Anna tanpa sengaja menghabiskan malam panas dengan mantan suaminya, Liam. Akibat pil pe-rang-sang membuatnya menghabiskan malam bersama dengan Liam setelah satu tahun mereka bercerai. Anna menganggap jika semua hanya kecelakaan saja begitu pula Liam mencoba menganggap hal yang sama.
Tapi, semua itu hilang disaat mendapati fakta jika Anna hamil setelah satu bulan berlalu. Liam sangat yakin jika anak yang dikandung oleh Anna adalah darah dagingnya. Hingga memaksa untuk menanggung jawabi benih tersebut meskipun Anna sendiri enggan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Tatapan mata tajam Liam tertuju pada pena berada tepat di kakinya, sedikit menunduk mengambil pena tersebut. Keheningan terjadi diantara mereka hanya aja suara langkah sepatu Liam menuju Anna yang masih termenung. Anna hanya memikirkan tentang kehidupannya yang banyak berhenti hanya karena hamil.
Liam sudah berdiri tegak di depan Anna, tangannya bersedekap didada sembari menghela napas sedikit kasar.
"Berapa uang yang kau dapat setiap bulannya?"
Pertanyaan itu membuat kepala Anna mendongak, bahkan matanya yang terus saja tanpa kedip tadi langsung mengerjap. "Uang apa?"
"Kau bekerja sebagai seorang desainer, berapa banyak uang yang kau dapatkan setiap bulannya?" Liam mengulangi lagi pertanyaannya dan kali ini sangat yakin jika Anna sudah mengerti.
"Kenapa dia bertanya seperti itu? Apa dia mau ganti rugi karna aku tidak diperbolehkan kerja harus menjaga anaknya ini?" Anna bertanya di dalam hati memikirkan jawaban yang tepat, karna Liam termasuk orang yang tegas dan tidak suka main-main. Anna hanya tidak mau setiap jawabannya nanti malah mendapatkan mala petaka bagi diri sendiri.
"Sepertinya banyak sekali, karena kau lama menjawabnya.." Ucap Liam asal, kedua tangannya berpindah menuju saku celana.
Angin bertiup melalui jendela membuat rambut Anna menjadi berantakan, dengan jari telunjuknya Anna merapikan setiap helai tersebut.
"Katakan saja nanti berapa uang yang kau dapatkan setiap bulan, aku akan menggantinya nanti." Liam malas menunggu sepertinya.
"A-Ap-apa?"
"Katakan saja berapa uang yang kau dapatkan setiap bulan kalau bekerja, aku akan memberikan dua kali lipat nanti." Jelas Liam lebih detail.
"Dua kali lipat? Kau yakin?"
"Kau meragukan keuangan yang aku dapatkan?" Tanya Liam balik dengan tatapan mata tajam seolah tidak suka Anna meremehkan seperti itu. "Bahkan toko Boutiquemu bisa aku beli, sekalian juga dirimu." Liam menatap malas Anna, ia berlalu pergi begitu saja meninggalkan Anna yang masih terpelongo.
Sementara Anna masih berdiri dengan penuh tidak menyangka dengan apa yang dikatakan Liam. "Membeli Tokoku? Bahkan diriku?" Anna menunjuk dadanya, ia tertawa kecil tapi tidak dipungkiri sangat kesal karena keangkuhan seorang Liam Alexander. "Kau kira aku menjual diri, Ha?!" Tanya Anna dengan sedikit berteriak berharap agar Liam yang sudah menjauh mendengar semuanya.
Liam memang mendengar apa yang Anna teriakan, tapi hanya tersenyum sinis saja. Kekayaan Liam memang tidak pernah diragukan oleh siapapun, kaya raya dan cukup disegani oleh siapapun. Hal mendasar yang membuat Anna menceraikan Liam adalah karena perbedaan kasta mereka yang sangat jauh. Sekalipun setiap harinya Liam terus berteriak mengatakan mencintai Anna tetap saja fakta yang menang melebihi segalanya.
"Tuan, mau kemana?" Tanya Ezra disaat Liam sudah menuruni setiap anak tangga.
"Kembali ke Mansion Utama," Jawab Liam singkat, ia berlalu pergi tanpa pamit dengan Anna.
Disaat menuju lift untuk ke basement, Liam teringat akan sesuatu. "Katakan pada pelayan untuk menyiapkan wedang jahe setiap pagi, Anna selalu mual setiap bangun tidur." Perintah Liam kepada Ezra, padahal ia bisa melakukan semuan tugas sederhana itu sendiri.
"Siap, Tuan!" Ezra mengangguk mengerti lalu sedikit menunduk, ia terus memperhatikan Tuannya yang terus saja menghela napas panjang. Sepertinya memang Liam sangat menyayangi anaknya kalau tidak, tidak akan mungkin melakukan banyak hal pengorbanan seperti ini.
