Riri, gadis polos nan baik hati, selalu mendapatkan penderitaan dari orang-orang di sekitarnya. Kehangatan keluarganya sirna, orang tua yang tak peduli, dan perlakuan buruk dari lingkungan membuat kepercayaan dirinya runtuh. Di tengah kebaikannya yang tak pernah lekang, Riri harus berjuang melawan luka batin yang mendalam, merangkak dari kehancuran yang disebabkan oleh mereka yang seharusnya melindunginya. Akankah Riri mampu bangkit dari keterpurukan dan menemukan kembali harapannya? Atau akankah ia selamanya terjebak dalam kegelapan yang menyelimuti hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
༺ ༻ BAB 19 ༺ ༻
...✧༺♥༻✧...
Pasangan suami istri itu dengan ramah mengantar RiRi ke jalan yang benar menuju air terjun. Sepanjang perjalanan, mereka berbincang-bincang ringan.
Ibu "Hati-hati ya, Nak. Jalannya agak licin."
RiRi " Iya, Bu, terima kasih banyak ya."
Bapak "Sama-sama. Senang bisa membantu. Anak muda sekarang jarang yang suka mendaki gunung seperti ini. Luar biasa kamu berani sendiri."
RiRi "Hehehe… Saya suka tantangan, Pak. Tapi tadi saya agak panik juga sih, tersesat gitu."
Ibu "Iya, wajar kok. Hutan ini memang agak rumit jalannya. Untung kamu bertemu kami. Kalau sampai malam, bahaya juga."
RiRi "Iya, Bu. Terima kasih lagi. Saya tidak tahu harus bagaimana kalau tidak bertemu Bapak dan Ibu."
Mereka terus berbincang sampai RiRi sampai di persimpangan jalan yang benar menuju air terjun. RiRi kembali mengucapkan terima kasih kepada pasangan suami istri tersebut. Ia merasa sangat beruntung telah bertemu dengan mereka. Ia kemudian melanjutkan perjalanannya menuju air terjun.
Pasangan suami istri tersebut memperhatikan RiRi sampai ia hilang di balik pepohonan. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Mereka merasakan kebahagiaan telah membantu orang lain. Mereka juga mengingat masa muda mereka yang penuh petualangan.
RiRi berjalan menyusuri jalan setapak menuju air terjun. Tiba-tiba, ia melihat seseorang yang sangat dikenalnya.
RiRi "Eh… Riri Putri!"
Riri Putri juga tampak terkejut melihat RiRi. Mereka berdua saling berpelukan karena lega akhirnya bertemu. Namun, ketika RiRi ingin mengambil cemilannya, ia menyadari sesuatu yang mengejutkan.
RiRi "Tas ku… hilang!"
Riri memeriksa sekelilingnya, tetapi tasnya tidak ada di sana. Ia merasa panik. Semua cemilannya, bahkan dompetnya yang ada di dalam tas, telah raib. Namun, RiRi mencoba untuk tidak terlalu khawatir. Ia berpikir bahwa mungkin tasnya akan ditemukan nanti.
Riri Putri "Kamu ke sini sama siapa?"
RiRi "Tadi sama Ibu-ibu dan Om di sana" menunjuk ke arah tempat ia bertemu pasangan suami istri itu. "Eh… mereka di mana ya?"
RiRi dan Riri Putri saling berpandangan. Mereka keduanya merasa sedikit khawatir dengan kehilangan tas RiRi. Mereka juga merasa sedikit heran dengan hilangnya tas tersebut. Mereka berjanji untuk mencari tas tersebut nanti setelah mereka sampai di air terjun.
Riri Putri "Dengan siapa? Aku tidak melihat siapa-siapa di sana."
Pernyataan Riri Putri membuat RiRi tersentak. Ia merasa ada yang tidak beres. Ia dan Riri Putri saling bertatapan, kemudian berlari berdua menuju jalan ke air terjun.
RiRi "Aduh… tapi aku yakin mereka baik, kok, nggak jahat."
Riri Putri" Kamu ih… lihat setan! Jangan ngajak-ngajak!"
RiRi "Mana kutahu! Kalau ternyata bukan orang, weeeeiii!"
Mereka berlari tergesa-gesa, tiba-tiba mereka merasakan ada sesuatu yang mengancam di belakang mereka. Mereka tidak mau berpikir panjang, hanya berlari sekencang mungkin. Suasana menjadi menegangkan. Ketakutan dan ketegangan menyelimuti mereka.
RiRi dan Riri Putri terus berlari. Mereka tidak tahu pasti apa yang mengejar mereka. Namun, mereka merasakan suasana yang sangat mengerikan. Mereka berharap dapat segera sampai di air terjun dan menemukan teman-temannya.
