Killa Okta Brahmana dan Salpa Radiatul Brahmana merupakan saudara kandung, setelah lulus kuliah di luar Negeri sebagai Desainer profesional, Killa menjadi satu-satunya penerus perusahaan peninggalan mendiang sang Ibunda. Sementara Salpa masih menempuh pendidikan tinggi dengan profesi yang sama dengan Kakaknya, Killa.
Setelah Killa sah menjadi penerus perusahan keluarga besar Brahmana, akhirnya Killa menikahi Diantoro Sultan yg tak lain merupakan keturunan dari sahabat sang Ayah, Joko Brahmana.
Setelah 3 tahun menikah pernikahan Killa dan Diantoro belum dikaruniai keturunan sehingga Diantoro berselingkuh dengan adik kandung Killa.
Lantas bagaimana dengan Killa dan cerita selanjutnya?
Intip terus ya update selanjutnya 😉 siapa tau makin penasaran sama kelanjutan ceritanya 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhyras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orang Bayaran
****
"Terus rencana Lo selanjutnya gimana?" tanya Fanny.
"Kalau bener rumah itu Mas Toro yang beli, gue cuma mau minta penjelasan, kenapa dia bohongin gue dan kenapa Salpa yang tinggal di rumah itu." sahut Killa.
'Lo capek-capek cari tau, cuma mau minta penjelasan, Kill? Killa buka mata Lo lebar-lebar, Kill! Ada masalah besar di depan Lo, Killa. Sebentar lagi suami Lo bakal nikah sama adik Lo sendiri, astaga Killa ... kenapa Lo jadi seo'on ini?' pikir Fanny.
Fanny merasa gereget atas sikap Killa yang tak seperti biasanya.
Fanny menghela nafas panjang. "Tapi ... kenapa Lo gak langsung aja datang sendiri ke kantor do'i Lo, Kill?" tanya Fanny, heran.
"Kalau gue yang datang, belum tentu gue dapat hasil, Fanny!" pekik Killa.
"Kalau gitu gue bantu, biar masalah Lo cepet kelar, ok? Gue ada temen yang punya orang suruhan handal, pokoknya Lo tau beres aja, Kill!" cetus Fanny. "Tapi ... kalau hasilnya di luar dugaan, apa Lo siap buat nerima kenyataan, Kill?" tanya Fanny.
Killa terdiam sejenak. "Maksud Lo, di luar dugaan gimana, Fan?"
"Em ... ya misalnya kalau pemilik rumah itu emang bener do'i Lo, Kill!" cetus Fanny.
Killa menghela nafas berat. "Gue lebih baik tau meskipun gue harus sakit, daripada gue hidup dalam kebohongan, gue paling benci, Fan!" jawab Killa.
Fanny mengangguk setuju dengan jawaban Killa. "Ok kalau gitu ... gue cuma khawatir sama kondisi Lo, Kill. Apapun yang terjadi gue harap Lo dan kandungan Lo, selalu sehat dan baik-baik aja ..." ucap Fanny.
"Thanks ya, Fan? Jadi, gue harap malam ini orang suruhan yang Lo ceritain tadi berhasil dapat info. Tapi gue rasa malam ini waktu yang pas, mumpung suami gue lagi pergi ke luar kota." seru Killa.
"Pergi ke luar kota?" Fanny merasa heran.
"Iya, emang kenapa, Fan? Lo gak percaya?" tanya Killa.
"Bukan, gue percaya kok! Emang berapa lama do'i Lo pergi, Kill?" Fanny penasaran.
"Ya lumayan lama, sih! Katanya sih kira-kira semingguan lah!" cetus Killa.
Fanny tiba-tiba tenggelam dalam lamunan. 'Diantoro ke luar kota? Rasanya kok ada yang janggal ya? Apa jangan-jangan itu cuma alasan doang? Kayaknya gue harus cari tau!' pikir Fanny.
"Woy ... Fan?" pekik Killa.
"Eh, sorry ... sorry ... " ucap Fanny.
"Malah bengong! Lo, kenapa sih?" tanya Killa.
"Kagak ... pokoknya besok pagi gue kabarin Lo, Kill." sahut Fanny.
"Oke, sekalian besok pagi gue mau ketemu Salpa, Lo mau nemenin?" tanya Killa.
"Boleh juga tuh ... pokoknya besok biarin gue jadi bodyguard Lo, Kill." Fanny terkekeh.
"Dih bodyguard apaan? Kayak yang jago berantem aja Lo, Fan!" cetus Killa.
"Lo lupa ya? Dulu waktu sekolah, gue emang pernah jadi juara Silat, kan?" Fanny menyombongkan diri.
"Tapi ... Lo lupa ya kalau gue itu senior Lo, Fan?" Killa tak mau kalah.
"Aduh ... iya juga ya? Kok bisa-bisanya gue sampe lupa!" cetus Fanny.
