Nura sangat membenci Viona seorang gadis sholehah, cantik dan berprestasi di sekolahnya. Di hari ulang tahunnya, Nura merencanakan sesuatu yang jahat kepada Viona.
Dan akhirnya karena perbuatan Nura, Viona menyerahkan kesuciannya kepada pemuda asing.
Viona terpaksa menikah dengan pemuda lumpuh. Setelah hamil, Viona memutuskan lari meninggalkan suaminya dan mencari ayah dari anaknya.
Berhasilkah Viona menemukan ayah dari anaknya?
Ikut ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Berpulang
Dharma kembali mengalami serangan jantung. Untungnya Dharma masih bisa bertahan dan diselamatkan. Dharma yang lemah dengan berbagai alat medis yang menempel di badan dan juga dibantu dengan alat pernapasan, tersenyum menatap Viona dan Alvaro yang menggunakan pakaian pengantin putih.
Viona akhirnya menerima lamaran Alvaro. Viona mengikhlaskan dirinya untuk menjadi istri Alvaro. Walaupun di dalam hatinya ada perasaan bersalah karena Viona tidak jujur kepada calon suaminya. Alvaro pasti kecewa karena dirinya sudah tidak perawan lagi.
Mungkin ini sudah jalan hidup yang harus Viona jalani. Viona kembali teringat akan mimpinya. Apakah Alvaro adalah jodoh yang dikirimkan Tuhan untuknya? Apakah Alvaro mau menerima Viona yang tidak suci lagi? Viona bertanya-tanya dalam hati.
Viona didampingi penghulu meminta restu kepada Dharma untuk menikah dengan seorang pria yang bernama Alvaro Bagaskara. Dharma memberikan restunya. Dharma mewakilkan dirinya kepada Bima untuk menjadi wali nikah Viona.
Carlo dan Talita meminta maaf kepada Dharma dan Warda karena melaksanakan pernikahan secara sederhana. Mereka berjanji di lain hari akan melaksanakan pernikahan yang mewah untuk Viona dan Alvaro.
Warda berterima kasih kepada calon besan karena bersedia menyiapkan pesta pernikahan dadakan. Warda tidak bisa bantu apa-apa karena keadaan suaminya.
Di ruangan tempat Dharma dirawat itulah akan dilaksanakan ijab kabul. Alvaro duduk di kursi roda. Begitu juga dengan Viona yang masih sakit duduk di kursi roda. Pernikahan yang sangat sederhana hanya dihadiri Carlo, Talita, Bima, Warda, Dharma, penghulu dan dua orang saksi dari KUA.
Penghulu dan Alvaro berjabat tangan. Alvaro menarik napas panjang membuang kegugupan.
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Alvaro Bagaskara bin Carlo Baskara dengan Viona Aisyah binti Dharma Sakti dengan maskawinnya berupa seperangkat alat sholat dibayar tunai.”
“Saya terima nikahnya dan kawinnya Viona Aisyah binti Dharma Sakti dengan mas kawinnya yang tersebut, tunai.”
"Saksi?"
"Sah."
"Alhamdulillah," ucap semua.
Viona mencium punggung tangan suaminya. Alvaro mengecup kening Viona. Mereka berdua juga meminta restu kepada orang tua mereka. Alvaro dan Viona menghampiri Dharma yang berlinangan air mata.
"Alva, tolong jaga Viona. Jangan sakiti dia, bahagiakan dia. Restu Papa untuk kalian," Dharma menggenggam pergelangan tangan Alvaro.
"Pasti, Alva akan menjaga Viona. Maafin Alva Pa. Maaf," Alva menangis mencium punggung tangan mertuanya.
Dharma tersenyum ke arah Viona. Viona juga mencium punggung tangan Dharma.
"Viona, terima kasih telah mengabulkan permohonan Papa. Apapun yang terjadi, ingat Alva adalah suamimu. Alva akan bertanggung jawab padamu," Dharma menyatukan kedua jemari Viona dan Alvaro.
Viona berlinangan air mata. Viona tidak mendengar jelas kalimat terakhir yang diucapkan Dharma karena Dharma mengucapkannya hampir tidak terdengar. Dharma begitu mempercayakan Alvaro sebagai pendamping hidupnya.
Alvaro terus meneteskan air mata. Alvaro memeluk dan menciumi Dharma. Alvaro berbisik meminta maaf dan berterima kasih kepada Dharma. Alvaro berjanji akan berterus terang suatu hari nanti kepada Viona.
Dharma mengangguk tanda mengerti. Dharma kemudian memanggil Carlo sahabatnya. Dharma menitipkan keluarganya kepada Carlo. Dharma juga mengucapkan terima kasih atas segalanya kepada Carlo.
