bagaimana jika anak kembar di perlakukan berbeda? satu di sayang bagai ratu dan satu lagi di perlakukan layaknya babu.
perjuangan Alana di tengah keluarga yang sama sekali tak pernah menganggap nya ada, ingin pergi namun kakinya terlalu berat untuk melangkah. Alana yang teramat sangat menyayangi ayahnya yang begitu kejam dan tega padanya, mampukah Alana bertahan hingga akhir? akankah Alana mendapat imbalan dari sabar dan tabah dirinya sejauh ini?
cerita ini hanya fiktif belaka ya, kalo ada yang namanya sama atau tempat dan ceritanya itu hanya kebetulan, selamat membaca😊❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alana 24
Alana berbaring di tempat tidur sambil membaca bukunya, dia baru selesai mandi dan memakai piyama nya. Seno tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu tentu Alana yang baru saja terbaring itu sontak segera bangun, kalo tidak salah ingat Alana sangat jarang mendapat kunjungan abangnya yang satu itu
"pake baju lain" perintah Seno, Alana cukup gugup Seno tiba-tiba masuk dan menyuruhnya mengganti pakaian
"tamu?" tanya Alana sambil berjalan ke lemari, Alana berfikir mungkin ada tamu di luar dan Seno datang menyuruhnya untuk keluar kamar dan menyambut dengan hidangan,
"pakai baju tidur yang sopan" ucap Seno lagi, Alana berbalik melihat Seno yang terlihat baru saja meletakkan HP miliknya di meja
Seno kemudian keluar begitu saja tanpa ada Kata-kata lagi, Alana heran dan bingung dengan Seno yang tiba-tiba aneh itu. meski tidak mengerti pun Alana mematuhi perintah Seno untuk mengganti piyama nya, sebelum itu Alana menatap dirinya di cermin apa yang salah dengan dirinya? biasanya juga Alana sering memakai piyama itu, Alana juga tidak pernah keluar kamar menggunakan piyama lalu apa yang membuat Seno geram dan tiba-tiba menyuruhnya mengganti baju?
"padahal piyama ini kan favorit Lana.." gumamnya, Piyama berwarna coklat, memang panjangnya diatas lutut dan telanjang dada bagian lengannya pun sangat pendek tapi cukup nyaman baginya..
tunggu! Alana baru ingat, piyama nya ini tidak pernah di lihat Seno atau abangnya yang lain, bahkan Ayahnya juga Alana memakainya hanya saat di kamar dan saat sedang mengunci pintu kamar, belum ada yang melihatnya memakai piyama seksi itu! Alana menatap HP yang sempat Seno pegang tadi, sebelum memastikannya Alana mengganti bajunya dulu
"Jangan-jangan ada yang diem-diem retas kamera HP Lana?" gumamnya mengotak atik HP nya
"tadi.. bang Seno nolongin Lana ya?.. tapi kenapa? biasanya abang Seno yang paling benci dan jijik sama Lana.." gumamnya tak lagi peduli dengan HP
"ck, Tuhan ayolah.. !! jangan ngasih ujian berat dong! Lana gak akan ubah keputusan!! gak peduli apa alasan bang Seno nolongin Lana malam ini tapi Lana gak akan putar balik! Lana gak akan berharap lagi! dan.. gak akan tinggal di rumah ini lagi... nanti" target yang Alana maksud adalah keluar dari rumah besar itu saat usai liburan nanti, untuk sekarang uang yang dimilikinya tidak cukup untuk membeli rumah jadi liburan ini dia akan menghabis kan waktu untuk mencari uang, Black Card yang di berikan Aidan sangat enggan untuknya pakai dia bahkan tidak tau siapa Tuan G yang menjadi aktor di balik layar itu
Alana beralih pada Buku-buku yang sempat di tinggalkannya tadi, dia memilih untuk fokus belajar demi besok. meski Alana sangat kepikiran dengan HP nya yang di retas orang tapi dia menepis nya paksa, besok dia akan pikirkan cara untuk mengatasi hal itu
"abang dari mana?" Aluna yang ingin turun tangga itu bertemu dengan Seno yang ingin kembali kekamar
"kamu kok belum tidur?" tanya Seno lembut
"tadi Luna habis belajar terus sekarang gak bisa tidur, abang temenin Luna sampe tidur yuk.. " rengek Aluna, Seno tersenyum mengangguk dan membawa adiknya itu untuk masuk kamar
"gimana ujiannya? sulit gak?" tanya Seno duduk di samping Aluna yang berbaring
"gak kok, Luna bisa atasin dengan mudah! Luna kan adek abang kalo cuma soal ujian mah, Luna gak akan pernah kesulitan!!" bangga Aluna
Seno tersenyum sambil mengusap kepala adiknya itu. Aluna tenggelam dalam perlakuan lembut Seno
'lain kali Luna juga akan lembut sama Lana' batin nya yang tiba-tiba teringat Alana
Alana sendiri tertidur dengan banyak buku yang di tindih nya, terlalu lelah dengan kerja dan bahkan harus lanjut belajar Alana tanpa sadar terlelap. bahkan suara notifikasi yang masuk hpnya pun tidak mengganggunya sama sekali
