Mencari Ibu

Mendengar ucapan Yona, kenapa Finn jadi salah tingkah. Bahkan kini wajahnya memerah. Untung saja Yona tidak melihatnya. Kalau tahu, pasti ia sangat malu.

“Bukan seperti itu. aku hanya merasa bersalah saja kalau kamu sakit. Apalagi perginya sama aku. Setidaknya aku juga bertanggung jawab,” jawab Finn menutupi rasa malunya.

Yona kembali mengulas senyum, meskipun tidak bisa dilihat oleh Finn. Rasanya ia juga terhibur dengan ngobrol bersama Finn malam-malam seperti ini.

“Ini sudah larut malam. apa Kak Finn tidak tidur?” tanya Yona.

“Tidak. Aku belum mengantuk. Apa kamu yang akan tidur lagi? kamu sedang sakit, harusnya banyak istirahat,”

“Aku sejak tadi tidur terus. Sekarang belum ngantuk lagi setelah terbangun. Sebentar, aku mau minum dulu,” jawab Yona menjeda obrolannya sebentar, kemudian meneguk air putih.

Setelah itu keduanya melanjutkan obrolannya. Lama kelamaan mereka berdua semakin akrab. Mulai dari hal penting sampai yang tidak penting mereka berdua bicarakan. Sampai-sampai Yona bertanya apa makanan dan minuman favorit Finn, kebiasaan buruk apa yang sering pria itu lakukan. Dan masih banyak lagi yang lainnya. Hingga setelah kurang lebih satu jam, Finn akhirnya memutus sambungannya demi Yona bisa istirahat lagi. masih ada hari esok, untuk bisa ngobrol bersama lagi.

Finn tersenyum tipis melihat foto profil di kontak Yona. Gadis itu berpose duduk, dan di depannya ada minuman. Sepertinya sedang ada di cafe. Matanya menatap kamera, dengan senyum yang menjadi ciri khasnya. Senyum yang mampu menarik hati seorang Finn.

***

Keesokan harinya keadaan Yona sudah lebih baik. mungkin efek semalam dapat hiburan dari Finn. Karena pagi ini badannya sudah tidak demam lagi. hanya tinggal sedikit rasa sakit di tenggorokannya.

Yona kini sudah ada di ruang makan. Menunggu ayahnya turun dan akan sarapan bersama. Tak berselang lama Jarvis datang. pria itu hanya memakai kemejanya saja, sedangkan jasnya ia taruh di sofa bersama dengan tasnya.

“Pagi, Sayang? Sepertinya anak Ayah sudah sehat,” sapa pria itu dengan hangat.

“Sudah, Ayah. Karena istirahatku cukup,” jawab Yona.

“Apa hari ini ada kegiatan di kampus?” tanya Jarvis lagi.

“Tidak ada. Aku ingin rebahan saja di kamar.”

“Ya sudah kalau begitu. Ayo kita makan! Hari ini Ayah ada meeting di beberapa tempat. Mungkin nanti pulangnya agak malaman dikit,” ujar Jarvis memberitahu Yona tentang jadwalnya. Padahal hal seperti itu harusnya dilakukan pada seorang suami pada istrinya.

“Ok!” jawab Yona singkat.

Setelah selesai sarapan, Jarvis segera berangkat ke kantor. Yona memilih bersantai dulu di taman belakang. Ia ingin menghirup udara segar di sana. Sekalian untuk menjernihkan pikirannya setelah beberapa hari mencari ibunya.

Kini Yona sudah duduk di sebuah kursi besi yang ada di taman. Memegang ponsel sambil membaca novel online kesukaannya. Sedikit terhibur dengan cerita yang ia baca. Cerita seorang pria matang yang jatuh cinta pada calon menantunya. Untungnya itu hanya cerita novel, yang tidak akan mungkin ia temui di dunia nyata. Memang namanya cinta kalau sudah datang, siapapun tidak akan bisa menolaknya. Namun bagi Yona sendiri, yang memiliki sifat realistis, ia mengartikan cinta adalah sebuah komitmen jangka panjang yang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Tidak hanya didapat dari pandangan pertama, dari mata turun ke hati, namun lebih ke sebuah perjuangan dan pengorbanan.

Yona mengakhiri kegiatan membacanya, karena novel itu masih berlangsung. Kalau mau lanjut baca lagi, harus nunggu pembaruan bab terbaru dari si penulisnya.

