NovelToon NovelToon
Mempelai Pengganti

Mempelai Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sablah

aku berdiri kaku di atas pelaminan, masih mengenakan jas pengantin yang kini terasa lebih berat dari sebelumnya. tamu-tamu mulai berbisik, musik pernikahan yang semula mengiringi momen bahagia kini terdengar hampa bahkan justru menyakitkan. semua mata tertuju padaku, seolah menegaskan 'pengantin pria yang ditinggalkan di hari paling sakral dalam hidupnya'

'calon istriku,,,,, kabur' batinku seraya menelan kenyataan pahit ini dalam-dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sablah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

panggilan ditengah malam

Angin malam berhembus pelan, membawa aroma tanah lembab yang khas dari kebun kopi. cahaya lampu mobil Rama masih menerangi wajah Karina yang tampak tegang. jemari wanita itu menggenggam erat kain yang baru saja ia tunjukkan.

Rama masih terpaku, menatap baju itu dengan berbagai pertanyaan yang berputar di kepalanya. dadanya naik turun, berusaha mengendalikan perasaannya yang mulai tidak karuan.

"Karina," suara Rama terdengar lebih rendah, hampir seperti bisikan. "jawab aku, dari mana kamu mendapatkan itu?"

Karina tidak langsung menjawab. ia justru kembali memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya dan mengeluarkan sesuatu. sepotong kertas terlipat rapi, terlihat sudah sedikit kusut di ujungnya.

"apa ini?" Rama bertanya curiga.

Karina menghela napas pelan sebelum menyerahkan kertas itu kepadanya. "baca sendiri," katanya singkat.

dengan tangan yang sedikit gemetar, rama membuka lipatan kertas itu dan mulai membaca.

Rama, maafkan aku.

aku tahu kepergianku meninggalkan luka di hatimu. aku tahu ini menyakitimu. aku tidak akan membela diri, karena memang aku yang salah.

tapi jika kamu ingin tahu alasannya... aku pergi karena itu adalah pilihan terbaik. pilihan terbaik agar aku tidak menghancurkan keluargamu.

Rama, ijinkan aku kembali, aku akan jelaskan semuanya. aku masih mencintaimu, Ram.

_Naila.

jantung Rama berdetak lebih kencang. pandangannya terpaku pada setiap kata dalam surat itu, seolah mencoba mencari makna yang lebih dalam di baliknya.

"menghancurkan keluargaku?"

apa maksudnya? apa yang terjadi? bagaimana Naila bisa berhubungan dengan keluarganya hingga ia merasa harus pergi demi kebaikan mereka?

Rama mengangkat wajahnya, menatap Karina penuh tuntutan. "apa maksudnya ini? apa yang dia bicarakan?"

Karina menggigit bibirnya, ragu untuk menjawab. "Rama... yang bisa kukatakan hanyalah, tolong, maafkan Naila. dan biarkan dia menemuimu."

Rama menggeleng, matanya menyala penuh kekecewaan. "tidak. aku tidak mau bertemu dengannya sebelum aku tahu alasan dia pergi!"

"oleh sebab itu, tolong temui dia dulu, Ram. dengarkan penjelasan nya" suara Karina terdengar lebih memohon sekarang.

"ku bilang tidak," Rama tetap bersikeras. rahangnya mengeras, matanya menatap Karina dengan tajam. "kalau dia ingin meminta maaf, datanglah ke rumahku dan minta maaf di depan keluargaku. bukan hanya padaku."

Karina menggeleng dengan cepat. "Naila tidak mau."

Rama tertawa pendek, penuh ketidakpercayaan. "da hanya mau meminta maaf padaku? kenapa? apa dia pikir keluargaku tidak berhak mendengar penjelasannya?"

"bukan begitu, Ram," Karina mencoba menjelaskan dengan suara lembut, meskipun ia sendiri tahu ini akan sulit diterima oleh Rama. "dia hanya butuh meminta maaf padamu. itu saja. tidak lebih."

Rama mencengkeram surat di tangannya dengan erat. "kau dengar sendiri isi surat ini, Karina. dia bilang dia pergi demi keluargaku. kalau dia berani membuat keputusan sebesar itu, dia juga harus berani menjelaskan semuanya pada mereka, bukan hanya padaku."

Karina menghela napas panjang, lalu menatap Rama dengan penuh harap. "Ram, aku mohon... setidaknya temui dia sekali saja. setelah itu, kalau kau masih ingin dia datang ke rumahmu dan meminta maaf di depan keluargamu, aku sendiri yang akan membawanya ke sana."

"tapi kenapa tidak dari awal?" Rama menatap Karina penuh emosi. "kenapa harus aku yang menemui dia? kalau dia yang salah, seharusnya dia yang datang, bukan sebaliknya."

