Kaulah, Pilihan Hati

Sarapan pagi jadi terasa ramai, Aryan tidak berhenti berceloteh, di tambah hadirnya Aretha yang membuat keduanya bernostalgia membahas masa lalu. Aryan menceritakan bagaimana garangnya seorang Aretha ketika menunggangi kuda besi miliknya.

" Kapan kapan , aunty dan uncle harus melihat sekeren apa menantu kalian ini saat sedang berada di sirkuit." Ucapnya memuji Aretha. Dan untuk mempertegas pujiannya, Aryan sampai mengangkat kedua jempolnya.

" Benarkah? Umi jadi penasaran."

Aretha tertunduk malu.

" Aku sudah lama tidak melakukannya umi. " Ujarnya.

" Dan aku juga melarangnya !" Tiba tiba muncul suara sumbang yang mengagetkan semua orang. Padahal sejak tadi suara itu tidak pernah terdengar.

Semua menatap Zayn. Di beri tatapan aneh sama sekali tidak membuat Zayn terintimidasi.

Semenjak masuk FK di tambah kejadian mengenaskan hingga membuatnya trauma, Aretha meninggalkan klub motornya. Dia tidak lagi punya keinginan untuk bergabung dengan tim yang selama ini selalu solid, di mana dia yang termuda dan menjadi kesayangan kakak kakaknya. Bahkan untuk memegang kendaraan roda dua itu saja, Aretha tidak punya nyali.

kembali lagi ke Zayn.

Pria tampan itu terlihat asik mengunyah sarapannya setelah berhasil melempar bom dan membuat semua orang menatapnya dengan tatapan heran.

Terutama Aretha, mungkin lebih baik jika dia jadi kura kura saja jadi kepalanya bisa dia sembunyikan di dalam tubuhnya. Aretha malu. Saking malunya, dia yang awalnya begitu antusias mengobrol dengan Aryan jadi diam seribu bahasa. Sarapannya yang berupa sepotong roti tawar tanpa selai kini teronggok tidak lagi di pedulikan Aretha.

Aryan tersenyum diam diam, begitupun dengan umi. Abi Adam yang pembawaannya memang cuek sepertinya tidak terlalu mengerti situasi.

Zayn selesai sarapan. Abi Adam sudah di antar umi ke pintu depan. Tinggallah mereka bertiga. Namun beberapa detik setelah umi pergi, Zayn pun pamit.

Zayn masuk kembali ke kamar dengan alasan mengambil barang yang tertinggal. Tapi yang terjadi sebenarnya adalah...

Zayn membuang tubuhnya ke ranjang, berguling ke sana dan kemari sembari menyembunyikan kepalanya di bantal.

" Astaghfirullah. Tadi itu, aku waras kan? Kenapa mulut ku tidak bisa aku kontrol?" Tanyanya pada diri sendiri.

Wajahnya bersemu merah, ternyata Zayn juga di landa rasa malu.

Mendengar pujian dari Aryan membuat Zayn jadi geram. Mungkin itu adalah akar masalah hingga tanpa sadar dirinya mengeluarkan larangan untuk Aretha, larangan yang sebenarnya sangat tidak perlu di ungkapkan, mengingat jika Aretha memang sudah tidak ingin melakukannya. Tapi dorongan dari dalam hatinya mengharuskan nya untuk mengeluarkan kata kata larangan itu.

Sementara itu, Aryan sudah berangkat ke bandara. Penerbangan nya di majukan setelah mendapat telpon dari sang asisten. Namun sepanjang jalan, Aryan terkekeh mengingat kejadian di meja makan saat sarapan tadi.

Ya, malunya Aretha dengan sikap spontan Zayn adalah sebagian dari rencana nya untuk membuktikan sebucin apa Zayn pada Aretha.

Dan Aryan berhasil. Faktanya, Zayn benar benar tidak menyukai perjalanan masa lalu Aretha yang membuat istrinya itu trauma.

" Aku harus liat sebesar apa kemajuan mu mendekati Aretha saat aku datang lagi ke sini. Atau bisa jadi kamu sudah membuatnya hamil.. Hahahahaha" Aryan tergelak jika membayangkan kembali wajah Zayn yang datar serta perlakuan nya yang sedikit kasar pada Aretha. Lucunya, Zayn seperti tidak menyadari perasaannya sendiri.

Aryan tidak berhenti tertawa, sudut matanya berair jika mengingat kakak sepupunya itu.

" Dasar si gunung Everest."

*

*

Rumah sakit .

Operasi yang membutuhkan waktu sekitar enam jam itu selesai. Zayn nampak kelelahan, bawah matanya menghitam pertanda kalau dia kurang tidur.

Bayangkan saja, semalaman dia harus begadang dengan adanya Aretha yang berbaring di sampingnya.

Beruntung, setelah ini, dia tidak ada lagi operasi.