Yona merasa sudah cukup menghirup udara segar di taman. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. melanjutkan rebahan di kamarnya. Namun tiba-tiba ponselnya berdering. Ada panggilan dari Finn.

“Iya, halo?” sapa Yona setelah panggilannya tersambung.

“Kamu lagi sibuk, Yon?” tanya Finn.

“Tidak, Kak. Ada apa?”

“Aku di depan rumah kamu. Boleh ajak kamu jalan?”

Yona sangat terkejut. Bisa-bisanya Finn menghubunginya dan mengajaknya jalan di saat pria itu sudah sampai di depan rumahnya. Bagaimana kalau ia tidak ada di rumah.

“Halo, Yona? Kamu masih di sana?” tanya Finn saat tidak ada jawaban dari Yona.

“Boleh.. ehm, boleh Kak. Kak Finn masuk saja. aku akan bersiap sebentar,” jawab Yona mendadak gugup. Panggilan itu terputus. Yona berlari masuk ke dalam rumah dan segera ganti pakaian.

Finn pun meminta ijin pada satpam yang menjaga rumah Yona kalau ingin bertemu dengan Yona. Satpam itu sedikit takut melihat wajah garang Finn yang mahal senyum. Bagaimana mungkin anak majikannya memiliki teman yang tidak seusia Yona. Dan lagi, wajahnya sangat menakutkan menurut pria berbadan kurus itu.

Finn sudah dipersilakan masuk. Pria itu menunggu di ruang tamu, dan diminta oleh pembantunya agar menunggu Yona sebentar. Finn tadi sempat ditawari minum tapi menolak dengan alasan akan segera pergi.

Pembantu Yon aitu tampak berdiri di belakang pilar. Mengintip Finn dan memastikan kalau pria itu tidak berbuat macam-macam.

“Bi, kenapa berdiri di sini?” tanya Yona mengagetkan wanita paruh baya itu.

“Ya ampun Non, ngagetin Bibi aja.” Wanita itu mengusap dadanya yang berdebar-debar.

“Maaf. Bibi sedang apa di sini?”

“Non, apa benar Non Yona mau pergi dengan pria itu? Bibi kok takut ya kalau Non Yona diapa-apain. Jangan pergi ya, Non! Nanti ayah Non Yona marah lho,” ujar Bibi masih mengintip Finn dari belakang pilar.

Yona terkekeh. Memaklumi sikap pembantunya yang curiga pada Finn. Karena Yona dulu juga merasakan hal yang sama. Namun setelah mengenal baik Finn, pria itu sangat baik dan hangat.

“Bibi jangan khawatir! Aku akan baik-baik saja pergi saat pergi sama dia,” jawab Yona meyakinkan.

“Ya sudah, aku pergi dulu, Bi!” pamit Yona.

Yona menghampiri Finn yang sedang menunggunya di ruang tamu. Pantas saja pembantunya takut dan merasa aneh saat melihat Finn. Pria itu berdandan ala-ala mafia. Menggunakan celana dan jaket warna hitam, kacamata hitam yang tidak dilepas. Semakin menambah kesan misteriusnya.

“Kita pergi sekarang, Yon?” tanya Finn. Pria itu baru melepas kacamatanya, kemudian menyelipkannya di kaosnya.

“Ya. Lain kali pakai pakaian yang casual saja, Kak. Biar nggak dikira mafia sama Bibi,” ucap Yona sambil terkekeh.

Finn hanya mengulas senyum tipis. Entah bagaimana reaksi Yona kalau tahu siapa dirinya yang sebenarnya. dan sebaiknya Yona tidak akan pernah tahu akan hal ini.

Kini Yona dan Finn sudah berada di dalam mobil. Yona mengajak Finn pergi ke sebuah café, karena Finn bingung mau mengajak Yona pergi ke mana. Aneh, dia yang ngajak jalan, tapi bingung mau jalan ke mana.

Café yang mereka tuju cukup jauh. Yona pernah datang ke sana bersama Ellen dulu saat keduanya ada jam kosong di mata kuliahnya.

Brakkk

Mobil Finn hampir saja oleng saat tiba-tiba ada yang menabraknya dari belakang. Yona mengira kalau ada kecelakaan di jalan itu. namun rupanya tidak. Ada sebuah mobil tepat di belakang mobil Finn yang terus berusaha mengejar dan menabraknya.

“Kak, siapa dia?” tanya Yona ketakutan.

.

.

.

*Happy Reading!!