Dafy Kurniawan seorang penulis fiksi ternama. Karya-karyanya best seller dan berhasil diadaptasi menjadi film yang laris manis.
Setahun belakangan ia mengalami writer’s block. Kondisi dimana seseorang tidak mempunyai gagasan baru sama sekali.
Dafy bepergian melakukan kegiatan diluar kebiasaannya untuk mencari inspirasi dan ide-ide segar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Holiday Trip
Dafy baru saja mendapat bonus dalam jumlah yang besar. Ia juga mendapat kabar kepastian bahwa karya terbarunya akan diangkat ke layar lebar.
Bukan hanya isapan jempol belaka. Rumor itu menjadi kenyataan yang menyenangkan.
Rumah produksi sudah mengumumkan secara resmi. Aktor dengan nama-nama besar turut terlibat dalam proyek yang menjanjikan ini.
Sutradara baru yang sedang naik daun karena prestasinya pun dipilih. Diharapkan film ini bisa sukses meraup banyak keuntungan sama seperti adaptasi dari bukunya yang telah berkali-kali melakukan cetak ulang.
Dengan adanya pemasukan ini Dafy memilih untuk berlibur jauh. Sebuah self reward kepada perjuangan dan kerja kerasnya selama ini.
Tapi kali ini ia wajib berkompromi. Ia tidak bisa lagi menentukan semaunya sendiri. Karena sekarang dimana pun ada Dafy di situ pasti ada Klara.
“Apa kamu yakin?”,
“Final answer?”,
“Aku yakin kita harus pergi ke sana”,
“Deal”,
Dafy dan Klara berdiskusi kemana mereka akan melakukan perjalanan bersama. Liburan kali ini mereka memilih untuk pergi ke belahan sisi bumi yang lain.
Mereka telah menandai beberapa tempat yang sama sekali belum pernah mereka datangi sebelumnya. Ke sana lah mereka berdua akan jalan-jalan. Ke benua yang biru.
*
Di sebuah festival Carnaval salah satu yang terbesar di dunia.
“Ini menakjubkan”,
Klara harus berteriak ketika berbicara. Di dalam keramaian lautan manusia beraneka rupa.
Klara dan Dafy ikut bergabung di dalam pawai carnaval itu.
“Jangan jauh-jauh dariku”,
Dafy pun berteriak takut kalau Klara hilang ditelan kerumunan orang-orang yang serba berdandan.
Dafy dan Klara memakai baju couple traditional daerah setempat. Mereka juga berpenampilan ala-ala festival carnaval tersebut.
Wajah dan tangan mereka dipenuhi oleh corat-coret bergambar warna-warna terang.
Mereka sama-sama memakai pernak-pernik kalung dan gelang yang meriah. Saat berjalan nyaring bunyinya.
Supaya tidak terpisah Dafy mengikat tubuhnya dengan kain tali yang tidak terlalu panjang. Ujung kain tali itu juga mengikat tubuh Klara.
Jika perempuan itu hilang arah Dafy hanya tinggal menariknya. Saat Klara mau memimpin jalan Dafy tinggal mengikutinya.
Dengan penuh suka cita Klara dan Dafy menjadi bagian dari pertunjukkan itu. Mereka begitu senang bisa melihat dari dekat dan langsung berbincang-bincang dengan para penampil yang lain. Kostum dan dandanan mereka sangat mempesona.
*
Tenda Peramal.
Di hari yang lain di tempat festival berlangsung.
Klara mengajak Dafy untuk masuk ke dalam sebuah tenda.
“Apa kamu yakin?”,
“Kamu percaya sama yang seperti ini?”, tanya Dafy.
“Sudah kita masuk saja”, Klara bersikukuh.
Mereka berdua masuk ke dalam tenda seorang cenayang. Ongkosnya lumayan mahal.
Seorang pria tua yang sudah kehilangan seluruh rambut kepalanya adalah sosok peramal di dalam tenda tersebut.
Tagline dari tempat itu adalah “bisa melihat gambaran masa depan”.
“Siapa kalian?”,
“Apa yang ingin kalian ketahui tentang masa depan?”, tanya si peramal gundul itu.
“Namaku Klara dan ini kekasihku Dafy”,
“Apa yang akan terjadi dengan kami di masa depan?”, tanya Klara dengan penuh semangat.
“Kalian berdua akan hidup bahagia bersama selamanya”,
“Setelah masa-masa sulit dan pahit yang terjadi karena ulah masa lalu, kebahagiaan akan muncul dengan lebih memahaminya”, kata-kata jawaban peramal itu.
Setelah keluar dari tenda cenayang.
“Dafy, kamu dengar kata peramal tadi?”,
“Kita berdua akan hidup bahagia dan bersama selamanya”, kata Klara girang.
“Itu kan memang yang kita rencanakan”, jawab Dafy datar.
“Semua pasangan pastinya juga begitu”, kata Dafy di dalam hati.
Dafy mengerti. Karena begitulah sifat seorang perempuan yang senang disanjung-sanjung.
*
Di sebuah Negara Lain,
Pada permulaan malam,
Dafy dan Klara pergi jalan-jalan di kota yang penuh dengan cerita mitologi. Kota terbesar kedua di negerinya para dewa-dewi.
Di pinggir jalan ada sebuah pertunjukkan menarik yang membuat Klara ingin ikut melihatnya.
Meski tidak banyak ditonton orang tapi pertunjukkan itu membuat orang-orang yang datang ke sana memperhatikannya dengan sangat serius.
“Ini apa?”,
“Semacam sulap?”,
Tanya Dafy yang tidak begitu tertarik.
“Bukan”,
“Ini semacam therapy”,
Jawab Klara yang tengah serius menyaksikannya.
Pertunjukkan itu rupanya bukanlah milik seorang penyair atau pun seorang penyanyi. Melainkan milik seorang psikolog yang sedang memberikan therapy trauma secara gratis kepada siapa saja yang menginginkannya.
Tidak hanya itu. Jika orang-orang yang datang merasa malu dan insecure untuk melakukan therapy section secara langsung yang ditonton banyak orang di pinggir jalan.
Therapist itu juga menyediakan selebaran kepada orang-orang tentang bagaimana cara melakukannya sendiri di rumah dengan bantuan orang-orang yang mereka percaya.
Therapist itu adalah seorang profesional yang senang berbagi ilmu dan kebaikan untuk orang-orang di sekitarnya. Ia melakukannya tanpa memungut biaya. Membagikan metodenya yang sudah teruji untuk mengatasi masalah negative trauma.
Penjelasan dan langkah-langkah kognitif yang harus dilakukan tertera di selebaran yang tidak terlalu tebal itu. Ada juga website dan videonya di internet. Cara melakukannya secara mandiri mudah dan praktis.
Metode ini legal dan sudah diakui. Tidak memicu trauma ulang dan bertujuan untuk menghilangkan trauma mental. Sehingga seseorang akan benar-benar terbebas dari perasaan takut dan merasa bersalah.
Klara memperhatikan sesi di pinggir jalan itu dengan sungguh-sungguh. Bahkan ia sampai terharu dan menangis.
Klara juga tidak lupa mengambil beberapa selebaran yang banyak disediakan.
Sementara itu Dafy yang tidak terlalu mengerti dan tidak juga memperhatikan hanya memeluk Klara dari belakang. Sambil menguap karena bosan dan mulai mengantuk.