"Dharma, kamu sudah seperti saudara bagiku. Apa maksudnya dengan menitipkan keluarga? Kita baru saja bertemu. Kita belum mewujudkan impian kita. Kita akan membangun perusahaan bersama. Itu mimpi kita. Sekarang aku sudah punya perusahaan," Carlo seolah merasakan Dharma sahabatnya akan pergi.
Dharma menjawab Carlo dengan isyarat matanya. Dharma kemudian memanggil Warda dan Bima. Dharma meminta Bima menjaga Warda. Jangan tinggalkan Warda. Dharma juga membisikkan sesuatu kepada Bima.
"Ma, jaga diri baik-baik. Jangan terlalu lelah," Dharma mengecup kening Warda.
"Papa, Mama ikhlas. Ampuni segala kesalahan yang pernah Mama perbuat. Mama ikhlas," Warda juga mengecup kening mencium pipi kanan dan kiri Dharma. Warda juga mencium punggung tangan Dharma.
"Papa juga ikhlaskan semuanya."
Warda menangis. Bima, Viona, Alvaro, Carlo dan Talita tidak mengerti apa yang terjadi. Warda terus saja menangis sambil memegang tangan Dharma.
Warda membimbing Dharma untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Dharma dengan lancar mengucapkannya. Dharma tersenyum dan menutup kedua matanya.
TUUUUUUUT!
Kembali terdengar suara nyaring panjang dan dari monitor ICU terlihat garis panjang mendatar.
"Apa yang terjadi?" Talita menutup mulutnya.
Carlo berlari keluar ruangan memanggil Dokter jaga. Tidak berapa lama Dokter dan perawat masuk memeriksa Dharma.
"Senin, 10 Maret 2025, pukul 10.00 Pak Dharma Sakti dinyatakan meninggal dunia," kata Dokter.
""Innalillahi wa innailaihi rojiun," ucap semua.
Warda yang sudah mendapatkan firasat ditinggal suaminya hanya bisa menangis sambil memeluk Dharma. Carlo juga sangat kehilangan. Baru saja mereka bertemu beberapa hari, Dharma sudah pergi meninggalkannya.
Sedangkan Viona hanya bisa menatap kepergian Dharma. Viona sudah memenuhi kewajibannya sebagai seorang anak. Viona menuruti permintaan terakhir papanya. Yang menjadi penyesalan Viona adalah Viona tidak sempat jujur kepada Dharma.
Viona takut Dharma akan sakit hati setelah mengetahui anak yang selama ini dibanggakannya menjadi aib bagi keluarga. Viona takut Dharma akan bertanya siapa orang yang sudah menodainya. Karena Viona sama sekali tidak ingat dan tahu siapa pria yang bersamanya pada malam itu.
Viona masih belum bisa menerima Dharma begitu cepat meninggalkannya.
"Viona, Papa sudah pergi," Alvaro memegang jemari Viona.
"Papa, jangan tinggalin Viona Pa. Papaaaaaaaaa!" Viona bangun dari kursi rodanya.
"Papa, Papa," Viona memeluk Dharma yang sudah tidak bernyawa.
"Viona, sayang, sudah Nak. Ikhlaskan Papamu. Yang sabar Nak ya," Talita menenangkan Viona.
Viona terus saja berteriak memanggil papanya. Viona larut dalam kesedihan yang dalam. Saat ini Viona berdoa di dalam hati, Viona hanya ingin diberikan kesempatan untuk berterus terang kepada papanya.
Bima membantu Talita dan Warda untuk menenangkan Viona. Viona seperti orang yang kesurupan. Viona tidak bisa mengendalikan diri. Viona berupaya melakukan sesuatu agar Dharma hidup kembali. Dan Viona terpaksa disuntik obat penenang oleh Dokter.
Viona dimasukkan kembali ke dalam ruangannya dirawat. Pakaian Viona diganti. Viona juga dipasangi infus. Viona masuk ke alam bawah sadarnya.
"Viona, Viona."
Terdengar suara Dharma memanggil Viona. Viona perlahan membuka mata. Viona melihat Dharma duduk di sisi tempat tidurnya. Viona bangun dan langsung memeluk Dharma.
"Papa, maafin Viona. Viona tidak jujur sama Papa dan Kak Alva. Viona tidak suci lagi Pa. Viona sudah dinodai. Viona tidak tahu dia siapa," Viona menumpahkan air mata di dada Dharma.
"Sayang, jangan tinggalin Alva. Dia orang yang bertanggung jawab. Ingat, dia suamimu. Ikhlaskan Papa jika Viona sayang Papa. Jangan lupa sholat," Dharma memeluk erat Viona dan mengusap lembut kepalanya.
Viona merasa nyaman. Di alam bawah sadarnya Viona kembali menjadi dirinya. Viona membacakan ayat-ayat suci untuk menghantarkan kepergian Dharma.
Ya Allah, jangan jadikan aku sebagai penghalang surga bagi orang tuaku, batin Viona.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...