Karina menggigit bibirnya. ia tahu, semakin ia berdebat, semakin sulit meyakinkan Rama. tapi ia juga tahu, Naila tidak akan pernah mau menemui keluarga Rama. ada sesuatu yang lebih besar di balik ini semua, sesuatu yang belum bisa ia katakan.

"Ram...," Karina menunduk, mencoba meredakan emosinya sendiri. "aku tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang. tapi percayalah, Naila benar-benar butuh bicara denganmu. sekali saja. dengarkan dia."

Rama hanya bisa terdiam. perasaannya campur aduk, marah, bingung, dan frustrasi bercampur jadi satu. ia menatap Karina tajam, seakan mencari jawaban di wajahnya.

"aku tidak bisa menjanjikan apa pun," katanya akhirnya. "tapi aku ingin satu hal yang jelas. jika aku memutuskan untuk tidak menemuinya, maka jangan pernah memaksaku lagi."

Karina menatapnya, lalu mengangguk pelan. "baik. tapi setidaknya, pertimbangkan dulu, Ram. Jangan menutup hati sepenuhnya."

Rama menghela napas berat, lalu tanpa sadar berkata dengan nada tajam, "kau melupaka sesuatu, Karina. aku sudah menikah! bagaimana kalau Alda tahu aku menemui Naila? aku tidak mau ada salah paham."

Karina terdiam sejenak, sebelum akhirnya menatap Rama dengan sorot mata yang tajam. "ini bukan urusan Alda."

Rama mengernyit, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "apa maksudmu? jelas dia istriku sekarang!"

Karina menatapnya seakan ingin mengatakan sesuatu tetapi ragu. namun, entah karena emosinya atau keinginannya yang terlalu kuat untuk meyakinkan Rama, ia pun mulai membuka satu fakta menarik. "kau dan Alda itu sama Ram! sama-sama punya lalu sebelum terikat. apa kau yakin sebelum ini Alda tidak memiliki cerita kelam? asal kau tahu, wanita mu sudah memiliki kekasih sebelum dia menikah dengan mu. dan mereka berada pada satu lingkup pekerjaan!" lanjut Karina, suaranya lebih tajam sekarang. "Jika kau tidak percaya, selidiki saja laki-laki bernama Rendra."

Rama langsung menegang. ia tidak menyangka pembicaraan akan berbelok ke arah ini. "siapa Rendra?"

"kau cari tau sendiri. harusnya kau sadar, pernikahan mu ini sudah membunuh dua hati sekaligus. Naila dan kekasih istrimu" Karina menatapnya dengan serius

Rama hanya diam. ia memilih menatap langit malam dengan pandangan kosong, mencoba memahami semua yang baru saja terjadi.

tak lama, Karina melangkah mendekati Rama dan berbicara lebih pelan. "aku tahu ini sulit bagimu, Ram. tapi tolong, pikirkan baik-baik. jangan hanya melihat dari satu sisi."

setelah mengatakan kata-kata terakhirnya, Karina melangkah pergi lebih dulu, meninggalkan Rama yang masih berdiri di tempatnya. ia bahkan tidak berusaha memanggil Karina kembali. seolah tidak ada gunanya.

pikirannya kini penuh dengan berbagai pertanyaan yang tidak memiliki jawaban pasti. tentang Naila, apa alasan sebenarnya dia pergi? tentang apa yang dikaitkan dengan keluarganya, apa yang selama ini disembunyikan dari dirinya?

lalu tentang Alda…

Rama mengingat kembali sikap Alda siang tadi. tatapan kosongnya, sikapnya yang seakan memendam sesuatu, dan cara dia berusaha menyembunyikan perasaannya. saat itu Rama mengira Alda hanya sedang lelah atau ada masalah kecil tentang penyesuaian nya di tempat ini. tapi sekarang…

jadi, alasan dia bersikap seperti itu… karena dia merindukan seseorang?

Rama mengepalkan tangannya, perasaan tidak nyaman mulai menguasai hatinya. nama 'Rendra' yang disebut Karina terngiang di kepalanya, semakin menambah rasa gelisah.

ia tidak ingin percaya begitu saja pada ucapan Karina. tapi di sisi lain, ia juga tidak bisa mengabaikan perasaannya yang mulai ragu.

dengan napas berat, Rama akhirnya melangkah pergi, meninggalkan tempat itu dengan pikiran yang semakin kacau.

******

keadaan di rumah singgah,

malam itu, rumah singgah terasa begitu sunyi. hanya ada suara jangkrik yang saling bersahutan di luar. udara dingin mulai menyelimuti rumah sederhana itu, membuat siapa pun yang tidur tanpa selimut pasti akan merasa kedinginan.

