Risma begitu syok ketika mengetahui bahwa suaminya yang bernama Radit yang selama beberapa tahun tinggal terpisah darinya karena dia dipindah kerjakan di luar kota ternyata telah menikah lagi di belakangnya. Hati Risma pun bertambah hancur ketika mengetahui bahwa selama sebelas tahun menikah dengan Radit dan mempunyai dua orang anak ternyata Radit tidak pernah mencintainya. Radit tidak bahagia hidup dengannya dan memilih untuk menikahi mantan kekasihnya di masa lalu. Lalu apakah Risma akan sanggup menghadapi pengkhianantan sang suami , dan apakah Risma bisa bertahan hidup bersama Radit setelah diduakan dan dia sadar bahwa cintanya yang begitu besar hanya bertepuk sebelah tangan...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Bertengkar
"Jawab dengan jujur mas, kamu ada hubungan apa dengan Nada...!" ucap Risma dengan penuh penekanan.
"Aku dari tadi sudah jujur sama kamu Ris...! , aku nggak ada hubungan apa- apa sama Nada...!" seru Radit dengan emosi karena terus dicurigai oleh Risma.
"Ayah...ibu...kenapa ayah sama ibu terus bertengkar..." tanya Rafa.
"Iya... Sabila takut kalau kalau ayah sama ibu bertengkar... Hik.hikkk...." Sabila menangis.
"Lihat... Ini semua gara- gara kamu Ris, kamu menuduh aku nggak jelas kayak gitu. Kamu nggak kasihan sama anak- anak hah..?" ucap Radit setengah berbisik sambil menatap tajam ke arah Risma.
"Maafkan ibu ya sayang... " ucap Risma membalikkan badannya ke belakang menghadap Rafa dan Sabila.
"Tapi ibu jangan bertengkar lagi sama ayah..." sahut Sabila.
"Iya sayang, maaf ya..." Risma meraih tangan Sabila.
Risma lalu membalikkan tubuhnya kembali menghadap depan. Dia terdiam sambil menatap lurus ke depan. Sedangkan Radit kembali fokus menyetir. Tak lama kemudian mobil mereka pun sampai di depan rumah. Risma turun terlebih dulu lalu membuka pintu pagar rumah. Kemudian Radit memasukkan mobilnya ke garasi. Setelah turun dari mobil, Radit , Rafa serta Sabila menyusul Risma masuk ke rumah.
"Sayang, ayo cuci kaki dan tangan dulu, abis itu ganti baju lalu bobo siang ya..." ucap Risma pada Rafa dan Sabila.
"Iya bu..." jawab Rafa dan Sabila menuruti apa kata sang ibu. Mereka ke kamar mandi setelah itu ganti baju dan pergi tidur.
"Mas Radit... urusan aku sama kamu belum selesai. Ayo ikut aku..." Risma menarik tangan Radit dan membawanya ke dalam kamar.
"Mas, aku tanya satu kali lagi, ada hubungan apa kamu sama Nada....?" tanya Risma dengan menatap tajam pada Radit.
Radit menghela nafas panjang lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
"Harus berapa kali aku jelaskan sama kamu Ris, kalau aku tidak punya hubungan apa- apa sama Nada ...!" jawab Radit merasa kesal karena Risma tidak percaya dengan apa yang dikatakan olehnya.
"Tapi aku tetap nggak percaya mas...! Kalau kamu tidak punya hubungan apa- apa sama Nada. Kenapa kamu begitu akrab sama dia..! Dia berani pegang- pegang kamu...! Dia juga mencium pipi kamu...! di depan mata aku mas...! jelaskan sama aku... Itu artinya apa....!" Risma semakin emosi.
"Dia memang seperti itu orangnya Ris...! Dan itu hal yang wajar...." sahut Radit.
"Wajar katamu mas...? Cipika cipiki dengan perempuan cantik dan seksi di depan istrimu sendiri itu wajar....? Trus lengan kamu diusap- usap sama dia juga wajar....? Kamu nggak mikirin perasaan aku mas sebagai istri kamu...? Hah...?" tanya Risma sambil meneteskan air matanya.
