Di negara barat, menyewa rahim sudah menjadi hal lumrah dan sering didapatkan.
Yuliana adalah sosok ibu tunggal satu anak. Demi pengobatan sang anak, ia mendaftarkan diri sebagai ibu yang menyewa rahimnya, hingga ia dipilih oleh satu pasangan.
Dengan bantuan alat medis canggih, tanpa hubungan badan ia berhasil hamil.
Bagaimana, Yuliana menjalani kehamilan tersebut? Akankah pihak pasangan itu menyenangkan hatinya agar anak tumbuh baik, atau justru ia tertekan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinamira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Siang
Sudah puluhan kali Sean berusaha menghubungi, namun istrinya itu tak kunjung mengangkat panggilannya. Membuat perasaannya hari itu semakin tidak baik.
Segala emosi dan rasa kesalnya ia lampiaskan pada semua karyawannya.
"Eghh! Apa kau tidak bisa bekerja baik hah!" bentak Sean melemparkan dokumen yang baru saja ia terima.
"Cepat perbaiki, dan jika masih salah, kau dipecat!" sahut Sean dengan wajah memerah memandang penuh emosi.
Sean menyandarkan tubuhnya kasar. Sorot matanya memandang dengan tajam lurus ke depan. Tangannya mengepal di atas meja.
"Sebenarnya kamu ada di mana Clara? Ini sudah dua Minggu kenapa belum ada kabar. Kapan kamu pulang?" batinnya berusaha untuk berpikir tenang. Pandangannya beralih pada ponselnya, berharap segera ada kabar dari istrinya.
Sementara itu di depan gedung perusahaan, tampak Yuliana berdiri memandang gedung tinggi itu dengan kagum, sembari membawa tas bekal di tangannya.
"Wah, besar sekali. Sepertinya memang usaha keluarga Sawyer itu besar. Huh, menyesal aku meminta satu miliar," gumamnya sesaat, lalu menggeleng kepala.
"Apaan, tidak tidak, itu tidak baik. Mendapat satu miliar saja, untuk menukar anak, rasanya terlalu jahat," gumamnya meralat ucapannya tadi.
"Anna!" panggilan itu membuat Yuliana memandang ke arah pintu gedung, dan melihat Alex melambaikan tangan padanya.
Yuliana pun segera mendekat, lalu menyerahkan tas makanannya. "Nah, berikan pada Sean," ucapnya.
"Berikan sendiri, Nyonya Jessy memintamu melakukan itu kan?"
Yuliana berdecak, andai saja bukan karena Jessy memintanya menyiapkan makan siang dan membawa ke sana untuk Sean, mungkin ia tidak akan ada di sana.
Dengan malas, Yuliana mengikuti langkah ke mana Alex membawanya. Beberapa karyawan jelas menatapnya dengan penasaran, terlebih wajahnya yang mendominasi khas Asia berbeda dari orang-orang di sana membuatnya jadi perhatian, membuatnya merasa sedikit canggung.
Yuliana mengibaskan rambutnya ke belakang, memperhatikan setiap sisi perusahaan sembari tetap memastikan jaraknya tidak tertinggal dengan Alex.
"Nah, ini ruangan Sean. Masuk saja. Aku masih ada urusan," ucap Alex tanpa menunggu jawaban Yuliana ia segera pergi dan tampak cukup buru-buru.
Yuliana mengerjapkan mata melihat arah perginya Alex. Ia lalu menatap pintu kokoh di hadapannya, lalu mengetuknya perlahan.
"Masuk!" seruan dingin dari arah dalam membuat Yuliana sedikit meringis. Seolah ia bisa merasakan suasana hati Sean yang tengah buruk.
Yuliana menekan handle pintu, dan membukanya perlahan. Ia menengok ke arah dalam, dan pandangannya langsung tertuju pada tempat Sean.
Yuliana membukanya lebar, perlahan ia berjalan masuk. "Tuan," panggil Yuliana semakin mendekat, lalu mengangkat tas bekal ke atas meja Sean.
Sean yang fokus pada layar komputernya, mendengar suara yang familiar itu membuatnya langsung menatap Yuliana.
"Kau? Kenapa di sini?" tanya Sean melirik sekilas tas bekal yang mulai dibuka Yuliana.
"Aku di minta Mommy mem—," ucapan Yuliana terpotong oleh Sean dengan cepat.
"Nyonya! Panggil Nyonya! Kau harus paham posisimu Anna!"
Yuliana mengecap mulutnya sesaat, untuk memperbaikinya katanya. "Nyonya Jessy memintaku membawa makan siang untukmu Tuan Sean," ucapnya sembari mengulum senyum paksa.
"Kata Nyonya kamu menghubunginya belum sarapan dan makan siang. Makanya Nyonya memintaku menyiapkan ini. Ternyata seorang Sean Sawyer bisa merengek ke ibunya juga ya," ucap Yuliana setengah meledek membuat Sean berdecak, tanpa protes, tidak menampik karena memang itu terjadi.
Yuliana memutari meja, mengambil kertas-kertas dan dokumen yang berada di depan Sean dan menyimpannya ke sudut. Pena yang digunakan Sean pun tak lupa ia pinggirkan. Setelah mendapat tempat yang cukup. Yuliana kembali berdiri di sisi Sean, perlahan membuka rantang makanan itu dan membawanya ke hadapan Sean.
