Sekuel off 'Pesona Mama Mertua Muda'
Wajib baca season satu duluan ya ≧∇
"Duniaku ikut mati tanpamu."
Kehidupan Javas hancur saat wanita yang paling dicintainya meninggal. Ia mencoba melarikan diri, menyingkir dari tempat yang menenggelamkan banyak jejak kenangan tentang wanita itu.
Namun, ia tak bertahan lama, Isvara selalu tinggal di kepalanya, sehingga pria itu memutuskan kembali.
Hanya saja, apa jadinya jika Isvara yang mereka pikir telah meninggal—justru masih hidup? Bisakah Javas menggapai dan melanjutkan hidupnya bersama wanita itu lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5 | Bunda Sheva Adalah?
"Yaampun, Sheva. Kamu kok mau aja disuruh manggil Kakak. Ante Chilla gitu jangan Kakak Chilla," kata Bunda Sheva.
Chilla langsung memanyunkan bibirnya. "Aku 'kan emang nggak mau dipanggil Ante sama Sheva, maunya dipanggil Kakak. Soalnya Sheva itu Adik aku bukan keponakan aku, jadi wajar dong panggil aku Kakak," ucap Chilla tidak mau kalah.
"Ngaco ih, sejak kapan Sheva jadi adik kamu?"
"Sejak Kakak nikah sama Papaku lah," ledek Chilla pada Bunda Sheva. Yang langsung membuat Bunda Sheva mengelitiki perut Chilla hingga gadis itu merasa sangat kegelian.
"Apaan sih, Chilla. Bercandaannya nggak lucu tau." Wanita itu pura-pura ngambek, tetapi Chilla malah menertawakannya. Bahkan pria yang tadi sama Sheva serta Sheva sendiri pun ikut tertawa melihat wajah wanita itu saat ngambek. Padahal harusnya Chilla yang ngambek karena habis digelitiki.
"Kangen banget sama Kakak tau," kata Chilla langsung memeluk Bunda Sheva dengan penuh kerinduan.
"Sama, aku juga kangen kamu. Kangen keisengan kamu, kangen ledekan kamu. Pokoknya kangen sama semua yang ada di kamu."
Terdengar bel berbunyi, Bunda Sheva ingin bangkit untuk membuka pintu tetapi tidak diperbolehkan oleh pria itu. "Biar gue aja yang buka pintu," katanya.
"Makasih ya, Yon."
"Kata sama siapa aja sih," balas Dion. Pria yang tadi membukakan pintu untuk Chilla memang Dion, dan sekarang pun Dion lagi yang membukakan pintu.
Bunda Sheva sekarang sedang menemani putrinya yang sedang bermain dengan Chilla, Chilla sudah memberikan barang-barang serta makanannya pada Sheva. Tentu gadis kecil itu merasa sangat senang dan bahagia diberikan banyak hal oleh Chilla.
Tidak lama kemudian, muncullah dua gadis cantik yang merupakan sahabat Dion yaitu Amara dan Friska. "Isvara gue kangen banget sama lo," ujar mereka berdua kompak, keduanya langsung memeluk sahabat mereka dengan penuh kerinduan.
Setelah selesai berpelukan dengan sahabatnya, Isvara mencubit lengan kedua sahabatnya dengan sedikit keras. "Kalian ini ya udah gue bilangin berkali-kali masih aja lupa, gue bukan Isvara lagi tapi Kinan oke. Isvara udah lama mati soalnya," kata Isvara dengan sangat yakin.
Sheva menghampiri sang Bunda yang dipeluk oleh dua orang yang sama sekali tidak dikenalnya, jelas gadis itu langsung bertanya. "Bunda siapa mereka? Kenapa mereka peluk Bunda kayak tadi?"
"Sheva sayang, mereka ini sahabat Bunda. Namanya Ante Amara sama Ante Friska, kamu dulu waktu kecil pernah ketemu sama mereka kok. Kamu lupa ya, sayang," jelas Isvara yang merupakan Bunda dari Sheva.
Isvara memang masih hidup sampai sekarang, karena yang meninggal dunia adalah Dita— Mama kandung Sheva. Dita sendiri adalah teman kampus Isvara dulu yang pernah membully Isvara dan berakhir di keluarkan dari kampus.
Isvara jadi ingat saat-saat kelam dalam hidupnya, saat itu dirinya juga sama diambang kematian. Namun, takdir masih baik padanya dengan tetap membuatnya hidup seperti sekarang. Mungkin memang ia ditakdirkan merawat anak yatim piatu yang bernama Sheva, jika ia ikut pergi dari dunia bersama Dita lalu Sheva sama siapa. Paling berakhir gadis kecil itu akhirnya hidup di panti asuhan.