Pintu lift terbuka dengan sedikit terburu-buru Liam berjalan menuju mobilnya, dibukakan pintu oleh Ezra lalu pria tinggi tegap itu masuk. Mobil mewah mulai menyusuri keramaian kota Jakarta, Liam sangat lega telah berhasil membawa Anna menuju pengawasannya.
"Nona Emma terus saja menanyakan Tuan, sepertinya dia akan membuat ulah lagi di Perusahaan." Ucap Ezra memecahkan keheningan yang ada.
Belum menghadapi Emma saja masih mendengar setiap sikap kekanak-kanakan sudah membuat kepala Liam sakit. Ntah apa yang membuat sang Mama sangat yakin dan suka dengan Emma yang banyak drama itu.
"Usahakan aku tidak bertemu dia untuk beberapa hari, tenagaku sudah habis menghadapi Anna." Pinta Liam, ia menyandarkan tubuhnya di bangku mobil dengan posisi mata terpejam.
Berusaha untuk tertidur disela perjalanan, karena sepanjang malam di Rumah Sakit sama sekali Liam tidak tidur. Terus memikirkan Anna dan kehamilannya, hal apa yang harus dilakukan agar keduanya tetap aman tidak kabur darinya.
"Melelahkan sekali.." Keluh Liam, ia teringat dengan Anna yang seorang diri di Apartemen.
"Kau bisa memperhatikan Nona Anna melalui ponselmu, Tuan. CCTV disana sudah aku tautkan dengan ponsel jadi bisa melihat kapanpun apa yang tengah dilakukan Nona Anna."
Sedikit menarik bagi Liam tapi ia tidak mau terlalu dinilai sengaja ingin melihat Anna. "Anna tidak penting bagiku.. ehem, maksudnya aku hanya mau melihat anakku saja." Alasan yang cukup kuat untuk tetap membuat Ezra tidak banyak tanya.
"Karena Anna terkadang masih belum menerima kehamilannya, aku takut jika dia melakukan sesuatu yang buruk pada anakku." Sambungnya lagi.
Mobil berhenti tepat karena lampu merah, Ezra melirik kearah belakang dimana Ezra mulai menghidupkan ponselnya. Kembali Ezra melihat kearah depan sembari tersenyum sangat tipis, jika tidak diperhatikan dengan baik tidak akan ada yang tahu jika Ezra tengah tersenyum.
"Kau tidak akan bisa menutupi apapun dariku, Tuan. Kehamilan Nona Anna saja belum terlihat lalu hal apa yang mau kau pastikan dari perut rata itu?" Gumam Ezra di dalam hati, cukup menggelikan baginya.
Di layar ponselnya Liam melihat Anna yang menuruni tangga, terlihat melihat kesana-kemari seperti mencari sesuatu.
"Apa yang dia cari?" Liam sedikit penasaran, ia melihat dengan jelas dari sisi CCTV jika Anna menuju dapur membuka setiap lemari seperti mencari sesuatu.
"Dia mau makan sesuatu?" Liam melihat jam di tangannya, sudah jam makan siang wajar saja jika Anna kelaparan. "Ezra, segera hubungi pelayan itu agar segera datang. Jangan sampai Anna sering merasakan kelaparan, aku tidak mau anakku tersiksa nanti."
"Siap, Tuan!"
Liam menghela napas panjang saja, ia tidak tega melihat Anna seperti kebingungan melihat semua isi kulkas. Padahal banyak makanan enak disana tidak ada yang membuat Anna tertarik, semua seperti memuakkan.
"Dia tidak suka daging?" Liam memperhatikan sangat detail, tapi ia yakin pasti ada sesuatu hal yang sangat diinginkan Anna.
Hingga dengan matanya sendiri Liam melihat Anna mengambil mie instan yang ntah kenapa bisa ada didalam lemari pendingin.
"Kau membeli mie instan?" Tanya Liam kepada Ezra, pria itu selaku penanggung jawab semuanya.
"Iya, Tuan. Hanya seberapa aja karna_"
"Bodoh! Cepat putar balik!" Liam sangat murka, bagaimana bisa membiarkan Anna memakan mie instan seperti itu.
"Putar balik?"
"Iya! Anna mau memasak mie instan, aku tidak akan membiarkan dia memakan sesuatu yang tidak sehat seperti itu!"
Ezra merasa ini cukup berlebihan, ia ingin protes tapi melihat ekspresi serius Liam membuatnya sedikit takut. "Baiklah, Tuan.."
Tangan Liam meremas erat ponselnya, ia menatap tajam kepada Anna yang terlihat mulai sibuk mau memasak mie instan tersebut.
aaiiss..dn sampai d bab 30 ..gini2 aja jln cerita nya...