Demi melanjutkan hidup, Hanum terpaksa melarikan diri keluar kota untuk menghindari niat buruk ayah dan ibu tiri yang ingin menjualnya demi memperbanyak kekayaan. Namun siapa sangka kedatangannya ke kota itu justru mempertemukannya dengan cinta masa kecilnya yang kini telah menjadi dosen. Perjalanan hidup yang penuh lika-liku justru membawa mereka ke ranah pernikahan yang membuat hidup mereka rumit. Perbedaan usia, masalah keluarga, status, masa lalu Abyan, dan cinta segitiga pun turut menjadi bumbu dalam setiap bab kisah mereka. Lalu gimana rasanya menikah dengan dosen? Rasanya seperti kamu menjadi Lidya Hanum.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Six
Sinar sang mentari menyapa kota Jakarta dengan senyumannya yang sangat mengagumkan hati. Abyan pikir cuaca pagi ini akan seburuk mimpinya namun ternyata salah. Justru kehangatan mentari mengikis dinginnya jiwa yang dirangkul oleh dinginnya pagi.
Seperti biasa, perjalanan menuju kantor ia lalui dengan kendaraan umum. Karena ia tidak punya kendaraan pribadi.
Abyan sampai di kantor tepat waktu, seperti biasa wajahnya selalu datar dan tidak pernah tersenyum.
Saat hendak masuk keruangannya Arumi menghampiri nya.
"Permisi pak Abyan, ada yang nyariin bapak"
Abyan menautkan alisnya. Siapa yang pagi-pagi mencarinya? Ia pikir ia tidaklah terlalu penting sehingga orang mencarinya sepagi ini.
"Siapa?" Tanya Abyan.
Arumi mengedikkan kedua bahunya, tanda ia pun tidak mengetahui siapa orang itu.
"Saya nggak tahu pak, tapi dia seroang perempuan, sedikit cantik dan tinggi"
Abyan tak senang mendengarnya.
"Dia udah nunggu dari tadi" ucap Arumi.
"Yaudah makasih yah"
Abyan pun menghampiri seseorang itu diruang tamu.
"Abyan" panggil Anara.
Anara menghampiri nya, namun Abyan mundur satu langkah.
Abyan menatap ke arah lain saat Anara menatap wajahnya.
"Ada apa nyari gue sepagi ini?" Tanya Abyan.
Tatapan pria jangkung itu masih menatap keluar jendela.
"Aku mau bicara sesuatu sama kamu"
Abyan melirik jam tangan di pergelangan tangannya.
"Yaudah waktu Lo dimulai dari sekarang"
Anara kesal.
"Bisa gak, kalau ada seseorang yang lagi ngajak kamu bicara jangan lihat kearah lain? Aku merasa nggak dihargai tau nggak sih. Kayak bicara sama tembok" protes Anara.
Abyan menghela nafas, ia lalu beralih menatap Anara. Mata cokelat itu melebar saat Abyan menatap kearahnya.
Anara yang tadinya kesal menjadi salah tingkah ketika Abyan menatapnya. perempuan itu menjadi gugup, nyalinya menciut, ia kehilangan kata-kata yang sebelumnya telah ia susun di kepalanya untuk berbicara dengan Abyan.
Pria yang hampir dijodohkan dengan dirinya ini membawa perasaan cinta yang sampai saat ini belum padam.
Abyan menatap lekat netra coklat itu. Mengingatkannya pada netra seorang gadis yang ia cintai, namun mereka adalah orang yang berbeda.
Bulu matanya yang lentik, serta tahi lalat kecil dibawah matanya. Benar-benar mirip pada Jasmine.
Mungkin jika Anara berambut panjang dan digerai, ia akan terlihat mirip dengan saudari perempuannya yang bernama Jasmine.
"Kamu apa kabar?" Tanya Anara, dengan mata yang berbinar.
"Lo kesini cuman buat tanya hal yang gak penting?" Abyan bertanya balik.
"Emang salah kalau aku tanya kabar kamu?"
"Pembicaraan ini gak penting An" ucap Abyan, seraya berbalik membelakangi Anara.
"Eh Abyan" Anara memegang lengan Abyan.
"Iya iya, ini tuh penting. Dengerin aku dulu"
Abyan menarik lengannya dan kembali menghadap Anara.
"Kenapa kamu gak mau Nerima bantuan dari Adryan?" Tanya Anara.
"Lo pasti udah tahu alasannya apa tanpa gue beritahu"
"Adryan itu punya niat baik sama kamu, bisa gak sih di hargai?" Anara meninggikan nada suaranya.
"Cuma gue yang tahu gimana sifat dan tingkah laku Adryan, dan Lo jangan sok tahu An"
"Adryan itu gak seburuk yang kamu fikir Abyan, kasih kesempatan buat Adryan berubah"
"Bagaimanapun, Oma itu keluarga Adryan juga, kamu jangan egois" ucap Anara.
Abyan tersenyum sinis.