saat membuka mata, Alana di buat bingung dengan posisinya tidur. melihat buku tertata rapi di atas meja bahkan dia terbaring dengan rapi di kasurnya, memang sering Alana menemukan dirinya seperti ini tapi tetap saja dia akan bingung, Alana tidak berani beranggapan jika ada di antara abang atau bahkan Ayahnya yang peduli dengannya, Sumi sudah sering di tanyai olehnya namun Sumi sendiri jarang di beri izin kekamar Lana kalau bukan saat dirinya luka karena di pukul
"udahlah, anggap aja kemarin malem gue yang beresin dan lupa" gumam nya menggeliat
Alana dengan semangat berlari kekamar mandi, seperti biasa mandi, sholat dan kedapur. Sumi sudah menyiapkan apa yang akan Alana masak pagi ini, karena Alana ada ujian Sumi pun mengabaikan peraturan Tuan besarnya yang jika hanya Alana yang boleh bekerja di dapur
saat keluar dari kamarnya dan ingin berangkat, Alana melihat momen yang beberapa waktu ini tidak dilihatnya, Pharta yang berdiri di belakang Aluna sambil mengikat rambutnya, Seno dan Rayn yang bergantian menyuapi Aluna dan Ayahnya juga tertawa melihat keharmonisan anak-anaknya, Alana sempat tertegun biasanya saat dia melihat momen itu hatinya akan sakit teriris, dadanya juga akan terasa sesak tapi kali ini berbeda, Alana seolah menyadari sesuatu sekuat apapun Alana berusaha dia tetaplah orang asing bagi mereka. Alana menelan saliva nya kasar menarik nafas kuat dan melanjutkan jalannya berusaha tidak peduli dengan mereka
'memang nya siapa aku? ya.. memang iri rasanya melihat Aluna di sayang tapi begini juga bagus, dengan begini aku juga akan mudah untuk melepas diri dari mereka anggap aja mereka membantuku untuk menjauh..' batin Alana tegar
"Lana tunggu!" Aluna berlari mendekatinya, menarik tangannya paksa
"ayo sarapan bareng, Luna mau sarapan bareng sama kamu" ajak Aluna dengan tersenyum manis
"gue gak biasa sarapan sepagi ini, makasih kalian lanjutin aja" tolak Alana menarik paksa tangannya. Alana pergi begitu saja tanpa peduli dengan raut wajah sedih Aluna
"woi bangsa*t!! adek gue udah baik ngundang lo buat ikut sarapan!" teriak Rayn marah. Alana menghentikan langkahnya mendengar suara keras itu, suara yang juga belum didengarnya beberapa waktu ini
"sudah! lagian juga dia gak penting, ayo duduk Aluna kamu belum selesai sarapan" celetuk Pharta menarik lebut Aluna untuk kembali duduk
"lo berangkat aja, ganggu!" sahut Seno juga
Alana menarik nafas dalam-dalam, ini bukan saatnya untuk dia marah Alana melanjutkan langkahnya keluar dari sana, meski berusaha tergar sekalipun air matanya tidak dapat dia bendung. tangisnya di iringi ayunan pedal sepeda, meski mengusapnya puluhan kali pipinya tetap basah oleh air mata
"Aaaaaaakkkkhhh... "
Alana berteriak tanpa peduli sekitar, ternyata hatinya masih sangat sakit meski dia berusaha untuk kuat, memang tidak semudah itu untuk benar-benar sembuh, Alana menyerah, dia membiarkan airmatanya keluar begitu saja agar hatinya tenang. Alana berhenti di sebuah jembatan kecil yang biasanya dia lewati, Alana melimpahkan tangisnya disana orang-orang sekitar hanya melihat tanpa berani menegur
lima menit setelahnya, Alana puas dengan tangisnya. Alana kembali berangkat ke sekolah, air matanya sudah bisa dia kontrol sakit di hatinya juga sedikit reda. Alana terus menarik nafas dalam untuk menenangkan hati dan fikirannya sebelum sampai di gerbang sekolah mobil Aidan menghentikannya, Aidan turun dari mobil dan menghampiri Alana
"apa non Alana baik-baik saja?" tanya Aidan melihat mata sembab Alana. Alana menatap Aidan, laki-laki itu selalu ada untuknya beberapa waktu ini, meski Alana menolak dan sering menyuruhnya pergi secara paksa Aidan tidak pernah meninggalkannya sama sekali
Alana turun dari sepedanya dan mendekati Aidan
"biarin Lana peluk Om sebentar Ya? Lana rindu sama Bunda Om" ucap Alana memeluk Aidan, Aidan mengusap pelan pundak Alana membiarkan dirinya di peluk gadis itu untuk melepas rindu pada ibunya
"saya akan selalu ada buat non Alana, non Alana kuat.. Bunda pasti sangat menyayangi non Lana" ucap Aidan menenangkan Alana
"om kok tau Alana lagi sedih.. siapa yang suruh om dateng buat hibur Lana? sebenernya Tuan G itu siapa sih om? " tanya Alana melepas pelukannya
"sebaiknya non Lana masuk, takutnya nanti telat.." Aidan mengalihkan pembicaraan, mau tak mau Alana masuk ke sekolahnya selain karena takut telat banyak siswa yang lewat juga memperhatikannya