Calia Averie Katarina, seorang model berbakat yang selalu disebut sebagai figuran.
Pengkhianatan yang ia terima dari sang kekasih membuat Calia terikat dalam sebuah pernikahan bersama pria yang baru saja ia kenal, Ronan Lysander. Pria sederhana berprofesi sebagai kurir yang mendapatkan pengkhinatan yang sama dari tunangannya.
Namun siapa sangka, pria yang selalu melakukan pekerjaan sebagai kurir itu menyimpan rahasia besar.
Ketika Calia menunjukkan kepada publik bahwa ia bisa menjadi model sesungguhnya, Ronan menunjukkan identitas aslinya dan membuat rahasia dibalik pernikahan mereka terungkap. Lalu, bagaimana dengan nasib pernikahan mereka?
Ikuti kisah mereka....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Gagal Ngambek
"Alia,,,"
"...."
"Alia,,,"
Entah sudah berapa kali Ronan memanggil istrinya, tetapi Calia masih tetap mengabaikannya. Kedua tangannya sibuk dengan masakan yang hampir selesai. Satu alasan cukup bagi Ronan untuk membawa langkahnya mendekat pada sang istri.
"Cariño (sayang),,,"
Gerakan tangan Calia yang tengah mengaduk sup seketika terhenti saat mendengar panggilan baru untuknya, mengerti dengan arti panggilan itu. Ia bahkan bisa merasakan kedua tangan suaminya kini melingkar di pinggangnya dari belakang.
Aroma segar mint dari shampo yang digunakan suaminya menguar di indra penciuman Calia, membuai Calia dalam pelukan yang Ronan berikan. Tetesan air dari rambut basah suaminya pun mendarat di bahu Calia yang terbuka saat Ronan mendaratkan dagunya di bahu Calia, mengirimkan sensasi dingin yang tidak bisa ia artikan.
"Jangan marah lagi," Ronan berkata lembut.
"Lain waktu aku bertemu lagi dengannya, aku tidak akan membiarkan dia menyentuhku lagi,"
"Apakah janji itu cukup untuk membuatmu merasa lebih baik?"
Calia menghela napas panjang, tak mengerti mengapa dirinya harus sekesal itu hanya karena mendengar Retha menyentuh suaminya. Dengan gerakan halus, ia merasakan Ronan memutar tubuhnya, membuat Calia menangkap sosok penuh suaminya yang kini mengenakan setelan pendek dengan handuk kecil menutupi rambut yang masih setengah basah.
"Pft,,,"
Ronan terkekeh pelan, sekuat apapun ia menahan untuk tidak tertawa gagal ia lakukan saat melihat Calia masih memasang wajah cemberut.
"Apa yang lucu?" sungut Calia.
"Aku sudah membuang jaketnya bukan? Tidak bisakah aku mendapatkan senyuman? Meskipun wajah masam ini tetap terlihat manis,,, aduh,,,"
Ronan mengaduh singkat tanpa bisa menyelesaikan kalimatnya lantaran mendapatkan cubitan di pinggang dari istrinya, lalu kembali tertawa.
"Tidak ada tahu bagaimana cara mencintai seperti yang kamu lakukan padaku. Retha hanyalah masa lalu yang sudah aku kubur dalam-dalam, dan kamulah satu-satunya yang aku cinta," ucap Ronan setelah tawanya mereda.
"Aku tidak mungkin kembali pada orang yang sudah menggoreskan luka di hatiku dan mengabaikan kamu yang sudah mengobati luka itu. Terutama setelah aku memiliki pernikahan sempurna bersamamu,"
Kekesalan yang sebelumnya Calia rasakan perlahan menguap. Pandangan keduanya terkunci, mengungkapkan semua yang ingin mereka ucapkan tanpa kata. Tatapan keduanya menyiratkan rasa cinta yang ada di dalam hati mereka.
Satu tangan Ronan terulur mematikan kompor, kemudian dengan satu gerakan mudah ia mengangkat tubuh istrinya hingga kini Calia duduk di meja untuk mensejajarkan tinggi mereka.
"Ro,,, kamu akan melewatkan makan malam jika tidak berhenti,"
Ronan terkekeh pelan mendengar teguran istrinya saat satu tangannya sudah berhasil menelusup ke balik dress selutut yang Calia kenakan. Dress selutut tanpa lengan itu sedikit tersingkap saat Calia duduk di atas meja, sedang tangan Ronan mengunci tubuh Calia yang membuat pergerakan wanita itu terbatas.
"Aku lebih memilih untuk menikmati hidangan penutup yang sekarang ada di hadapanku," jawab Ronan.
"Apa-apaan itu?" sambut Calia tertawa.
Ronan mengunci pandangan pada Calia, terpesona untuk kesekian kalinya hanya karena melihat tawa yang diperlihatkan sang istri. Tanpa ragu, Ronan mendekatkan wajah, menahan tengkuk Calia saat ia menempelkan bibirnya.
Calia tidak menolak, menerima sepenuhnya perlakuan pria tampan penakluk hatinya, larut dalam ciuman yang yang semakin panas, terbuai menikmati kecupan, hisapan dan sentuhan Ronan yang mulai menelisik di balik dress yang ia kenakan. Jemari Calia pun bergerak menyisir lembut rambut basah suaminya, menyingkirkan handuk yang sebelumnya berada di sana.
Tangan Ronan sudah mulai membuka kancing dress yang Calia kenakan, meninggalkan jejak hangat di kulit istrinya yang terbuka ketika tiba-tiba suara bel pintu Apartemen terdengar.
'Teettt,,,'
Suara bel pintu terdengar kembali, mengejutkan keduanya hingga mereka menghentikan apa yang sedang mereka lakukan.