Killa terkekeh mendengar ucapan Fanny yang konyol, begitupun dengan Fanny.
Mereka berdua asyik mengobrol, hingga tak terasa hari sudah semakin sore.
Usai berbincang-bincang dan menikmati secangkir kopi Killa dan Fanny saling berpamitan untuk kembali ke tempatnya masing-masing.
"Ok, sampai ketemu besok, Fan? Gue tunggu kabar dari, Lo!" ucap Killa.
"Siap, Bos! Hati-hati di jalan, jangan lupa istirahat dan gak usah banyak pikiran, ok?" pesan Fanny.
Killa tersenyum sambil membentuk jari telunjuk dan ibu jari menjadi huruf "O".
Setelah memastikan Killa pergi, Fanny segera mengambil handphone-nya dari dalam tas.
'Gue harus suruh seseorang buat cari tau kemana Diantoro pergi, sekalian gue pantau aktivitas si Salpa.' gumam Fanny.
Kemudian Fanny menghubungi seseorang yang dia kenal untuk mencari informasi tentang Diantoro dan Salpa.
"Halo, Bu Fanny?" Sapa Cesi.
"Ces, gue mau minta bantuan Lo ... kira-kira Lo bisa gak bantu gue?" tanya Fanny, to the point.
"Emangnya Bu Fanny butuh bantuan apa?" tanya Cesi.
"Gue mau minta tolong buat cari tau tentang seseorang ..." sahut Fanny.
"Siapa, Bu?" tanya Cesi.
"Nanti gue kirim identitas sama alamat mereka via chat. Tugas Lo cuma pantau aja aktivitas mereka, ok?" punta Fanny.
"Ok siap, Bu!" sahut Cesi.
Usai berbincang-bincang lewat telepon, Fanny segera mengirimkan foto dan identitas Diantoro juga Salpa, berikut dengan titik lokasi yang harus Cesi pantau.
'Semoga secepatnya gue dapat informasi sebelum Killa.' gumam Fanny.
Setelah menghubungi Cesi, Fanny juga segera menghubungi Darman, seseorang yang handal dan biasa menjadi orang suruhan.
"Halo, siapa ini?" tanya Darman.
"Iya ... saya Fanny, ada tugas dadakan buat Pak Darman! Kalau sanggup temui saya di taman kota sore ini juga." Fanny tak basa-basi pada Darman.
"Baik, saya segera kesana sekarang!" Darman menyanggupinya tanpa syarat.
"Ok, saya tunggu!" cetus Fanny.
Setelah membuat janji temu, Fanny segera bergegas pergi ke taman kota untuk bertemu dengan Darman.
Sesampainya di taman kota, 2 orang pria tinggi besar menghampiri Fanny.
"Apa ini Pak Darman?" tanya Fanny.
"Benar Bu Fanny ... saya Darman, dan ini kawan saya Jefri." sahut Darman.
"Panggil saya Eje, Bu Fanny!" cetus Jefri.
"Ok, Pak Darman dan Pak Eje." kata Fanny.
"Jadi tugas apa yang Bu Fanny tawarkan pada kami?" tanya Darman.
Fanny mengeluarkan handphone dari dalam tas, lalu menunjukkan salah satu foto Diantoro yang Fanny miliki. "Apa kalian kenal orang ini?" tanya Fanny.
Darman dan Jefri melihatnya dengan seksama. "Kami sama sekali gak kenal, Bu!" sahut Darman.
"Kalau gitu, tugas Pak Darman dan Pak Eje cari tau tentang orang ini! Saya juga minta malam ini kalian harus mendapatkan sebuah surat rumah di perusahaan milik orang ini." Fanny menjelaskan tugas yang diberikannya untuk Darman dan Jefri.
Keduanya saling bertatapan memberi kode.
"Apa harus malam ini, Bu?" tanya Darman.
"Harus malam ini, apa pun caranya. Dan saya minta, jangan sampai kalian melukai orang lain!" pinta Fanny.
"Baik, Bu. Kita akan berusaha sebaik mungkin. Tapi, tugas yang Bu Fanny berikan beresiko tinggi, kita ..." ucap Darman terputus.
Darman dan Jefri menyanggupi tugas yang Fanny berikan pada mereka dengan salah satu syarat.
"Tenang, saya paham maksud kalian." Fanny menyela. "Kalau kalian berdua berhasil, saya akan tambah 2x lipat dari bayaran kalian, gimana?" tanya Fanny.
"Baik, saya setuju." sahut Darman.
"Ok, saya tunggu kabar baik secepatnya." cetus Fanny.
"Kalau gitu saya pamit?" ucap Darman.
"Oke, silahkan." tutur Fanny.
Setelah berpamitan, Darman dan Jefri segera bergegas pergi begitupun dengan Fanny.