Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.
Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.
Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.
Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.
Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Pagi yang cerah secerah hati Sabira, selama tinggal di kontrakan bersama bi Tuti, tanpa ada orang orang toxic di hidupnya, membuat senyum gadis cantik itu kembali bermerekah di bibir nan manis itu, beberapa waktu yang lalu, senyum manis itu pernah hilang dari bibirnya.
"Pagi non." sapa bi Tuti melihat sang nona mudanya keluar dari kamarnya.
"Pagi juga bi." sapa Sabira ceria.
"Sepertinya gadis cantik bibi sedang bahagia." kekeh Bi Siti.
"Sangat sangat bahagia bi." sahut Sabira dengan senyum tidak hilang dari bibirnya.
"Semoga senyum itu tidak pernah hilang lagi ya non." ucap bi Tuti penuh harap.
Sabira hanya mengangguk.
"Bibi masak apa hari ini? " tanya Sabira.
"Hehehe... berhubung hari ini non Bira libur, bibi belum bikin sarapan, bibi baru selesai bersih bersih di halaman depan, niatnya baru mau masak ini, biasanya non Bira bangun rada siangan klau lagi libur." kekeh bi Tuti tidak enak hati.
"Ohhh.. Ngak apa apa, bibi ganti baju gih, kita cari sarapan di luar, sekalian jalan jalan." ucap Sabira santai.
"Baiklah" ucap bi Tuti semangat, memang sejak tinggal berdua, bi Tuti sering sekali di ajak jalan jalan oleh Sabira, bahkan jarang masak, karena Sabira melarangnya, klau makan tinggal pesan saja, sesekali saja bi Tuti memasak di rumah kontrakan mereka itu.
"Kita mau kemana non? " tanya Bi Tuti saat mereka sudah naik ke sebuah taxi yang di pesan oleh Sabira.
"Temanin Bira beli kebutuhan untuk panti ya bi, Bira ada sedikit rezeki, jadi Bira ingin berbagi rezeki dengan adik adik di panti asuhan sana." ucap Sabira penuh binar.
Bi Tuti mengangguk, dan tersenyum lembut kepada nona mudanya itu.
Beberapa saat taxi yang di tumpangi oleh Sabira sudah berhenti di sebuah super market.
"Mau di tunggu nggak non? " tanya Sopir taxi tersebut, dia mendengar pembicaraan Sabira dengan bi Tuti tadi.
"Apa nggak apa apa, bapak menunggu kami? " tanya Sabira, takutnya mereka akan lama berbelanja di dalam sana, kan kasian juga supir taxi itu.
"Nggak apa apa kok non, maaf tadi saya mendengar pembicaraan non sama bibi, klau kalian ingin berbelanja untuk anak panti, pasti belanjaan kalian sangat banyak, klau gitu izin bapak membatu membawakan barang belanjaan kalian." ujar sopir taxi tersebut dengan sopan.
"Kalau bapak tidak keberatan, silahkan aja, malah aku senang ada yang membantu kami membawa barang barang itu. " ucap Sabira merasa senang ada yang membantu mereka.
"Dengan senang hati non." sahut si bapak bersemangat, selain dia akan mendapat bayaran, dia juga bisa membantu dengan tenaganya, apa lagi itu untuk anak anak panti asuhan.
Ke tiga orang itu masuk ke dalam super market yang lumayan lengkap di daerah tempat tinggal Sabira itu.
Dengan sigap pak sopir mengambil troli dan mengikuti Sabira dari belakang, bi Tuti pun tidak ketinggalan dia juga membawa satu buah troli.
"Kita mau beli apa dulu non? " tanya bi Tuti.
"Kita ke bagian sembako dulu bi." ucap Sabira.
"Baiklah." sahut bi Tuti semangat.
Sabira mengambil minyak goreng, gula, tepung, dan berbagai macam bumbu bumbu dapur yang sekira kiranya di butuhkan oleh anak anak panti, selesai dari sana, sabira melanjutkan langkahnya membeli dua karung beras, ikan, udang dan daging.
Tidak lupa juga Sabira membeli susu dan juga makanan ringan untuk anak anak panti.
"Katanya cukup deh bi." ucap Sabira.
"Bukan cukup aja non, lebih malah." kekeh bi Tuti yang melihat Sabira begitu kalap untuk mengambil semua barang dari rak super market itu.
