Kirana, wanita berusia 30 an pernah merasa hidupnya sempurna. Menikah dengan pria yang dicintainya bernama Arga, dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Naya.
Ia percaya kebahagiaan itu abadi. Namun, segalanya berubah dalam sekejap ketika Arga meninggal dalam kecelakaan tragis.
Ditinggalkan tanpa pasangan hidup, Kirana harus menghadapi kenyataan pahit, keluarga suaminya yang selama ini dingin dan tidak menyukainya, kini secara terang-terangan mengusirnya dari rumah yang dulu ia sebut "rumah tangga".
Dengan hati hancur dan tanpa dukungan, Kirana memutuskan untuk bangkit demi Naya. Sekuat apa perjuangan Kirana?
Yuk kita simak ceritanya di novel yang berjudul 'Single mom'
Jangan lupa like, subcribe dan vote nya ya... 💟
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 24 - Fitnah
Ep. 24 - Fitnah
🌺SINGLE MOM🌺
Meski kabar buruk tentangnya semakin merebak di luaran sana, Kirana memulai harinya seperti biasa, mengantar Naya ke sekolah, lalu memantau karyawan yang sibuk menyiapkan pesanan.
Kini, ia sedang memeriksa daftar pesanan ketika ponselnya berdering. Nama yang muncul di layar ponselnya pun membuatnya ragu.
"Pak Arman," gumam Kirana pelan.
Setelah berpikir sejenak, ia pun menjawab panggilan tersebut.
"Selamat pagi, Pak Arman. Ada yang bisa saya bantu?," tanya Kirana terdengar ramah namun datar.
"Selamat pagi, Bu Kirana. Saya ingin pesan catering lagi untuk makan siang kantor, seperti biasa," suara Pak Arman terdengar ceria di ujung telepon.
Kirana terdiam sejenak sebelum menjawab, "Baik, Pak. Untuk berapa orang kali ini?,"
"Lima orang saja. Dan, kalau bisa, tambahkan makanan penutup favorit saya ya, puding mangga itu," katanya, santai.
"Tentu, Pak. Pesanannya akan kami siapkan," jawab Kirana.
Namun, sebelum menutup telepon, Pak Arman menambahkan, "Oh, satu lagi, Bu. Kalau tidak keberatan, apakah bisa Anda sendiri yang mengantarkan? Saya ingin bertemu langsung."
Mendengar permintaan itu, Kirana pun merasa canggung, "Maaf, Pak Arman, saya sedang sibuk di ruko. Tapi saya pastikan pesanan Anda sampai tepat waktu," ucap Kirana.
"😊😊 Baiklah, Bu Kirana. Saya tunggu pesanannya."
Setelah menutup telepon, Kirana menghela napas panjang lagi. Ia merasa berat hati menerima pesanan dari Pak Arman. Mengingat, beberapa hari yang lalu ia di labrak oleh bu Vivi, tapi ia ingin tetap profesional.
"Bu Kirana, pesanan ini dari siapa? Pak Arman lagi?," tanya Rini sambil mengangkat alisnya.
Kirana pun hanya mengangguk.
"Aku nggak enak, Rin. Tapi aku juga nggak mau menolak. Ini soal pekerjaan," ujarnya sambil memeriksa daftar menu.
Rini pun mengangguk paham. "Tapi, Bu, hati-hati ya. Ibu tahu sendiri, Bu Vivi bisa sangat marah. Apalagi setelah kejadian beberapa hari lalu."
"Ya, aku tahu, Rin. Aku hanya ingin semua ini selesai. Aku nggak mau masalah ini semakin besar," jawab Kirana tegas.
Akhirnya, Rini yang ditugaskan mengantarkan pesanan pak Arman. Ketika sampai, Pak Arman pun menyambutnya dengan antusias.
"Bu Kirana tidak datang?," tanyanya.
"Maaf, Pak. Beliau sedang sibuk di ruko," jawab Rini sopan.
"Oh, aku mengerti. Tapi tolong sampaikan terima kasihku kepada beliau. Makanannya selalu luar biasa," jawab Pak Arman yang tampak kecewa.
"Baik, Pak. Saya akan sampaikan," kata Rini sebelum pamit.
**
Keesokan harinya saat menjelang makan siang, Kirana tengah sibuk di dapur dan memastikan pesanan pelanggan siap tepat waktu.
Hari itu, ia menerima pesanan dari Pak Arman, yang meminta Kirana langsung mengantarkan pesanannya. Kirana merasa tidak nyaman, tapi demi menjaga profesionalisme, ia menyetujui permintaan itu.
Rini melihat Kirana yang tampak ragu lalu bertanya, "Bu, yakin mau antar sendiri? Biar saya saja," tawarnya.
