I Love You, Mr. CEO!

Sejak kejadian itu, Dwi dan kawanannya mendapatkan sanksi tegas dari Ronald. Mereka berempat diminta untuk tanda tangan surat perjanjian yang menyatakan bila mereka tak akan mengulangi perundungan pada siapapun dan bersedia untuk menjalani psikotes serta pendampingan dari psikolog sampai mental mereka dinyatakan sembuh. Bara secara tegas menyatakan pada semua jajaran direksi dan manajer bahwa ia akan memberi sanksi berat pada siapapun karyawannya yang berani melakukan perundungan pada karyawan lain.

Saat itu, Bara pun meminta Ronald dan semua yang ada di ruangannya untuk merahasiakan status Kyra. Meskipun Bara kelepasan dan asal bicara, ia tak mau Friz mendengar semuanya dan berakhir buruk pada hubungannya dengan Kyra. Ia tak ingin  berakhir seperti Daniel.

Seminggu pasca kejadian, Dwi dan Lena mulai memperlakukan Kyra dengan baik. Hanya Sisil yang terlihat menjaga jarak dari Kyra karena ia masih sakit hati ketika Daniel membelanya.

"Sada, ini revisi lembaran desainmu." Dwi meletakkan lembaran desain milik Kyra dan lekas berbalik.

Dengan senyuman bahagia karena kini Kyra sudah lebih tenang dalam bekerja, ia mengawasi Dwi yang membagikan desain yang perlu di revisi ke beberapa temannya yang lain. Sungguh, Kyra hanya ingin teman-temannya itu hidup dalam kedamaian dan layak.

Ting ting.

Kyra melirik layar ponselnya yang menyala setelah ada pesan masuk. Pesan dari Bara.

[Siang ini aku akan ke luar kota selama 2 hari. Kamu makan sianglah dengan Bu Meta. Jangan terlalu dekat dengan Daniel. Jaga dirimu dengan baik!]

Kyra tersenyum membaca deretan kalimat itu. Baiklah, karena tak ada Bara jadi ia akan makan siang dengan teman-temannya yang lain saja. Sambil berpikir akan makan siang dengan siapa, Kyra mulai mengerjakan pekerjaannya.

Tiba jam makan siang, Kyra melipir ke kantin yang sudah ramai dengan ratusan staf yang sedang beristirahat. Bu Meta yang sedang berpuasa hari ini tak bisa menemaninya pergi. Meskipun Bara sedang keluar kota, ternyata ia tetap membelikan makan siang untuknya dan mengirimkan makanan itu ke ruangan produksi. Perhatian kecil semacam ini membuat hati Kyra menghangat, sudah lama sekali hatinya kosong dan dingin karena sikap Keanu yang berubah.

"Mau makan siang dengan kami?"

Kyra menengok ketika suara yang ia kenal  menyapanya dari belakang. Lena dan Dwi sedang menikmati bekal makan siang mereka bersama Sisil dan Puji. Tak ada siapapun lagi yang duduk di meja panjang itu selain mereka berempat, mungkin karena karyawan lain tahu bila Dwi CS suka membuat kisruh, jadi mereka memilih untuk menjaga jarak dan tak berdekatan.

"Bolehkah?" tanya Kyra ragu karena wajah Sisil nampak masam menatapnya.

Dwi berdiri, ia memberikan kursinya pada Kyra dan beringsut duduk di dekat Lena.

"Terima kasih," ucap Kyra tulus sembari mendudukkan dirinya di kursi itu.

"Aku sudah selesai teman-teman. Aku balik duluan!" Sisil bangkit sembari menutup kotak bekalnya dan beringsut pergi tanpa menoleh lagi.

Kyra jadi merasa bersalah karena ia tahu bila Sisil masih tak menyukai dirinya. "Maaf ya, Teman-Teman. Pasti Sisil pergi karena ada aku."

"Ah, dia memang begitu, Sada! Sisil nggak mudah akrab dengan orang lain, makanya dia berjodoh dengan Daniel! Hahaha ..." jelas Lena sembari tertawa.

Dwi dan Puji ikut tertawa mendengar lelucon Lena yang memang benar adanya. Hanya Kyra yang tak paham dan tersenyum sumbang.

"Sada, sejak kapan kamu berhubungan dengan Pak Bara?" selidik Puji kepo sembari mendekat ke kursi Kyra.

"Hei, Puji. Jangan bahas hal itu. Memangnya kamu lupa kalo kita harus merahasiakan  hubungan mereka!" sungut Dwi tak suka.

"Tapi aku kepo, Dwi. Sejak kapan mereka berhubungan padahal terakhir kali ketika ulang tahun perusahaan, Pak Bara masih membawa artis itu, kan?!"