Mendengar jawaban si bibi, Sabira terkekeh dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Abis gimana ya bi, klau sudah menyangkut untuk adik adik itu, aku suka kalap, senang aja gitu melihat wajah berseri seri mereka." sahut Sabira membayangkan wajah wajah anak anak panti yang sering Sabira singgahi.
Bi Tuti tersenyum penuh haru dan sekaligus bangga menatap nona mudanya itu, walau Sabira pernah merasakan ketidak adilan kasih sayang dari orang tuanya, tapi tidak membuat Sabira menjadi anak yang egois dan mementingkan diri sendiri, justru gadis cantik itu mencari kebahagian dengan anak anak panti, karena merasa mereka senasib, sama sama anak yang tidak di harapkan, begitulah menurut Sabira.
"Non, kayanya nggak muat deh, belanjaan non banyak banget." ucap pak sopir.
"Wahhh... Benar ya pak." kekeh Sabira yang melihat masih banyak barangnya yang belum masuk ke dalam taxi.
"Pesan satu taxi lagi kali ya pak? " tanya Sabira.
"Klau taxi lagi, masih belum cukup non, sewa mobil losbak aja baru muat." ujar pak sopir.
"Bapak ada kenalan orang yang punya losbak.? " tanya Sabira.
"Ada non." ujar pak supir.
"Ya sudah bapak telpon aja, suruh ke sini." ucap Sabira.
"Siap non." pak supir lansung mengambil hpnya dan menelpon kenalannya.
Beberapa rapa waktu berlalu, akhirnya mereka sampai juga di sebuah panti asuhan yang tidak terlalu besar, namun sangat arsi.
"Kak Bira....! " seru anak anak melihat ke datang and gadis cantik itu.
"Haiii... Adik adik." sapa Sabira dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Kakak kemana aja, kok jarang ke sini? " tanya seorang gadis cantik, berusia sepuluh tahun.
"Kakak sedang sibuk sekolah, sayang." sahut Sabira lembut, dan membelai penuh kasih kepala anak perempuan itu.
"Nak Bira." panggil ibu panti.
"Ibu." panggil balik Sabira, dia lansung mendekati ibu panti tersebut dan menyalaminya penuh takzim.
"Apa kabar bu? " tanya Sabira dengan lembut.
"Baik sayang, kamu apa kabar juga? " tanya ibu panti penuh perhatian.
"Aku juga baik bu, dan sedang sibuk sibuknya di sekolah." kekeh Sabira.
Ibu panti mengangguk tanda mengerti.
"Non, ini mau di letakan di mana ya? " tanya pak sopir, dan membuat Sabira menepuk dahinya, karena lupa klau dia datang bukan sendirian.
"Hehehe... Maaf Pak, saya lupa, saking asiknya mengobrol, maklum sudah lama tidak kemari." kekeh Sabira tidak enak hati.
"Nggak apa apa non." ucap pak supir tersenyum tulus.
"Tolong bawa masuk ke bagian dapur aja ya pak, dan untuk cemilan, letakan di ruangan itu saja." ujar Sabira.
"Baik non." sahut pak supir.
Setelah memindahkan semua barang belanjaan Sabira pak supir pun undur diri.
"Non, semua sudah habis kami pindahkan, klau gitu kami izin pulang dulu." ucap pak supir itu.
"Baik pak, ini bayaran untuk mobil losbak, dan ini untuk bayaran bapak." ucap Sabira memberika beberapa lembar uang kertas merah tangan pak supir itu.
"Ehhh... Non, ini kebanyakan." kaget pak supir, karena mendapat sepuluh lembar uang kertas merah itu.
"Nggak apa apa pak, Rezeki untuk keluarga bapak." sahut Sabira dengan senyum manis di bibirnya.
"Ya Allah, non. Non baik banget, padahal tadi saya juga di belikan sembako loh sama non, sekarang bayaran taxi saya juga non kasih lebih lagi, semoga rezeki non makin banyak, dan non di limpahkan kebahagian." do'a tulus supir taxi dengan berkaca kaca.
"Aamiin..." sahut Sabira mengamini do'a supir taxi itu.
Bersambung...
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya.... 😘😘😘
Hari ini mamak up double biar pada senang... 😁😁😁
ᴄᴘᴛ ʟᴀʜ ᴋᴀᴜ ʙᴋᴛ ᴋɴ