Alda yang awalnya sudah berbaring di kamarnya tiba-tiba merasa ingin ke kamar mandi. dengan malas, ia bangkit dan berjalan pelan, memastikan langkahnya tidak terlalu berisik agar tidak membangunkan siapa pun.

saat melewati ruang tengah, ia teringat sesuatu, stok selimut yang tersedia hanya dua, dan itu sudah dipakai oleh Arya dan Gani yang tertidur di sana.

Rama?

Alda langsung menghentikan langkahnya. jika hanya ada dua selimut, berarti Rama tidur tanpa selimut?

tanpa pikir panjang, ia kembali ke kamarnya dan mengambil selimutnya sendiri. ia tidur di kasur yang tebal dan lumayan tahan dengan dingin daripada Rama yang jelas hanya tidur di kasur lantai. ia tidak ingin membiarkan Rama menggigil semalaman.

dengan niat baik, Alda berjalan ke ruang tamu, tapi langkahnya langsung terhenti ketika menyadari sesuatu.

Rama tidak ada.

hanya ada Arya dan Gani yang terlelap di kasurnya masing-masing, tapi sosok Rama sama sekali tak terlihat. Alda spontan menoleh ke arah pintu, merasa ada yang aneh. dengan hati-hati, ia berjalan mendekat dan membuka pintu sedikit, melongok keluar.

matanya langsung tertuju pada garasi rumah. dan benar, mobil dinas Rama tidak ada di tempatnya.

Alda mulai merasa tidak tenang.

Rama pergi? malam-malam begini?

perasaannya semakin gelisah. rasa takut mulai menyelimutinya, takut jika sesuatu terjadi pada Rama.

ia mencoba menunggu, berharap Rama akan segera kembali. namun, semakin lama menunggu, pikirannya justru semakin dipenuhi kecemasan. ia takut Rama tersesat, atau lebih buruk lagi, mengalami sesuatu yang tidak diinginkan.

akhirnya, Alda tidak bisa lagi tinggal diam. dengan langkah cepat, ia keluar dari rumah singgah, berjalan kaki menuju rumah Kepala Desa.

hening.

rumah Kepala Desa gelap. tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana.

Rama tidak ada.

Alda menggigit bibirnya. hatinya semakin was-was. mau tidak mau, ia kembali ke rumah singgah. namun, kali ini, ia tidak langsung masuk, Alda memilih berdiri di teras.

menunggu.....

lima belas menit berlalu...

malam semakin larut, tapi Alda masih berdiri di sana.

sampai akhirnya, suara mesin mobil terdengar dari kejauhan. Alda spontan bergegas masuk ke dalam rumah dan bersembunyi di balik pintu, menyisakan celah kecil untuk mengintip.

beberapa saat kemudian, Rama turun dari mobil.

langkahnya pelan, bahkan terlihat seperti mengendap-endap. cahaya lampu teras menyorot wajahnya yang tampak penuh tekanan, pucat, dan seolah sedang memikirkan banyak hal.

Alda menahan napas, pikirannya mulai dipenuhi berbagai spekulasi.

namun, saat Rama baru saja mencapai depan pintu rumah singgah, tiba-tiba ponselnya bergetar.

Rama menatap layar ponselnya sekilas sebelum akhirnya mengangkatnya dengan malas. "kenapa kau menghubungiku lagi? kita baru saja bertemu," ucapnya dengan nada rendah namun terdengar jelas ketidaksabaran nya.

Alda yang masih mengintip dari balik pintu semakin menahan napas. ia fokus mendengarkan.

tak ada suara lain yang terdengar selain suara Rama.

sejenak, Rama terdiam, lalu mendesah panjang.

"sudahlah, aku tidak mau membahas ini lagi."

suara di seberang sana kembali berbicara, tetapi Rama dengan cepat memotongnya.

"kau ingin aku tetap peduli? aku sudah cukup dibuat bingung dengan semua ini. tolong, jangan hubungi aku lagi"

Suasana terasa begitu tegang. Alda menggigit bibirnya, pikirannya semakin liar.

"aku tidak ingin mendengar alasan apapun" Rama kembali berbicara, suaranya kali ini lebih tegas. "jika memang kau ingin melihat semua baik-baik saja, aku tidak bisa jamin"

setelah itu, tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya, Rama langsung memutus panggilan dan menghela napas berat.

wajahnya tampak lelah, frustrasi, dan entah kenapa, Alda merasa ada kesedihan di sana.

namun, ia terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri.

siapa yang baru saja menelepon Rama? apakah benar itu Naila? Jika ya, apa yang sebenarnya mereka bicarakan? kenapa sampai harus diam-diam seperti ini?

Alda tidak tahu.

tapi yang jelas, sesuatu sedang terjadi. dan ia tidak bisa menepis perasaan tidak enak yang mulai menguasainya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!