"Sampai kapanpun Adryan gak akan pernah berubah. Dan gue gak akan pernah nerima bantuan apapun dari dia, gue bisa melalui ini sendirian tanpa bantuan dan campur tangan dari siapapun" ucap Abyan dengan tegas.
"Mau sampai kapan? Mau sampai kapan kayak gini terus?" Tanya Anara.
"Sampai gue mati"
"Tolong sampaikan ke Adryan, jangan ikut campur urusan gue. Gue gak butuh bantuan dari siapapun" ucap Abyan.
Anara terdiam.
"Pergi dari sini" ucap Abyan.
Anara terdiam, timbul pertanyaan lain di benaknya.
"Abyan... Kamu masih sering datang ke stasiun?" Tanya Anara merendahkan nada suaranya.
Abyan menoleh sebentar pada netra coklat yang memikat itu.
"Bukan urusan Lo"
Abyan segera menoleh kearah lain.
"Dia gak akan pernah kembali, kenapa sih kamu nunggu-nunggu orang yang gak pasti?" ucap Anara.
"Apa peduli Lo? Gak usah ikut campur urusan gue An"
“Dia udah mau nikah! Lo nggak tau kan hal itu?”
Abyan berjalan mendahului Anara, seakan – akan ia tidak mendengar ucapan perempuan itu. Perempuan itu menatap punggung yang perlahan menjauh dari pandangannya.
***
"Hanum? Itu Lo beneran mau di jodohin sama pak Wijaya?" Tanya July.
"Ah kenapa Lo ngomongin itu sih?" Kesal Hanum.
"Gue khawatir sama Lo, gila banget bokap Lo"
Hanum merasa cemas, ia kembali mengingat bagaimana ayahnya menyakiti ibunya.
Mario benar-benar telah berubah, keluarga mereka tidak se harmonis dulu.
"Gue gak punya pilihan lain, gue pasrah aja deh. Kalau menikah dengan pak Wijaya emang takdir gue... Gue bisa apa? Mungkin udah keinginan Tuhan kali maunya gue begini"
"Lo gak boleh nyerah... Lo harus berjuang untuk hidup Lo Hanum. Gimana dengan pendidikan Lo? Cita-cita Lo? Dan.. cinta pertama Lo?"
Hanum tampak lesu, mendengar semua pertanyaan yang di lontarkan July. Pikirannya menjadi ribut, apa yang harus Hanum lakukan? Baginya sekarang pendidikan dan cita-cita tidak masalah jika tidak terwujud asalkan ibunya tidak menderita. Tapi... Bagaimana dengan perasaannya sendiri? Menikah dengan Wijaya bukanlah keinginannya. Lagipula siapa yang mau menikah dengan pria tua yang mungkin hampir seumuran dengan kakek July?
Tuhan takdir seperti apa yang akan kau berikan kepada gadis lugu ini? Akankah ada keajaiban untuk mencegah terjadinya pernikahan?
***
"Itu muka lesu amat" ucap Darren yang melihat Abyan tidak menikmati kopi nya.
"Gue lagi gak pengen minum kopi, tapi malah Lo pesan"
"Eh? Tumben? Biasanya kan jam segini memang jadwal Lo ngopi"
Abyan tersadar, ia melihat jam di pergelangan tangannya.
"Lagi ada masalah?" Tanya Darren.
Abyan hanya menggeleng. Pria ini memang sulit untuk menceritakan masalahnya. Ia teringat oleh perkataan Anara pagi tadi, sangat mengusik pikirannya.
Abyan melirik handphone nya yang tiba-tiba menyala. Satu pesan menghiasi layar handphonenya.
Beberapa pesan chat dari group muncul secara bergantian, Abyan segera mengambil handphone nya dan membuka room chat tersebut.
"Selamat ulang tahun papa..."
“Sayang selamat ulang tahun ya... semoga sehat selalu”
“Happy birthday papaaaaaa... aca sayang papa”
“HBD yaaa paaa”
Bla... blaa... blaa... begitu seterusnya, ucapan selamat membanjiri roomchat tersebut. Abyan sangat muak, ia menutup roomchat tersebut. padahal sudah berkali – kali ia meninggalkan group chat tersebut, namun entah siapa yang iseng memasukkannya kembali ke group keluarga tersebut.
“Lebay banget...” ucap Abyan membuat Darren terkekeh.
“Lo nggak ngucapin??”
“Buat apa? Nggak ada untungnya buat gue”
"Jadi Lo gak mau datang?"
"Nggak"
“Bagi gue perayaan ulang tahun yang dia rayakan saat ini adalah perayaan hari kematian bunda, dan gue ggak mau mengotori hari ini dengan hadir ke pesta dia”
Di cafe yang sama seorang gadis berambut sebahu tengah mengobrol bersama teman-temannya.
Ia tidak sengaja melihat Abyan dan Darren. Gadis itu terlihat senang mendapati kehadiran Abyan.
"Eh bentar ya, aku mau kesana dulu"
"Mau kemana?" Tanya temannya.