"Hush! Dasar lamis!" Dwi melempar tempe di kotak bekalnya ke arah Puji. Tempe berukuran dadu itu mendarat tepat di mulut Puji hingga membuatnya tersentak kaget dan sontak mengunyah tempenya.

Melihat kekonyolan itu, Kyra terkekeh  hingga sakit perut. Rupanya Dwi CS berbakat menjadi grup komedi.

"Maaf ya, Sada. Rem di mulut Puji memang sering blong karena aus nggak pernah di servis!" Lena menengahi perdebatan kedua temannya.

Tawa Kyra semakin keras, terlebih saat ia melihat bentuk mulut Puji yang sedikit maju karena ukuran giginya yang lumayan besar. Analogi rem blong membuat imajinasi Kyra melantur ke mana-mana melihat bentukan mulut itu. Melihat Kyra tertawa, ketiga teman barunya itu ikut tertular menertawakan Puji.

"Boleh aku tanya sesuatu?" Kyra teringat akan perkataan Dwi tentang Sisil dan Daniel yang berjodoh.

"Tanya saja, selama kami bisa menjawab pasti kami jawab!" sahut Lena.

Kyra meminum air di botolnya dan menatap ketiga temannya dengan serius.

"Ada hubungan apa memangnya antara Daniel dan Sisil?"

Dwi melirik Lena dan ketiganya saling melirik satu sama lain. Mereka tak punya cukup nyali untuk menjelaskan tentang Daniel karena lelaki itu masih ada sangkut pautnya dengan Bara, sang pemimpin di perusahaan mereka.

"Apakah mereka pacaran?" tebak Kyra asal karena ketiga temannya nampak tak nyaman dengan pertanyaannya.

Dwi menggeleng. "Cinta Sisil bertepuk sebelah tangan," jelasnya singkat sebelum kembali melanjutkan. "Daniel itu duda!"

Kyra terbelalak. "Duda? Tapi dia masih muda banget!!"

Dwi dan Lena mengangguk setuju. "Sepertinya dia masih seusiamu."

Tak ingin semakin tenggelam dalam kekepoan, Kyra kembali hendak bertanya namun ponsel di saku kemejanya lebih dulu bergetar. Ia urung membuka mulut dan merogoh ponselnya ragu.

Bara is calling  ...

Dwi, Lena dan Puji bisa melihat dengan jelas deretan huruf di layar ponsel Kyra namun  mereka berpura-pura kembali sibuk menyantap makan siang.

"Halo?" sapa Kyra cepat.

"Ngapain kamu makan siang dengan mereka!?"

Kyra terdiam, ia menolehi sekitarnya dengan gesit.

"Tidak perlu mencariku. Sudah aku bilang kalo aku sedang di luar kota, kan?" seloroh Bara terkekeh.

Akhirnya Kyra mencari titik keberadaan CCTV dan menemukan beberapa di antaranya sedang terarah pada mejanya.

"Dasar licik! Kamu memata-mataiku, huh!?" sungut Kyra kesal.

Dwi melirik kedua temannya dan mulai berkeringat dingin.

Di ujung sana, Bara tertawa dengan puas. "Aku cuma memastikan kamu tidak dikerjai oleh siapapun lagi."

"Huuu, tanpa kamu memantau seperti itu, aku bisa menjaga diriku dengan baik, tahu!"

"Siapa bilang? Kamu itu lemah, penakut, lelet!" cecar Bara. "Cepat habiskan makanmu! Jangan tertawa terus. Mereka membuatku iri karena aku tidak bisa melihat tawamu hari ini!"

Kyra terkekeh. Sejak kapan Bara jadi puitis begini?

"Besok sore aku pulang. Tunggu aku datang ya, jangan pulang dulu sebelum aku sampai."

"Iyaaaa, cerewet sekali." Kyra memotong.

"Ck! Awas saja kalo kamu tertawa lagi. Aku akan pulang sekarang juga."

"Dih, sejak kapan kamu jadi sok romantis begini!? Bulu kudukku merinding, tahu!"

Dwi dan Lena saling tatap, mereka jadi malu sendiri karena mendengar percakapan sepasang manusia yang sedang dimabuk asmara dan menjadikan  dunia hanya milik mereka berdua.

"Kita pergi?" bisik Lena pada Dwi dan Puji. Ketiganya lantas mengangguk cepat.

Kyra masih mengobrol dengan Bara tanpa menyadari bila ketiga temannya sudah pergi. Sementara itu di sudut kantin, tatapan Daniel tak lepas pada Kyra.

"Jadi kamu yang akan perlahan-lahan menghancurkan hidup Bara?" Daniel tersenyum sumbang. "Kamu akan merasakan menjadi aku, Bara. Kita lihat saja!"

...****************...