Sila, Susilawati 25 tahun ibu dari seorang putri kecil dan istri dari seorang pengusaha mapan bernama Hadi Tama 28 tahun. Keluarga kecilnya yang bahagia hancur ketika dirinya di jebak hingga tanpa sadar dia ditemukan oleh sang suami dalam keadaan tidak pantas di sebuah kamar hotel hingga sang suami menceraikan nya dan mengambil hak asuh atas anaknya. Siapa yang menjebaknya? dan siapa yang pria yang bersamanya malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KYKB 33
Sementara itu di kediaman Hendrawan, semua orang terlihat berwajah suram. Apalagi seorang wanita paruh baya yang sedang memeluk seorang wanita muda yang sedang menangis terisak di hadapannya.
"Sebaiknya lupakan saja pertunangan ini, dan lupakan kalau kalian pernah mengenal keluarga Praja!" ucap ketus seorang wanita paruh baya.
Wanita paruh baya yang memeluk wanita yang sedang menangis itu lantas bangkit berdiri, dan mendekati wanita yang bicara dengan nada ketus dan wajah kecewa itu.
"Aline, jangan bicara begitu. Bagaimana bisa kami terutama aku melupakan kebaikan Aline dan keluarga. Kalian sudah memberikan aku tempat tinggal di kala aku dan keluargaku dulu kesulitan. Jangan bicara seperti itu!" bujuk Davina.
Benar, perempuan paruh baya itu adalah Davina Hendrawan, ibu kandung Dave. Ibu Dave memang bukan wanita yang berasal dari keluarga berada. Dulunya dia pernah tinggal di keluarga Praja saat kuliah dan sebelum bertemu dengan Rizal Hendrawan, ayah Dave.
"Lalu aku harus bagaimana Davina, putra mu tidak datang di malam pertunangan nya dengan putriku. Tidak kah kamu lihat bagaimana pandangan semua orang pada putriku dan pada keluarga ku. Kalian memang keluarga terpandang, terhormat mungkin kami memang tidak sebanding dengan keluarga kalian, atau bahkan kerelaan putriku menunggu Dave sembuh juga tidak berarti sama sekali kan bagimu dan Dave?" tanya Aline kesal.
Sementara Luna, putri bungsu Aline hanya bisa diam sambil terus menyeka air matanya karena dia juga sangat kecewa karena Dave tidak datang di malam pertunangan mereka yang telah di tetapkan oleh kedua keluarga.
"Bukan begitu Aline, aku sudah menghubungi Dave dan aku sudah mengatakan kalau dia harus pulang... !" Davina menjeda apa yang mau dia katakan.
"Baiklah, aku minta maaf. Aku tidak bisa mengatur putraku dengan baik. Aku sendiri yang akan menjemput Dave dan memintanya agar menemui Luna dan minta maaf padanya. Masalah pertunangan...!"
"Aku sudah tidak mau lagi membicarakan pertunangan, kalau pun memang kamu mau Luna menjadi menantu mu, sebaiknya langsung menikahkan Dave dan Luna saja. Aku tidak mau sampai hal ini terjadi lagi!" ucap Aline memberikan pendapatnya pada Davina.
'Menikah? ibu pasti sudah tidak waras kalau setuju. Tunangan saja kak Dave tidak mau datang, apalagi menikah? dan lagi apasih yang membuat ibu begitu yakin wanita cengeng itu bisa mendampingi kak Dave, aku saja tidak suka sama sekali padanya!' batin Shafa, adik kandung Dave uang juga berada di ruangan itu.
Rizal Hendrawan yang sejak tadi diam pun akhirnya membuka suaranya.
"Sudahlah, jangan di perpanjang lagi masalahnya. Kalian sendiri lihat kan, kalau kita yang memutuskan dan menyiapkan semuanya sama saja buang-buang waktu dan tenaga. Yang akan menjalani semua ini adalah Dave dan Luna. Biarkan mereka berdua bicara dulu, jika kita yang menentukan lagi dan Dave tidak datang lagi? bukankah hanya akan membuat hubungan keluarga kita yang selama ini baik-baik saja menjadi bermasalah?" tanya Rizal Hendrawan setelah memberikan penjelasan panjang lebar pada Aline, Davina dan Luna.
"Tapi ayah, Dave itu tidak pernah dekat dengan wanita. Bagaimana mungkin...!"
"Seharusnya itu menjadi cara yang baik untuk kak Luna, kalau memang dia mau menikah dengan kak Dave, harusnya dia berusaha mendekati kak Dave dan membuatnya nyaman!" sahut Shafa yang sudah tidak senang dengan perbincangan yang tak ada ujungnya ini.
Luna langsung melirik tajam ke arah Shafa.
'Oh, lihatlah. Aku mengatakan hal yang benar dan dia melihatku seperti aku telah sangat menghinanya!' batin Shafa sambil memalingkan wajahnya dari Luna.
