Saat Sora membuka mata, dia terkejut. Dia terbangun di sebuah hutan rindang dan gelap. Ia berjalan berusaha mencari jalan keluar, tapi dia malah melihat sebuah mata berwarna merah di kegelapan. Sora pun berlari menghindarinya.
Disaat Sora sudah mulai kelelahan, dia melihat sesosok pria yang berdiri membelakanginya. "Tolong aku!" tanpa sadar Sora meminta bantuannya.
Pria itu membalikkan badannya, membuat Sora lebih terkejut. Pria itu juga memiliki mata berwarna merah.
Sora mendorongnya menjauh, tapi Pria itu menarik tangannya membuat Sora tidak bisa kabur.
"Lepaskan aku." Sora terus memberontak, tapi pegangan pria itu sangat erat.
"Kau adalah milikku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bbyys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Kita Bertemu Lagi
Mendengar fitnahan itu soren langsung marah. "Jangan bicara sembarangan."
Soren langsung berdiri di depan Sora dan memandangi Elena dengan tatapan tajamnya. Elena terlihat gemetar, ia melangkah mundur.
Elena: "A ... apa yang kukatakan itu benar."
Myron menyela. "Kudengar ada seseorang yang baru saja
memecahkan vas bunga mahal milik jendral. Membuat Jendral sangat marah. Tapi kepala pelayan malah membelanya sehingga ia hanya mendapat hukuman instropeksi diri dikamarnya padahal itu adalah barang penting yang akan digunakan sebagai hadiah."
"Aku juga mendengarnya." ucap Soren.
"Be ... benar itu. A ... aku juga mendengar itu." sahut Remi.
Elena merasa geram karena perkataannya di tentang. "Diam kau! Dasar gagap!"
Elena merasa darahnya mendidih, alis matanya mengkerut sambil menggertakkan giginya. Lalu Elena melihat Sora dengan tatapan sinis.
"Kuberitahu kau ya daripada mengurusi urusan orang lain lebih baik kau urus masalahmu itu." ucap Myron.
Karena tidak bisa membalas perkataan Myron. Elena langsung pergi dengan muka masamnya.
"Apa tak apa jika kalian berbicara seperti itu?" Sora merasa cemas.
Elena bukanlah orang yang akan diam saja jika dihina seperti itu. Dia takut Elena akan membuat masalah nantinya.
Myron berkata acuh tak acuh "Tak apa. Lagipula gadis seperti dia seharusnya diberi pelajaran. Selama ini ia selalu bersikap sombong hanya karena kepala pelayan melindunginya. Tapi ia akan menyadari bahwa tidak semuanya bisa berada dikendalinya.
Soren juga menyetujui. "Mau bagaimana lagi Elena kan keponakan kepala pelayan. Dia merasa dekat dengan kepala pelayan dan berfikir bisa berbuat seenaknya."
"Ponakan? Elena keponakan kepala pelayan?" Sora tidak mengetahui itu.
Soren terkejut. "Kau baru tau? Hampir semua orang tau itu. Oleh karena itu mereka selalu membiarkan Elena bersikap sesuka hatinya."
Sora jelas tertegun. "Tak ada yang memberitahuku."
Sekarang dia mengerti, Sikap sombong dan suka mengaturnya itu pasti karena ia merasa mempunyai orang berpengaruh dibelakangnya. Mungkin jika ia berbuat sesuka hati kepala pelayan akan melindunginya.
"Terima kasih ya!" ucap Sora.
Setelah Myron dan yang lainnya membantu Sora membawakan keranjang pakaian. Mereka pun langsung pergi entah kemana.
"Sora!" Panggil Flora yang baru datang setelah menyelesaikan pekerjaannya "Kau sudah selesai?" Flora bertanya.
Sora pun membalas. "Iya. Bajunya tinggal dirapikan saja."
"Sudah waktunya jam makan malam, ayo kita ke ruang makan." ajaknya.
"Ayo!"
Sora dan Flora pun berjalan kaki. Berjalan menuju ruang makan sambil berbincang sepanjang jalan.
Sora: "Kudengar katanya akan ada pancake biji pinus."
Setelah Flora mendengar itu, raut wajahnya langsung bahagia. "Benarkah? Makanan itu adalah makanan yang hanya bisa didapatkan pada waktu musim semi. Wahh aku tidak sabar untuk memakannya."
Sepanjang jalan mereka saling berbagi cerita. Karena hal itu Sora jadi mengetahui banyak hal tentang Flora.
Selama ini Flora hidup sebatang kara. Ayah ibunya telah meninggal di umurnya yang ke 10 tahun.
Untuk bisa bertahan hidup segala pekerjaan ia lakukan. Menjadi buruh petani gandum, pencuci piring direstoran bahkan menjadi buruh cuci di rumah seorang bangsawan.
Hingga pelayan dirumah bangsawan itu menawarkan Flora untuk bekerja di camp pelatihan.
Pelayan itu berkata gaji disana lebih besar di bandingkan di rumah bangsawan.
Karena impian Flora ingin memiliki sebuah rumah kecil di desa tempat tinggalnya dulu, ia pun mengambil pekerjaan ini dan terus menabung agar bisa memenuhi impiannya.
Flora sudah mengalami banyak kesulitan semasa hidupnya. Tapi meskipun begitu, senyum bahagia tidak pernah lepas dari bibirnya. la terus hidup dengan ceria.
Flora bercerita hampir meneteskan air liurnya. "Aku berharap suatu saat aku bisa memakan steak daging yang biasa dimakan oleh Jendral." la sedang membayangkan dirinya memakan steak yang lezat itu.
Flora melanjutkan. "Kau tau setiap koki memasak steak daging aromanya sangat harum."