RiRi dan Riri Putri terus berlari, napas mereka tersengal-sengal. Ketakutan masih menyelimuti mereka. Namun, di balik bayang-bayang dan kabut yang menyelimuti hutan, mereka melihat sesosok yang mengenalinya. Itu adalah Iskandar.
Iskandar "Hei… kalian ini kecil-kecil lari nya cepat banget!" "Aduh...Capek tau!"
RiRi dan Riri Putri berhenti berlari. Mereka merasa lega karena yang mengejar mereka bukanlah sesuatu yang mengerikan.
RiRi "Oh… Kak Iskandar!, maaf kak aku kira bukan orang"
Riri putri "aduh ngagetin aja sih..."
RiRi dan Riri Putri merasa lega telah bertemu dengan Iskandar. Mereka menjelaskan keadaan mereka kepada Iskandar. Mereka menceritakan bahwa mereka tersesat dan mereka juga menceritakan tentang hilangnya tas RiRi. Iskandar mendengarkan dengan seksama. Ia tampak khawatir dan ingin membantu mereka.
Iskandar menghela nafas lega. Ia turut berlari membantu RiRi dan Riri Putri yang ketakutan. Setelah sampai, ketiganya langsung menuju air terjun. Sesampainya di sana, mereka mendapati tempat tersebut sudah ramai dipenuhi orang. Suasana ramai dan riuh rendah membuat mereka sedikit lebih tenang.
RiRi dan Riri Putri melihat teman-teman mereka yang lain sudah sampai di air terjun. Mereka saling sapa dan bercerita tentang pengalaman mereka yang mengerikan. Mereka juga menceritakan tentang hilangnya tas RiRi. Teman-teman mereka tampak khawatir dan ingin membantu mencari tas tersebut.
Iskandar menawarkan bantuannya untuk mencari tas RiRi. Ia menawarkan diri untuk mencari bersama RiRi dan Riri Putri. Ia juga menawarkan minuman dan makanan kepada mereka untuk mengurangi rasa lelah dan ketakutan mereka.
...✧༺♥༻✧...
Suasana di sekitar air terjun tampak menyenangkan. Suara air yang mengalir deras membuat suasana menjadi lebih rileks. Namun, RiRi masih sedikit khawatir dengan hilangnya tasnya. Ia berharap tasnya dapat ditemukan segera.
Tiba-tiba, Pak Ali muncul bersama rombongannya. Ia membawa sesuatu yang sangat dikenali RiRi. Itu adalah tasnya! Namun…
RiRi "Eh… ini tasku!… Pak… kok cemilan ku dimakan sih?!"
RiRi merasa sangat kesal dengan perilaku Pak Ali yang semena-mena. Semua cemilannya telah raib dimakan oleh Pak Ali dan teman-temannya.
Pak Ali "Orang tadi nemu, ya sudah saya makan."
Riri sedikit kecewa. "Tapi pak ini punyaku"
pak Ali "yaa mana saya tau. saya hanya tau itu nemu"
RiRi merasa sangat marah dan kecewa dengan perilaku Pak Ali. Ia merasa bahwa Pak Ali tidak sopan dan tidak menghargai milik orang lain. Ia ingin mengatakan sesuatu kepada Pak Ali, tetapi ia takut untuk mengatakannya secara langsung. Ia merasa sedikit takut dengan Pak Ali.
Iskandar memperhatikan situasi tersebut. Ia melihat RiRi yang marah dan kecewa. Ia ingin membantu RiRi, tetapi ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia merasa sedikit kesal dengan perilaku Pak Ali yang tidak sopan.
Pak Ali "Ya sudah sih, cuma cemilan. Nanti tinggal beli lagi."
RiRi bergumam "Tapi kan ini cemilan ku!" berkaca-kaca
RiRi benar-benar merasa sedih dan kecewa. Cemilan itu bukan sekadar cemilan, tetapi juga usaha dan persiapannya. Melihat RiRi yang sedih, Iskandar langsung angkat bicara.
Iskandar "Aku ada cemilan. Makan punyaku saja."
Iskandar menawarkan cemilannya pada RiRi. RiRi menerimanya dengan rasa syukur. Dalam hati, RiRi mengumpat Pak Ali.
RiRi dalam hati. "Dasar guru-guru ngeselin!"
RiRi merasakan perhatian dan kebaikan Iskandar. Ia merasa lega karena Iskandar membantu dan menenangkannya. Ia menghargai perhatian Iskandar yang tulus. Ia juga merasa lebih tenang setelah mendapatkan cemilan dari Iskandar.
Iskandar memperhatikan RiRi. Ia merasakan perasaan RiRi yang sedih dan kecewa. Ia ingin selalu ada untuk RiRi. Ia ingin melindungi RiRi dari perlakuan yang tidak adil.
...✧༺♥༻✧...
...Bersambung…...