"Siapa yang berkunjung malam-malam seperti ini," gerutu Ronan.
Calia terkekeh pelan, melirik jam yang belum menunjukkan waktu terlalu malam bagi tamu untuk datang.
"Biarkan aku membuka pintu," ucap Calia.
"Aku saja," tukas Ronan.
Kedua tangan Ronan bergrak cepat merapikan dress yang dikenakan Calia, menurunkan rambut istrinya untuk menutupi bekas merah yang ia buat, lalu membantu istrinya turun dari meja.
"Selamat malam, Tuan,"
"Kau,,,"
Ronan mendesis kesal setelah melihat sosok asistennya berdiri di depan pintu.
"Kenapa kau datang malam-malam seperti ini?" kesal Ronan.
"Apakah saya datang di waktu yang tidak tepat, Tuan?" Bas setengah berbisik bertanya.
"Siapa yang datang?"
Suara Calia menyela dari belakang Ronan, membuat pria itu menyingkir hingga sosok penuh Bas terlihat Calia.
"Bas,,, kamu datang? Ada apa?" sambut Calia tersenyum hangat.
"Selamat malam, Nyo,,, ehm,,, Calia," sahut Bas tersenyum gugup setelah menerima tatapan tajam dari tuan mudanya.
"Masuk!"
"Terima kasih," sahut Bas.
"Duduklah! Aku buatkan minuman untukmu," ucap Calia.
"Tidak! Jangan!" pekik Bas spontan.
Langkah Calia saat akan menjauh seketika terhenti, melihat Bas yang segera berdiri bahkan sebelum pria itu sempat mendudukkan tubuhnya di sofa.
"Mengapa? Kenapa kamu berteriak panik begitu?" tanya Calia bingung.
"Uhmm,,, tolong jangan repot, aku datang karena ada sesuatu yang perlu kuberikan padamu," ucap Bas.
'Nyonya Besar,,, tolong hukum saya,,, saya sudah berbicara tidak sopan pada Nyonya Muda,' ratap Bas dalam hati.
"Baiklah, kalau begitu, aku ambilkan minuman kaleng saja, dan kamu tidak boleh menolak," sahut Calia.
Bas memejamkan mata sejenak, beralih pandang pada Ronan dengan tatapan meminta tolong, tapi pria itu hanya menaikkan bahunya.
"Ini,"
Calia kembali mendekat setelah menjauh beberapa saat, meletakkan sekaleng minuman di depan Bas dan duduk saling berhadapan dengan meja di tengah mereka.
"Sekarang katakan! Ada apa kamu datang malam-malam?" tanya Calia.
"Ada yang ingin aku berikan padamu," ucap Bas kaku.
"Apa itu?" sambut Calia.
Bas mengeluarkan sebuah amplop dari tas sleeve yang senantiasa Bas bawa kemanapun pria itu pergi, mengeluarkan sebuah amplop coklat yang segera ia letakkan di meja.
"Undangan Gala Fashion New York, aku bisa mendapatkan dua undangan untuk bisa kamu gunakan," ujar Bas.
"Apa???"
Calia terkejut, segera menyambar amplop itu dan mengeluarkan isinya.
"Bagaimana cara kamu bisa mendapatkan undangan ini?" tanya Calia.
"Aku memiliki banyak kenalan karena pekerjaanku berada di bagian pemasaran. Alasan lain karena aku pernah bekerja sebagai butler, jadi aku meminta tolong pada mereka yang aku kenal untuk mendapatkan undangan ini," terang Bas.
"Apakah itu alasannya sehingga kamu selalu berbicara kaku padaku?" sambut Calia.
Bas menggosok tengkuk dengan gerakan canggung, tersenyum kaku.
"Itu karena saya terbiasa bersikap demikian saat berhadapan dengan majikan saya. Jadi, tanpa sadar saya selalu terbawa kebiasaan lama saya,"
Bas kembali menggosok tengkuknya, menyadari sikapnya kembali ke mode sempurna seorang asisten yang telah mengabdi lama dengan keluarga Kyler.
Calia tersenyum kecil sembari menggelengkan kepala, bisa memahami posisi yang dirasakan Bas.
"Tapi aku bukan majikanmu, Bas," ucap Calia.
"Saya tahu,,, ehm,,, maaf. Aku hanya berharap kamu bisa memaklumi jika aku salah bicara lagi," sahut Bas.
"Lalu, kenapa kamu memberikan undangan ini padaku? Kenapa kamu tidak menggunakan untuk dirimu saja?" tanya Calia.
"Karena kamu yang lebih cocok untuk pergi. Aku juga sudah mengatakan hal ini pada Luis dan Sean, jadi desainer itu akan menyiapkan pakaian untuk kalian berdua," jelas Bas.
Calia mengangguk mengerti, tersenyum manis untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya.
"Kalau begitu, aku pamit," ucap Bas.
"Baiklah,"
"Biar aku yang mengantarnya ke depan," sela Ronan.
"Kamu bisa menyimpan undangannya di kamar," imbuhnya kemudian.
Calia mengangguk. Sementara dua pria itu berjalan menuju pintu, memastikan Calia sudah masuk ke dalam kamar dan tidak mendengar apa yang akan mereka bicarakan.
"Apa yang ingin kau katakan padaku?" tanya Ronan tajam.
. . . .
. . ..
To be continued...
NOTE :
- Cariño
Dalam bahasa Spanyol memiliki arti Sayang. Berbeda dengan Amor/ Mi Amor (cintaku) yang bisa ditujukan kepada siapa saja, Cariño dikhususkan untuk pasangan.