Sora juga terhanyut setelah mendengar itu. "Jika kau seorang bangsawan mungkin impianmu bisa terwujud. Kau tau sendiri berapa harga daging, itu Pasti mahal."
Bukannya Sora ingin mematahkan keinginan temannya itu. Tapi menurutnya memakan makanan mewah hanya bisa dilakukan jika memiliki uang banyak. Bahkan jika harus dipaksakan kita harus membayar setengah dari gaji yang dimiliki. Itu adalah uang yang besar.
"Kau benar." Flora menimpali, Wajahnya terlihat lesu karena mendapati impian itu sulit untuk dilakukan.
Sora menyemangati temannya. "Jangan patah semangat. Bukankah kita harus bersyukur masih bisa makan hingga hari ini."
"Kau benar." Wajahnya kembali cerah. "Ayo cepat! Aku sudah lapar!" ucapnya.
Tiba-tiba Flora berlari "Ayo Sora kejar aku." ejeknya.
"Tunggu!"
Sora berlari mengejarnya, ditengah remangnya lampu. Mereka berdua kejar-kejaran. Seperti anak kecil yang habis main seharian dan harus lari agar tepat waktu sampai rumah.
"Akh!" Sora tidak melihat ada seseorang didepannya. Ia menabrak punggungnya. Punggungnya terasa keras, membuat hidungnya yang terbentur terasa sakit.
"Maafkan aku. Aku tidak melihatmu." ujar Sora sambil menundukkan kepalanya.
Lokasi tempatnya agak gelap, hanya ada satu lentera penerangan. Jadi ia tidak tau kalau akan ada orang yang berdiri disini.
Orang itu membalikkan badannya, Sora melihat ukuran kakinya yang besar. Sepertinya orang yang dia tabrak adalah seorang pria. Mengingat punggungnya yang lebar dan keras itu.
"Kita bertemu lagi, darah manis."
Suara berat yang tak asing baginya. Sora mengenali suara itu dan langsung mendorong Pria itu.
Tapi Pria itu malah menariknya kedalam pelukannya, tangannya melingkari pinggang Sora dengan erat.
"Lepaskan aku!" Sora terus memberontak, tapi pria itu tidak mau melepaskannya.
Cahaya bulan menyinari tempat mereka berdiri. Seperti malam itu, didepannya berdiri pria berambut perak yang bersinar saat terkena cahaya bulan, wajah tegasnya, serta matanya yang merah.
Tubuh Sora langsung gemetar karena teringat kejadian malam itu.
"Halo, darah manis." sapanya.
Hanya dengan mendengar suaranya saja membuat luka di lehernya terasa panas dan sakit. Sora reflek langsung menutupi lehernya.
Sora: "Kenapa kau bisa ada disini?"
Pria itu tidak menjawab, ia hanya tersenyum.
"Sora!" Flora memanggil dari kejauhan. Karena mendengar suara itu, pria itu melepaskan pelukannya.
"Sora kenapa kau berhenti?"
Flora datang menghampiri. Sora tidak menjawab pertanyaan itu, ia hanya diam berdiri mematung. Seperti terkena sihir, Sora tidak bisa melepaskan pandangannya dari Pria itu.
Flora mengikuti arah pandangan Sora "Jendral?!" Panggilnya terkejut. Flora langsung membungkukkan badannya memberi salam.
'Apa? Pria itu adalah Jendral? Jendral dari pasukan ini? Jendral Ashley yang terkenal itu?' batin Sora.
Sora benar-benar terkejut. Dia tidak menyangka tempat ini adalah miliknya. Berarti yang ada didalam kereta kemarin adalah Pria itu juga. Tapi kenapa dia menyelamatkannya dan memberinya tempat tinggal dan perkejaan.
'Sebenarnya apa maksud semua ini?'
Sora terus memutar otak dan terus berfikir kenapa seorang vampire berada di tempat banyaknya manusia.
"Jendral!" Tiba-tiba Javier datang menghampiri mereka.
"Jendral sudah waktunya makan malam." ujarnya.
Pria itu terdiam sejenak. "Ayo kembali."
Pria itu membalikkan badannya lalu beranjak pergi.
"Kalian juga kembalilah!" Perintah Javier. Lalu pergi mengikuti pria itu dari belakang.
"Sora! Sora!" Flora terus memanggil.
Sora tidak menjawab panggilan itu, matanya terus tertuju pada Pria itu.
"Sora!" Flora mengguncang tubuh Sora dan langsung tersadar. "Kau kenapa?" tanyanya cemas.
"Kau mengenali orang itu?" tanya Sora.
Flora berkata, "Tentu aja. Dia itu adalah Jendral Ashley. Kau tidak mengenalnya?"
Sora menggelengkan kepalanya.
Flora heran. "Bukankah kau masuk kesini atas rekomendasi dari jendral?"
Desas desus disekitar pelayan mengatakan kalau Jendral yang memerintahkan untuk mempekerjakannya disini. Sehingga membuat beberapa pelayan iri.
"Kau benar-benar tidak mengenalnya?!" tanya Flora lagi menegaskan. Wajahnya terlihat tak percaya dengan jawaban temannya ini.
"Lalu kenapa selama ini aku tidak pernah melihatnya di sini?" Sora bertanya dengan heran.
"Itu karena selama sebulan ini jendral melakukan perburuan didaerah selatan. Katanya sedang ada penyerangan monster disana. Dan ia baru bisa kembali hari ini." jelas Flora.
Sora kembali terdiam, apa orang-orang disini tidak tau kalau Jendral mereka Vampire, orang yang mereka sanjung setiap hari adalah seorang Vampire.
Bagaimana reaksi mereka jika mengetahui fakta ini?