Flash back on
Kejadian dua tahun yang lalu...
Setelah kepergian Ineisha, Isvara ternyata masih bisa sadarkan diri. Ia berusaha berteriak meminta pertolongan, walau ia tahu sangat sulit karena rumah yang dijadikan tempat menyekapnya terletak jauh dari pemukiman jadi pasti jarang ada yang hanya sekadar lewat.
Isvara merasa sudah tidak kuat lagi, tetapi saat ia hendak menutup mata. Tiba-tiba ada seorang wanita yang ia kenal datang untuk membantunya.
"Di-ta to-longin a-ku, a-ku ud-a ngg-ak ku-at. Ra-sanya sa-kit bang-et, Dit," pintanya dengan wajah menahan rasa sakit. Isvara berdo'a agar Dita mau menolongnya, ia teringat dahulu pernah punya masalah yang membuat Dita enggan menolongnya. Namun, ternyata Dita mau menolongnya. Isvara menangis tidak percaya.
"Yaampun, Isvara kamu kenapa sampai seperti ini? Kamu habis diculik apa gimana ini?" tanya Dita panik, sambil berusaha memapah Isvara. Isvara harus segera dibawa ke rumah sakit sebelum terlambat, Dita berusaha membawa Isvara ke rumah sakit terdekat tetapi ia tidak tahu akan naik apa sedangkan dirinya tidak punya kendaraan.
Dita melihat ada mobil terparkir, ia membantu Isvara masuk mobil. Beruntung di mobil itu kuncinya masih tergantung jadi bisa digunakan, toh Dita juga bisa menyetir.
Keadaan Isvara semakin memburuk, Dita tidak tega dibuatnya. Ia ingin segera sampai ke rumah sakit sebelum terlambat, Isvara sendiri berusaha terus sadarkan diri sambil memegangi perutnya yang habis ditembak sang adik.
Dita ternyata tinggal tidak jauh dari rumah tempat Isvara disekap, wanita itu tadi sedikit terkejut saat mendengar ada suara orang minta tolong. Sedangkan ia tahu di kawasan tempatnya tinggal jarang ada orang, karena memang bukan pemukiman penduduk sebenarnya.
Dengan memberanikan diri, Dita menghampiri asal suara untuk memastikan yang meminta tolong padanya itu manusia sungguhan atau hantu. Namun, jika hantu sangat tidak mungkin ini masih sore belum malam.
Karena yang meminta tolong adalah manusia, apalagi Dita mengenalnya. Dita langsung berusaha menolongnya, walaupun ia tahu pernah ada masalah dengan Isvara. Namun, wanita itu tidak mempunyai dendam karena sadar pembullyan yang ia lakukan juga tidak bisa dibenarkan. Dita menerima bahwa ia harus dikeluarkan dari kampus.
"Kamu bertahan ya, Isvara. Kamu pasti akan selamat," ujar Dita berusaha menyemangati Isvara sambil mengendarai mobil Isvara dengan kecepatan tinggi karena ingin segera sampai
Dita merasa ada yang aneh saat mengendarai mobil Isvara, ternyata rem mobilnya blong. "Mobil ini rem blong Isvara, kamu harus bisa selamatkan diri kamu dengan keluar dari mobil ini. Karena mobil ini pasti akan menabrak karena tidak bisa berhenti sama sekali."
Isvara pun ikut panik ketika mendengar ucapan Dita, belum cukup dengan keadaannya yang sudah sangat lemah ini. Sekarang ditambah dengan rem mobilnya tiba-tiba blong, jelas Isvara langsung menduga ini adalah perbuatan Ineisha. Karena sebelum digunakan mobilnya sudah diperiksa dan tidak ada apa-apa, bahkan baru beberapa hari lalu masuk bengkel. Jadi jika bukan ulah Ineisha rasanya tidak mungkin sekali.
"Kamu kenapa bicara seperti itu, Dita. Selain aku, kamu juga harus selamat. Keluargamu juga pasti juga ingin kamu selamat," ujar Isvara tampak tidak suka dengan ucapan Dita sebelumnya. Isvara sudah bisa dikit demi sedikit menetralisasi rasa sakit di tubuhnya, jadi gadis
"Aku udah nggak punya keluarga, ternyata Papa dan Mama yang merawat aku selama itu bukan orang tua kandungku. Sekarang keluargaku hanya tinggal bayi perempuan yang ada di rumah sakit, cepat atau lambat aku akan meninggal dunia karena aku ternyata penyakit HIV dan aku baru tahu beberapa hari yang lalu setelah melahirkan. Beruntung bayiku nggak tertular penyakit itu," cerita Dita dengan sedih.