Sean diam memperhatikan, membiarkan Yuliana melakukannya. Entah sudah berapa kali Yuliana mengurus makannya begitu, dan ia hatinya tidak bisa menampik jika dirinya senang dengan itu.
"Nah, ayo makan," ucap Yuliana meletakkan garpu dan sendok di atas tisu yang sudah dilebarkan. Lalu menepuk-nepuk tangannya saat telah selesai menatanya.
Sean tidak menyahut, ia mengulurkan tangan ingin mengambil sendok, namun Yuliana yang sadar, segera menepuk tangannya.
"Eh, cuci tangan dulu," ucapnya menghentikan tangan Sean.
"Apa sih? Tanganku bersih, dan aku makan pakai sendok," ucapnya merasa malas harus ke wastafel.
"Cuci tangan dulu Tuan Sean!" ucap Yuliana kembali menghentikan.
Sean menatap Yuliana protes. "Aku bukan anak kecil yang bisa sakit karena tidak cuci tangan! Tanganku bersih, aku hanya memegang keyboard!" sahutnya dengan ketus, menepis tangan Yuliana yang terus menghentikannya.
Yuliana berkacak pinggang. "Tuan, bukan hanya anak kecil yang bisa sakit, dan perlu Tuan tau, anak kecil bukan diajari tapi meniru. Kalau anak ini sudah lahir, dan Tuan terbiasa tidak cuci tangan, dan rasa malas cuci tangan itu dilihat anak Tuan, dia akan meniru Tuan."
Yuliana mengulum senyum lembut namun tegas. "Dan dokumen ini Tuan juga sentuh kan? Kertas-kertas ini Tuan sentuh, kira-kira berapa orang yang sudah menyentuhnya."
Bibir Sean bergetar ingin membalas. Namun, bingung harus mengatakan apa. Segala ucapan Yuliana jelas sangat masuk akal.
Sean berdecih, menggebrak pelan meja, sembari bangkit. Dengan malas ia bangkit dari sana, bergegas menuju kamar mandi untuk membasuh tangannya di wastafel.
"Dari usia dan ukuran tubuh, jelas aku lebih dewasa dan besar, tapi kenapa aku diperlakukan seperti anak kecil," gerutunya sembari terus merasakan aliran air di tangannya.
Setelah merasa cukup, ia pun kembali ke kursinya. Menatap Yuliana sekilas yang sudah duduk menunggunya.
"Makan yang cepat ya. Aku tunggu, mau bawa pulang tempatnya, sebagai bukti aku mengantarnya sendiri," ucap Yuliana sembari memainkan ponselnya.
Sean menaikkan sebelah alisnya, tangannya terulur mengambil sendok. "Kamu sudah makan?" tanyanya.
"Sudah tadi di rumah," jawab Yuliana.
Sean mengangguk paham, melirik nampan makan yang terlihat cukup banyak untuk satu orang.
"Lalu kenapa bawa banyak sekali," ucapnya perlahan memasukkan satu suapan perkedel kentang yang cukup menjadi makanan favoritnya dari segala jenis masakan Yuliana.
Beberapa kali menikmati masakan Yuliana, membuat lidahnya perlahan begitu menikmati masakan negara asal wanita itu.
"Ya siapa tau nanti Alex mau, jadi bawa banyakan," jawab Yuliana, tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
Ucapannya membuat Sean kesal dan sontak melepehkan makanannya hingga jatuh ke pangkuan Yuliana, membuat wanita itu sontak menoleh.
"Kenapa?"
"Bilang saja kalau kamu mau membawakan buat Alex, tidak perlu berdusta sok mau membawa makan siang untukku!" ucap Sean dengan ketus, menaruh kembali sendoknya. Mood makannya hilang begitu saja.
Yuliana mengerutkan keningnya, memandang heran pada Sean. "Tidak mungkin kau cemburu kan?" tanya Yuliana membuat Sean langsung menoleh melebarkan mata padanya.
"Siapa yang cemburu, jangan menganggap dirimu istimewa, Anna!" Kelit Sean dengan ketus dan wajah yang memerah tidak terima.
Yuliana mengedikkan bahu. "Lalu kenapa marah? Makanlah jika tidak cemburu," sahutnya menantang membuat Sean kembali kehilangan kata.
Pria itu berdecih, mengambil kasar sendok dan garpunya, dan memasukkan suapan besar dalam mulutnya.
"Aku akan menghabiskannya. Tidak akan ku sisakan sedikitpun!" batinnya dengan penuh semangat mengunyah makanannya.
Aku tunggu episode selanjutnya kak! 😃
Aku tunggu episode selanjutnya kak, Semangat! 🔥
Aku tunggu episode 63 nyaa kakk!
Semangat bikin ceritanya kakk! 🔥
sean jgn terlalu berharap anna mau kembali sama kamu/Sly/
Semoga Yuliana Baik-baik Saja dan Selamat dari Clara,aku bakal sedih kalau ada hal yg terjadi sama Yuliana dan anak-anak nya🤍.Dan semoga Sean bisa cepat minta maaf langsung ke Yuliana.
Aku tunggu episode selanjutnya kak, Semangat 💪