Kisah seorang gadis yang terpaksa menjadi pelayan pebisnis misterius dan kejam agar organ tubuhnya tidak dijual oleh pria itu akibat ulah ibunya sendiri.
Namun, ia tetap berusaha melarikan diri dari sangkar Tuannya.
Sebuah rahasia besar sang CEO terkuak saat pelayan itu hadir dalam kehidupannya yang membuat pria itu marah besar dan berencana membuat hancur kehidupan gadis itu.
Bagaimana kelanjutan cerita mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 : Kulit Hangatnya
...****************...
Anna melangkah masuk ke dalam mansion, merasa sedikit lega akhirnya bisa sampai ditempat yang kini ia anggap sebagai rumah sementaranya. Namun, kelegaan itu tak berlangsung lama. Damian yang sejak tadi diam menutup pintu dengan sedikit lebih keras dari yang seharusnya.
Anna yang mendengar itu tersentak. Ia berhenti di tengah ruang tamu. Ia melihat Damian yang mendekat secara perlahan dengan langkah kaki yang tenang. Namun hal itu malah menciptakan ketegangan yang menyelinap di tubuh Anna. Ia tidak bisa bergerak, hanya berdiri di tengah dengan jantung yang berdetak tidak karuan.
Anna menatapnya heran sedangkan Damian mengangkat kedua tangannya dan menyentuh wajah Anna. Telapak tangannya yang besar dan hangat mencengkeram pipi wanita itu dengan lembut, seakan memastikan Anna benar-benar dihadapannya. Jemarinya yang hangat menyapu pelan bawah mata Anna lalu perlahan turun menyusuri garis rahang wanita itu.
"Jangan pernah pergi dariku sebelum kontrakmu selesai, Anna." suaranya pelan, nyaris seperti bisikan. Tapi didalam suaranya tegasnya membuat Anna sulit bernapas.
Anna menelan ludah, matanya membulat menatap Damian yang begitu dekat dengannya sekarang. Ia bisa merasakan napas pria itu menyentuh kulitnya, menciptakan sensasi aneh dalam dadanya.
Dan saat ia berpikir Damian akan menjauh, pria itu justru melakukan sesuatu yang tidak pernah ia duga.
Jemari kasarnya menyapu lembut bibir Anna perlahan dengan gerakan sensual. Sentuhan itu begitu ringan hampir seperti angin yang berhembus membuat wanita itu membeku.
"Aku.." Anna ingin mengatakan sesuatu tapi entah kenapa suaranya tersangka di tenggorokkan.
Damian menatap lurus ke dalam matanya. Sorotannya gelap, dalam dan sulit diartikan. Ada sesuatu yang bergejolak disana, sesuatu yang lebih dari sekadar rasa kepemilikan.
Anna menundukkan pandangan mencoba menghindari tatapan yang semakin mengikatnya.
"Aku takkan pergi."
Damian dia sejenak. Ia hangat mengamati wajah wanita itu, lalu jemarinya perlahan menjauh meski kehangatan sentuhannya masih terasa di kulit Anna.
"Bagus."
Tanpa berkata lebih, Damian melangkah menjauh dengan ekspresi yang sulit ditebak. Sedangkan Anna masih berdiri ditempatnya, tubuhnya kaku seperti patung. Pikirannya berputar pada satu hal—sentuhan itu. Jemari Damian yang menyapu bibirnya, tatapan dalam pria itu yang seakan menelanjangi pikirannya dan kata-kata yang masih terang di telinganya.
Pelan ia mengangkat tangannya, menyentuh pipinya yang tadi berada dalam genggaman Damian. Dadanya naik turun, napasnya terasa berat dari biasanya.
"Kenapa aku begini?" gumamnya nyaris seperti pertanyaan untuk dirinya sendiri.
Ia menekan dadanya dengan telapak tangan mencoba menenangkan debaran jantungnya yang seakan memberontak tanpa sebab. Ini bukan pertama kalinya Damian menunjukkan sikap tak terduga, tapi kali ini...rasanya berbeda. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar otoritas seorang bos terhadap sanderanya.
Anna menggeleng cepat, menepis pikiran itu. Tidak. Damian hanya.. Ingin menegaskan perjanjian mereka. Tidak lebih. Ia harus mengingat posisinya.
...****************...
"Apa yang baru saja kulakukan?" gumamnya pelan.
Jari-jarinya mengepal perlahan seolah mencoba menghapus sensasi lembut itu dari kulitnya, tapi sia-sia. Kenangan akan momen tadi masih tertinggal jelas di kepalanya. Tatapan Anna yang bingung, kulit wanita itu dibawah sentuhannya dan ekspresi terkejut yang sama sekali tidak bisa ia lupakan.
Damian menghela napas berat, tangannya kini menyapu wajahnya sendiri.
Ini salah.
Ia tak seharusnya bertindak seperti itu. Wanita itu hanya seseorang yang harus membayar hutangnya, tidak lebih. Tidak ada alasa baginya untuk terpengaruh hanya karena terbiasa bersama dan kulit mereka bersentuhan sebentar.
Damian mendongak, menatap refleksi dirinya di cermin kamarnya. Mata kelamnya menatap dirinya sendiri, mencari jawaban yang sebenarnya sudah ia temukan tapi ia mencoba menolak.
Dan disudut hatinya, untuk pertama kalinya, ia merasa ragu tentang apa yang ia rasakan. Dan untuk pertama kalinya.. Ia menyukai seorang wanita.
.
.
.
Next👉🏻
(Terima kasih sudah membaca, hidup lebih lama ya💕)
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