"Benar kata Shafa, kami juga tidak bisa memaksakan apapun pada Dave, dia bukan lagi anak remaja atau pria berusia 20 an tahun yang bisa kami atur, dia sudah dewasa, usianya sudah 30 tahun, semua keputusan ada di tangannya. Dan kalau nak Luna memang mau menjadi istri Dave, seharusnya apa yang dikatakan Shafa tadi bisa jadi cara yang baik!" jelas Rizal dengan pembawaan yang begitu tenang dan santai.
Luna dan Aline saling pandang, sepertinya mereka tidak bisa membantah lagi apa yang Rizal Hendrawan katakan pada mereka itu.
"Tapi bagaimana bisa Luna menunjukkan perhatian pada Dave, jika mau bertemu saja sulit sekali!" keluh Aline.
Karena selama ini memang Dave sangat sibuk, jangan kan untuk bertemu, untuk bicara melalui telepon saja, Luna harus melalui Davina sebagai perantaranya.
Davina dan Rizal saling pandang, mereka lalu melihat ke arah Shafa. Putri bungsu mereka itu biasanya punya banyak sekali akal.
"Ck... mudah saja. Selama ini jangankan kak Luna, bahkan kami saja yang keluarganya jarang sekali bisa menghabiskan banyak waktu bersama dengan kak Dave. Dia memang lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja bersama dengan karyawan nya, kalau kak Luna mau menghabiskan waktu bersama kak Dave, kenapa kak Luna tidak coba menjadi asisten atau sekertaris kak Dave saja?" tanya Shafa setelah menjelaskan panjang lebar pendapatnya.
Rizal tersenyum puas dalam hatinya mendengar apa yang putri bungsunya itu katakan. Sementara Luna terlihat mengerutkan tipis keningnya.
'Aih, bekerja? yang benar saja? aku mau menjadi nyonya Dave Hendrawan meskipun aku tahu dia tak akan menyentuhku karena aku ingin hidup enak tanpa harus bekerja, kenapa aku malah harus bekerja untuk mendekati Dave?' tanya Luna dalam hati yang sangat tidak suka dengan saran yang Shafa katakan barusan.
Aline tidak berkomentar, dia memang setuju dengan cara itu. Tapi putrinya itu tidak terlalu pintar. Dia takut malah Dave akan sangat tidak suka pada Luna kalau dia bekerja sebagai asisten atau sekertaris Dave yang pastinya harus punya keahlian dan kecakapan khusus.
Davina yang merasa kalau cara itu adalah yang paling benar langsung menghampiri Luna dan memintanya untuk bangun.
"Kamu mau kan bekerja di kantor Dave, kalau kamu mau, Tante akan langsung menghubungi Dave atau sekertaris pribadi nya agar kamu bisa bekerja di sana?" tanya Davina yang juga masih ingin meminta pendapat Luna.
Luna terlihat bingung, dia lalu melirik ke arah ibunya. Aline langsung mengangguk pelan. Membuat Luna juga langsung mengangguk di depan Davina.
Davina tersenyum, dia senang Luna mau berusaha mendekati Dave.
"Bagus! dengan begitu kamu bisa semakin dekat dengan Dave. Tante yakin kamu pasti bisa mengambil hati Dave, seperti kamu telah mengambil hati Tante!" seru Davina lalu memeluk Luna.
Aline sangat senang karena Davina begitu menyayangi Luna. Sementara Rizal dan Shafa hanya saling pandang. Mereka bukan tidak tahu kalau sebenarnya Aline dan Luna bersikap baik hanya kalau ada Davina. Mereka bahkan pernah memergoki Aline dan Luna memakai seorang pelayan di restoran karena tidak sengaja menumpahkan air sirup di gaun Luna. Tapi saat itu Aline dan Luna tidak menyadari keberadaan Rizal dan Shafa, dan ketika Davina datang, Aline dan Luna langsung bersikap sangat berbeda seratus delapan puluh derajat dari sikap awal mereka yang marah dan memaki pelayan itu. Begitu Davina datang Aline bahkan memberikan uang tunai yang cukup banyak pada pelayan itu untuk mengganti kerugian atas gelas yang pecah. Luna juga ikut memeluk pelayan yang sudah menangis itu dan berpura-pura menenangkan nya.
'Aku berani bertaruh, kak Dave lebih peka dari siapapun di keluarga ini. Kak Randy mungkin akan buta pada kecantikan seorang wanita, tapi kak Dave, dia tidak akan tertipu pada wanita bermuka dua seperti Luna!' batin Shafa yang merasa sangat percaya kalau kakak nya itu tidak akan pernah tertarik pada Luna.
***
Bersambung...
jangan terpuruk dan harus move on...
💪💪💪 sila.