Kazuya tak pernah merasa lebih bersemangat selain saat diterima magang di perusahaan ternama tempat kekasihnya bekerja. Tanpa memberi tahu sang kekasih, ia ingin menjadikan ini kejutan sekaligus pembuktian bahwa ia bisa masuk dengan usahanya sendiri, tanpa campur tangan "orang dalam." Namun, bukan sang kekasih yang mendapatkan kejutan, malah ia yang dikejutkan dengan banyak fakta tentang kekasihnya.
Apakah cinta sejati berarti menerima seseorang beserta seluruh rahasianya?
Haruskah mempertahankan cinta yang ia yakini selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riiiiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Tumpangan Antar
Aronio berdiri di samping mobilnya di parkiran, sesekali melirik ke layar ponsel. Sudah hampir 15 menit ia menunggu kedatangan Kazuya sesuai janji mereka sebelumnya. Ia yakin Kazuya tidak mungkin mengingkari omongannya, dirinya mengenal Zuya bukan sehari dua hari. Lama mereka sudah bersama. Merasa terlalu lelah berdiri, Aronio memutuskan untuk menunggu di dalam mobil saja, sejak tadi pun beberapa rekannya sudah mempertanyakan dirinya yang masih berdiri di dekat mobil belum juga pulang dari kantor itu.
Baru saja ia mendudukkan pantat di kursi supir mobilnya, suara notifikasi pesan terdengar.
Yaya:
Mas aku tunggu sepi dulu, nggak enak kalo diliat orang-orang kantor.
Itulah pesan yang ia dapatkan. Ia berusaha memahami keinginan Kazuya tersebut. Aronio menghela napas panjang, memandangi gedung kantor yang sudah mulai sepi. Lampu-lampu parkiran mulai menyala, menambah suasana sunyi. Saat ini sudah hampir pukul lima sore, namun suasana terlihat sepi seperti malam. Cuaca terlihat mendung sepertinya tak lama lagi akan turun hujan. Tidak heran, sudah seminggu ini hampir setiap hari hujan datang, bulan-bulan desember memang musimnya hujan.
Jarinya mengetuk-ngetuk setir mobil, membuat irama penghilang kesunyian. Sosok tersebut belum juga datang, padahal suasana kantor terbilang sudah sepi. Hanya tinggal beberapa mobil dan motor yang terparkir, Aronio duga itu kendaraan beberapa karyawan yang memutuskan untuk lembur.
Tiba-tiba suara langkah tergesa terdengar dari arah belakang. Selanjutnya suara ketukan dari kaca mobil Aronio terdengar tergesa. Aronio menoleh cepat berpikir itu Kazuya, mendapati Sinta dengan wajah penuh kepanikan. "Pak Aro!" panggil Sinta.
Aronio membuka kaca jendelanya. Lalu turun dari mobil, menghampiri rekan divisinya itu. "Ada apa, Sin?" tanyanya, alisnya terangkat. Sambil melihat penampilan Sinta yang sedikit kacau terlihat berkeringat seperti kelelahan.
"Mobil saya mogok, Pak, di depan kafe nggak jauh dari sini. Saya nggak bisa ngidupin sama sekali." Ucapannya tergesa-gesa dengan nafas yang tidak beraturan. "Tadi saya udah coba minta bantuan orang tapi nggak ada yang bantuin. Saya akhirnya mutusin jalan balik ke kantor berharap masih ada mang Ojak—office boy kantor— tapi saya liat mobil bapak masih ada di parkiran. Nggak sengaja juga liat kayak ada orang di dalemnya. Ternyata bener bapak ada di dalam mobil." Lanjutnya lagi menceritakan secara detail.
"Terus mobil kamu masih disana? Nggak ganggu lalu lintas?" Tanya Aronio. Wajahnya ikut terlihat khawatir mendengar cerita Sinta.
"Allhamdulilah aman sih pak. Nggak ganggu lalu lintas untungnya mogok di depan jalan gang belum masuk jalan utama juga." Jelasnya lagi, sesekali mengipas wajahnya menggunakan tangan karena kelelahan. Bahkan keringat terlihat jelas di wajahnya. Nafasnya pun masih terdengar masih tidak teratur.
Aronio membuka pintu mobil, masuk kedalam seperti mencari sesuatu. Lalu keluar memberikan sesuatu kepada Sinta.
"Ini minum dulu, pasti capek banget ya?" Khawatirnya sambil menyerahkan botol air mineral. Botol tersebut telah ia buka tutupnya sehingga Sinta langsung dapat meminumnya secara langsung.
"Terimakasih banyak pak Aro." Tentu hal tersebut membuat senyum Sinta merekah lebar. Bapak managernya ini memang tidak diragukan lagi kebaikan hatinya.
Salahkan hatinya ini yang mendadak bergetar mendapatkan perlakuan baik Aronio. Meskipun sudah ia peringatkan berulang kali bahwa sosok lelaki didepannya ini memang baik kepada semua orang, tetap saja respon hatinya setiap diperlakukan seperti ini berbeda.