"Mau ketemu Kakak aku"
Ketiga temannya itu mengikuti jari telunjuk yang diarahkan Aca ke tempat Abyan berada.
"Itu kak Abyan kan?"
"Iya itu kak Abyan, bentar ya. Aku mau nyamperin dia dulu"
Ketiga temannya mengangguk, aca pun pergi menghampiri kakaknya.
"Kak Abyan ganteng banget ya" ucap salah satu teman aca.
"Gak heran sih, aca kan cantik"
Aca menghampiri meja Abyan dan menyapa nya dengan ramah.
"Kak Abyan" sapa Aca dengan senyum manis di wajahnya.
Abyan menoleh kearah siswi SMA itu dengan datar.
Aca tetap tersenyum padanya, namun Abyan membuang pandangannya kearah lain.
Sikapnya tiba-tiba menjadi dingin. Aca menarik kursi dan duduk disamping Abyan, hal itu semakin membuat Abyan tidak suka.
Darren merasakan radiasi Abyan terhadap Aca sangatlah tidak ramah. Darren memberi kode pada Abyan untuk menyapa adiknya, namun Abyan tidak peduli.
"Haii Aca" sapa Darren.
Aca pun menyunggingkan senyumnya untuk Darren.
"Kak Abyan, apa kabar?" Tanya Aca.
"Gue duluan ya" ucap Abyan, bergegas pergi.
"Eh ini Aca gimana?"
Senyum di wajah gadis itu perlahan memudar.
"Abyan tunggu bentar lah" Darren mencegah Abyan untuk pergi.
"Gue ada urusan"
"Kak Abyan" panggil aca sekali lagi.
Tapi Abyan mengabaikannya. Abyan pergi tanpa menoleh dan berpamitan pada Aca.
"Itu kakak Lo emang otak nya udah ga ada, jangan di masukin hati ya Ca"
"Gapapa kak, mungkin kondisi hati nya lagi gak baik"
"Ya mungkin aja" jawab Darren seadanya.
"Apa karena hari ini ulang tahun papa?" Tanya Aca.
Darren terdiam.
Aca menoleh kearah Darren yang sedikit menunduk menatap secangkir kopi di hadapannya.
"Berarti iya"
"Ha?? Apa ca? Lo ngomong apa tadi?" Tanya Darren.
"Kakak tuh gak pandai bohong, jelas-jelas kakak dengar apa yang aku tanyakan"
"Bukan gitu ca, gue cuman bingung mau jawab apa"
"Ca.. Lo harus maklum ya sama sikapnya Abyan, sebenarnya dia baik kok. Mungkin dia belum terbiasa sama Lo"
"Aku cuman pengen kak Abyan ngakuin aku sebagai adiknya kak, meski kami beda ibu dan aku tinggal di dalam rumah itu. Percaya kak, aku gak sejahat yang kak Abyan pikirkan"
"Abyan masih butuh waktu buat berfikir lebih jernih Ca. Dia gak setega yang Lo kira, intinya Lo sabar aja"
"Dia cuman gak mau di khianati aja ketika dia menaruh kepercayaan sama Lo Ca, dia masih trauma sama masa lalunya"
"Aku tau itu kak"
"Bagus deh kalau Lo paham. By the way gimana kabar Kei?"
"Dia baik-baik aja"
"Masih sering bertengkar sama nyokap Lo?"
"Kei?" Tanya aca memastikan.
Darren mengangguk.
"Mana ada sih hari mereka akur kak, pasti selalu bertengkar. Papa pusing lihat mereka berdua, Kei gak bisa diatur dan gak mau dengerin perkataan papa. Apalagi papa juga gak suka Kei sering mampir ke rumah kak Abyan. Enak ya jadi kei punya kakak yang sabar, dan sayang banget sama dia. Beda sama aku, punya dua kakak tapi gak ada yang peduli"
"Ca... gue tau, mungkin Lo sedikit cemburu dengan sikap Abyan ke Kei. Abyan gak ramah sama Lo, tapi bukan berarti Abyan benci sama Lo. Gue yakin Abyan masih butuh waktu. Gimanapun juga Lo itu adiknya, pasti Abyan juga sayang lah sama Lo. Tapi Kei belum dewasa, Bantuin jagain Kei ya?"
"Pasti kak, aku pasti bakal jagain Kei, aku akan selalu belain dia. Kakak gak perlu khawatir, mama gak bakal kok jahatin Kei"
"Gue percaya sama Lo, Lo anak yang baik"
Darren mencubit pipi chubby milik Aca.
Aca hanya tersenyum.
"Yaudah kalau gitu, aku mau balik ke teman-teman aku ya kak. Kirim salam sama kak Abyan"
"Iyah nanti gue salamin"
Lanjut lee
gue bolak balik check mana cuman 1 bab lagi Thor 😭😭 tegaaaaaa banget...
Btw gue suka banget kak, sama pemeran pendukung nya, dimas sama Arumi semoga jadian yaaa 🤣🤣🤣🤣