Zayn masuk ke dalam kamar untuk istirahat. Ranjang khusus satu orang nampak melambai lambai memanggilnya.

Tanpa menunggu, Zayn membaringkan tubuhnya di atas ranjang tersebut, lima menit kemudian dia sudah terlelap.

Aretha yang baru saja keluar dari kamar operasi mendapat panggilan dari Abi Adam. Dia bergegas ke ruangan mertuanya.

Setelah mengucap salam, Aretha di persilahkan masuk.

Abi Adam nampak tersenyum menyambut kedatangan menantunya.

" Duduk nak."

" Iya bi."

" Bagaimana hari mu? Apa semuanya berjalan dengan lancar?"

Aretha mengulas senyum." Alhamdulillah lancar bi."

" Alhamdulillah. Abi memanggilmu untuk membahas masalah yang kemarin."

" Iya Abi."

" Abi sudah berbicara dengan semua pihak terkait mengenai Zayn yang melarang mu masuk ke ruangan BC. Dan hasilnya, mereka menambahkan satu semester untukmu karena penolakan itu."

" Aretha tidak ada masalah bi, sudah untung tidak di DO. Satu semester itu tidak lama, Aretha akan menjalaninya dengan baik dan tidak akan mengecewakan abi." Kata Aretha tersenyum lebar.

Ya, ini suatu hal yang langka, mungkin karena dia menikah dengan anak dari pemilik Brawijaya Hospital, makanya, Aretha tidak mendapatkan pinalti karena sudah keluar dari jalur stase residensi nya. Kekuatan orang dalam begitulah kira kira, meski dengan konsekuensi pertambahan satu semester.

Abi Adam terkekeh. " Bagus, kamu memang bagian dari keluarga Brawijaya."

Aretha tertawa.

" Oiya, Zayn mana? Apa dia ada operasi?"

" Tadi aku menemaninya di operasi pertama, tapi harus aku tinggalkan karena ada panggilan emergency dari IGD dan selanjutnya ikut operasi pasien yang mengalami kecelakaan."

Abi menganggukkan kepala.

" Baiklah, kamu pasti sibuk, maaf karena memanggilmu menemui Abi."

" Tidak apa apa Abi. Kalau begitu Aretha pamit. Assalamu'alaikum."

" Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Aretha meninggalkan ruangan Abi Adam, di tengah perjalanan kembali ke kamar operasi, panggilan telepon yang berasal dari rumahnya membuat Aretha segera mengangkat nya.

" Tha....Mbak mu pulang."

Aretha berhenti. Samar samar dia mendengar uminya menyebutkan seseorang. " Siapa umi?"

" Kanaya, dia pulang ke rumah." Terdengar suara umi Nisa menahan tangis dan amarah di saat yang bersamaan .

Aretha menghela nafas.

" Ba..baiklah, selesai dari rumah sakit, Aretha akan pulang."

Panggilan berakhir, terlihat tangan Aretha bergetar. Kakinya juga ikutan lemah. Untuk sementara, dia memilih duduk di salah satu bangku panjang yang memang sengaja di siapkan untuk para pengunjung.

Aretha mencoba menenangkan diri.

" Jika dalam waktu kurang dari enam bulan dan mbak Naya kembali, mari kita akhiri semuanya. "

Itulah pernyataan yang di keluarkan dari mulutnya sendiri, dan sampai detik ini ia menyesal telah mengatakannya. Tapi, apa dayanya? Waktu enam bulan yang dia sarankan sepertinya harus segera berakhir.

Aretha tertunduk, ia menangis.

Semalam, setelah sekian lama dia hidup sendiri, untuk pertama kalinya dia tidur tanpa bermimpi buruk. Tapi mimpi menyeramkan itu akan terus kembali menyapa nya dan mungkin akan berlanjut hingga selama nya setelah ia berpisah dengan Zayn.

Zayn...pria pertama yang berhasil mengambil semua cintanya, akan dia lepaskan dengan hati ikhlas.

Walau mereka pasangan menikah, tapi belum tentu takdir Allah berpihak padanya. Berdoa meminta agar Allah memberikan Zayn untuknya sudah dia lakukan sejak lama, tapi sekarang doanya harus dia ganti. Aretha akan meminta kepada Allah agar melapangkan hatinya untuk bisa merelakan Zayn kembali kepada cintanya.

Cukup lama Aretha merenung, nasib baik tidak banyak orang yang berlalu lalang di koridor tempatnya saat ini menumpahkan kesedihannya, hingga Aretha bisa leluasa melelehkan cairan bening dari kedua netra indahnya.

Di satu sisi, dia sangat bahagia akhirnya kakak satu satunya kembali juga setelah hampir tiga bulan menghilang tidak ada kabar. Namun di sisi lain, Aretha cukup bersedih karena harus kembali memberikan apa yang sebenarnya memang bukan miliknya.

...****************...