauh lebih baik, Pih. XyRa juga sudah bertemu dengan putraku. Mereka sudah merasa nyaman satu sama lain, hanya saja aku belum mengenalkannya sebagai istri atau lebih tepatnya ibu sambung Sean," jelas Axel dengan senyum di ujung bibirnya.
"Kenapa?"
"Aku tak ingin mengecewakan Sean, aku takut XyRa--," ucap Axel yang menarik napas lebih dulu sebelum ia meneruskan lagi kalimat yang menggantung barusan.
"Bertahan lah, temani XyRa agar tak terlalu larut dalam sedihnya, Apih khawatir dengannya."
"Ini sudah ku katakan padanya, aku ingin mempertahankan pernikahan ini dan tak ingin gagal lagi tapi tak ada jawaban darinya," sahut Axel yang bingung dengan sikap diamnya XyRa saat itu.
Entah akan pasrah atau menyerah Axel belum bisa menebaknya sama sekali, tapi jika bisa memohon tentu ia ingin semua berjalan baik-baik saja apalagi kini Sean juga sudah mengenal sosok XyRa. Tak tega rasanya jika harus mematahkan hati anak tak berdosa itu lagi, karna satu yang belum bisa di berikan Axel pada putranya adalah sosok seorang ibu yang tulus menyayanginya.
"Bersabarlah, tak mudah untuknya. Ada luka yang tak mungkin sembuh dengan cepat dalam hati XyRa," kata Apih yang tak bisa berbuat banyak untuk urusan anak bungsunya ini.
"Tapi aku akan kembali ke kotaku, urusan ku disini sudah selesai termasuk urusan pada pihak yang berwajib. Aku akan menjalani hariku seperti biasa bersama Sean."
"Apa XyRa tahu?" tanya Apih lagi yang di jawab anggukan kepala.
"Apih mengizinkanmu jika ingin membawa XyRa, ia tanggung jawabmu sekarang. Apih dan Amih hanya bisa mendoakan dan menjaga kalian," sambung pria paruh baya tersebut yang tak di sangka oleh Axel sama sekali.
"Apih--, apih serius mengatakan ini padaku?" Axel bertanya untuk memastikan apa yang ia dengar tak salah karna ini cukup mengejutkan.
"Iya, tapi jangan dipaksa jika XyRa tak mau, bicarakan pelan-pelan, buat dia nyaman dan percaya dulu padamu," pesan Apih yang di jawab anggukan kepala oleh Axel.
Senyum karna rasa bahagia benar-benar sedang di rasakan oleh Axel, meski ragu XyRa akan mau dengan ajakannya nanti tapi setidaknya ia sudah mendapat lampu hijau dari sang mertua sebab restu orang-tua tetap yang paling utama, doa nya pasti yang terbaik untuk anak dan menantu.
.
.
.
Axel yang seharusnya pulang justru kembali lagi ke kamar Sang istri. XyRa mengernyitkan dahi saat ia membuka pintu yang sebelumnya sudah di ketuk suaminya itu berkali-kali.
"Ada apa? ku kira sudah pulang," tanya XyRa bingung.
"Ada yang ingin ku bicarakan padamu," ucap Axel dengan hati berdebar.
"Apa?" tanya XyRa yang dibuat semakin penasaran.
.
.
.
Maukah kamu tinggal bersamaku dan Sean di luar kota?
Kesalahan besar kalo kamu niatnya bawa dia tinggal di rumah mu,Awas ya..
Mulai deh kompliknya,Baru juga Xyra ingin bahagia .huufff...🙇🙇🙇