"Tidak apa-apa, Rini. Lagipula hanya ini pesanan terakhir sebelum istirahat siang. Aku ingin menyelesaikannya sendiri," ujar Kirana sambil tersenyum tipis.
Saat Kirana keluar membawa pesanan, Pak Arman sudah menunggu di mobilnya. Lalu, ia keluar dengan tersenyum lebar.
"Terima kasih, Bu Kirana. Maaf kalau merepotkan Anda," katanya sambil menerima tas makanan.
"Tidak apa-apa, Pak. Saya hanya ingin memastikan semuanya sampai dengan baik," jawab Kirana sopan.
Namun, tanpa mereka sadari, Vivi yang telah curiga sejak lama memarkir mobilnya di sudut jalan, mengamati keduanya dari kejauhan. Saat melihat Pak Arman berbicara akrab dengan Kirana, darah Vivi pun mendidih.
Vivi lalu keluar dari mobilnya dengan langkah cepat, menghampiri Kirana dan suaminya.
"Jadi ini yang kamu lakukan, Arman? Ketemu sama perempuan ini di belakangku?!," teriak Vivi, hingga membuat beberapa orang di sekitar menoleh.
Kirana terkejut melihat Vivi yang tiba-tiba datang. "Bu Vivi, ini hanya urusan pekerjaan. Tidak ada yang lain," jelas Kirana dengan tenang.
"Urusan pekerjaan? Jangan sok polos! Aku tahu kamu sengaja mendekati suami orang untuk cari perhatian!!," serang Vivi.
Tidak ingin terjadi keributan, Arman pun mencoba menenangkan istrinya. "Vivi, tenang dulu. Ini cuma catering, tidak ada yang lain," katanya sambil mencoba meraih tangan istrinya.
Namun, Vivi tidak peduli. Ia lalu mendekati Kirana dan tanpa peringatan langsung menjambak rambutnya.
"Dasar janda murahan! Berani-beraninya kamu menggoda suami orang!!!," teriak Vivi sambil menarik rambut Kirana dengan kasar.
"Bu Vivi, tolong berhenti! Aku tidak pernah berniat seperti itu!," kata Kirana terdengar panik, sambil mencoba melepaskan diri.
"Diaaaaammm kauuu!!!."
Vivi terus menyerang Kirana dengan membabi buta hingga Kirana sudah tersungkur pun Vivi terus memukul dan menjambak Kirana.
Melihat kekejaman itu, orang-orang di sekitar pun mulai mendekat untuk melerai. Rini, yang melihat kejadian itu dari ruko, segera keluar dan membantu Kirana.
"Bu Vivi, tolong jangan seperti ini! Bu Kirana tidak salah apa-apa!," kata Rini sambil memisahkan mereka.
Setelah beberapa orang berhasil melerai, Vivi menatap Kirana dengan penuh kebencian.
"Jangan pernah mendekati suamiku lagi! atau aku akan pastikan kamu kehilangan segalanya!," ancamnya.
Kirana lalu berdiri dengan gemetar, seraya menahan air matanya.
"Bu Vivi, aku tidak pernah berniat seperti itu. Aku hanya bekerja untuk menghidupi anakku. Tolong jangan salah paham," katanya pelan namun tegas.
Adapun Arman, yang merasa malu dengan sikap istrinya, ia hanya bisa menunduk. "Vivi, sudahlah. Ini semua salah paham," katanya pelan.
Namun Vivi tidak mendengarkan. Dengan wajah penuh amarah, ia menarik suaminya dan menyuruhnya untuk segera pergi.
Setelah kejadian itu, Kirana duduk di kursi dan mencoba menenangkan dirinya. Lalu, Rini memberikan segelas air untuknya.
"Bu, kenapa Ibu nggak jelasin semuanya ke Bu Vivi?," tanya Sinta juga karyawan yang lainnya khawatir.
"Sudah aku jelaskan. Tapi dia tetap tidak percaya. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana," jawab Kirana sambil mengusap matanya.
"Ibu orang yang baik. Semua orang di sini tahu itu. Jangan biarkan orang seperti Bu Vivi merusak semangat Ibu," kata Sinta memberi semangat.
Kirana pun mengangguk pelan, "Aku hanya ingin fokus pada pekerjaanku dan Naya. Tidak lebih," ujarnya dengan suara lirih.
Bersambung...
serahkan semua sama Allah minta petunjukNya. Allah tidak diam. tugasmu hanya berdoa meminta... selebihnya biar Allah yg bekerja 💪💪💪
aku sudah mampir ya kak, ceritanya baguss😍
jangan lupa mampir ya kak kecerita aku..lagi belajar menulis novel 😊🤭
ceritanya menarik 😍