Aronio juga memberikan beberapa lembar tisu sama menunjuk kearah wajah Sinta memberi isyarat untuk membersihkan keringat. "Jadi ini rencana kamu mau bagaimana?" Tanya Aronio.
"Tolong banget, Pak, bapak liat dulu mobil saya kenapa. Biasanya kalo lagi mogok gini saya suka minta tolong adik saya benarkan ada bagian di belakang kap mobil gitu yang di benerin saya kurang mengerti apanya. Tapi biasanya cuman sebentar diotak-atik olehnya langsung jadi. Biasanya laki-laki bisa pak benerin nya." Sinta memohon, suaranya terdengar panik.
"Sayang adik saya lagi di luar kota acara kampusnya makanya nggak bisa saya mintain tolong. Mana hari udah gelap banget gini, kayak mau ujan deres." Wajah paniknya sangat kentara.
Aronio jelas ingin membantu rekan kerjanya tersebut. Mana mungkin ia tega membiarkan seorang perempuan dengan kondisi cuaca seperti ini kesulitan. Namun, ia teringat juga alasan dirinya belum pulang menunggu di parkiran ini. Aronio menghela napas. Ia melirik ke arah area kantor yang terlihat sudah sangat sepi, berharap Kazuya segera muncul. Tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan perempuan itu. Akhirnya ia mengangguk.
"Oke, biar saya bantu lihat dulu kondisi mobil kamu sebentar ya. Semoga bisa langsung nyala kembali."
"Siap, Pak! Terimakasih banyak pak Aro. Biasanya cepet kok, semoga!" Sinta bernafas lega. Wajahnya terlihat memerah ntah itu dikarenakan kelelahan tadi atau ada penyebab lain. Apalagi senyum lebarnya tak henti mereka ketika siap untuk membuka pintu mobil di samping kursi pengemudi —Aronio.
•••
"Kazuya??" Suara lelaki terdengar dingin menerpa telinganya. Ada sedikit nada tidak yakin dari panggilan tersebut.
Kazuya masih belum berbalik arah ke sumber suara untuk memastikan siapa gerangan. Ia masih berusaha meredakan suasana hatinya agar tidak diketahui orang lain bahwa dirinya sedang kacau. Ia sejak tadi masih di parkiran kantor. Belum juga pulang setelah menyaksikan adegan Aronio dengan perempuan lain itu.
"Benar kan Kazuya?" Suara itu kembali terdengar, kini lebih dekat.
Akhirnya Kazuya berbalik melihat siapa gerangan pemilik suara tersebut. "Antar?" Ada sedikit keterkejutan dari nada suaranya. Bukan apa, ia pikir lelaki itu sudah pulang sejak tadi. Apalagi keberadaannya sudah menghilang sejak siang.
"Nama Lo benar Kazuya, kan?" Meskipun rautnya terlihat datar tetapi pertanyaan itu seperti ingin memastikan kebenaran nama perempuan didepannya. Kazuya mengangguk mengiyakan, ada sedikit perasaan kesal mengetahui kenyataan bahwa Antar ini tidak tahu namanya secara pasti. Padahal mereka magang sudah terhitung dua hari disini, mana mereka kan hampir bersama bahkan duduk bersampingan, tapi emang dasarnya aja cowok itu cuek dan suka ilang-ilangan.
"Ngapain Lo disini belum pulang?" Heran Antar, matanya meneliti gerak-gerik Kazuya. Terlihat ada sorot intimidasi dari matanya tersebut. Atau itu hanya perasaan Kazuya saja? Ntahlah..
"Ehhh! Ini mau pulang kok." Jawab Kazuya mengotak-atik handphone pura-pura menghubungi orang. Namun, gerakannya tiba-tiba terhenti, teringat siapa yang akan dihubungi nya?
Aronio?
Bukankah lelaki itu lebih memilih pergi dengan perempuan lain dibanding menunggu dirinya.
"Lo nggak ada kuota? Nggak bisa ngubungi orang untuk minta jemput atau pesan ojek online?" Tanya Antar melihat gerak-gerik Kazuya yang mendadak terhenti dan melamun memandangi handphonenya.
"Meskipun kita nggak kenal begitu dekat, Lo pulang sama gue aja deh." Nada bicaranya terdengar malas ketika mengatakan itu, namun ada penekanan bahwa ucapannya adalah perintah yang tidak mau dibantah.
"Nggak mau gue tiba-tiba besok ada informasi di berita ditemukan perempuan terbawa banjir di dekat kantor. Tiba-tiba gue jadi tersangka karena di cek cctv Lo terakhir ketemu gue. Udah mau hujan deras ini." Lanjutnya lagi berjalan kearah lokasi kendaraannya terparkir.
Kazuya yang masih mencerna perkataan Antar masih mematung di posisinya itu.
"Buru!! Sebelum gue berubah pikiran." Nada itu berubah perintah. Meskipun ragu akhirnya Kazuya mengikuti Antar. Apalgi dirinya sudah merinding melihat langit gelap yang benar sebentar lagi pasti akan turun hujan yang sangat deras.
......................