"Ris, kamu ini jangan terlalu lebay. Dan tidak usah berfikir macam- macam, sekali lagi aku katakan ,aku tidak punya hubungan apapun dengan dengan Nada. Terserah kamu mau percaya atau nggak. Aku sudah capek menjelaskannya sama kamu..." ucap Radit lalu keluar dari kamar dan masuk ke kamar anak- anak lalu tidur siang di sana.
Sementara itu Risma merasa begitu kesal dengan Radit, bisa- bisanya di pergi begitu saja meninggalkan Risma, sementara Risma masih ingin membahas masalah ini. Risma tidak percaya begitu saja dengan apa yang diucapkan oleh Radit.
Malam harinya Risma masih saja kesal dengan Radit, sedangkan Radit terlihat cuek dan tidak memperdulikan kekesalan Risma. Dan malam harinya Radit memilih tidur kembali dengan anak- anak sedangkan Risma tidur sendiri di kamarnya.
Hingga keesokan harinya ketika sarapan, Radit dan Risma masih saling diam.
"Ayah, nanti kita ke rumah nenek lagi ya, Sabila ingin main game lagi di komputer om Akbar. Sabila mau main bareng tante Eva. Tante Eva itu baik deh Yah, dia mau ngajarin Sabila main game...." ucap Sabila sambil makan sarapannya.
"Rafa juga mau main PS ya Yah...." sahut Rafa.
"Iya , nanti kita ke rumah nenek..." jawab Radit.
"Kalian ini, main game terus kalau ke rumah nenek. Awas ya ibu nggak suka kalau kalian main game kelamaan. Nanti kalian jadi malas belajar, otaknya dipenuhi sama game..." ucap Risma pada Rafa dan Sabila.
"Biarin aja kenapa sih Ris, lagian anak - anak nggak setiap hari main game. Pegang hape aja nggak di bolehin sama kamu kan. Malah kamu yang tiap hari main hape berjam- jam..." sahut Radit.
"Kamu jangan terlalu mengekang anak- anak dong Ris, mereka itu masih kecil , butuh main. Kamu terlalu banyak aturan, anak- anak itu nggak suka diatur- atur begitu. Kalau apa- apa dilarang , nanti mereka malah makin penasaran dan memberontak..." lanjut Radit.
"Yang melarang anak- anak main game itu siapa...? Aku cuma ngomong ke meraka jangan kelamaan main game nya. Aku juga nggak pernah mengekang mereka kok, mereka suka main di luar rumah sama teman- temannya, nggak pernah aku mengurung mereka di dalam rumah terus...." sahut Risma tidak terima dengan ucapan Radit.
"Kamu ini lama- lama jadi kayak Umi tahu ngga mas, bisanya cuma salah- salahin aku terus..." sambung Risma
"Nggak usah bawa- bawa Umi. Kita lagi ngomongin anak- anak kita, nggak usah sangkut pautkan Umi..." Radit menatap tajam ke arah Risma.
"Aku tahu kamu nggak pernah suka sama Umi, tapi kamu nggak usah selalu bawa- bawa Umi dalam masalah kita dong, apa lagi menyalahkannya..." sambung Radit.
"Apa kamu bilang mas...? Aku nggak suka sama Umi...? Nggak kebalik...? Bukannya selama ini Umi yang nggak suka sama aku...? Umi yang selalu salah- salahin aku... Umi yang nggak pernah menganggap aku benar, aku selalu salah di mata Umi...." sahut Risma dengan penuh emosi.
"Ah sudah lah... ! Capek tahu nggak ngomong sama kamu...!" seru Radit.
"Ayah...hik..hik...jangan marah- marah...hik..hik.." Sabila menangis. Sementara itu Rafa hanya diam dan menunduk.
Radit lalu menggendong Sabila dan menuntun Rafa meninggalkan meja makan.
"Kita ke rumah nenek saja yuk..." ucap Radit pada Sabila dan Rafa. Mereka berdua pun mengangguk.
"Mas...! Kamu tuh kebiasaan banget sih, kalau diajak ngomong pasti langsung pergi. Aku belum selesai ngomong sama kamu mas...!" Risma mengikuti Radit. Radit kemudian menurunkan Sabila.
"Aku capek ribut sama kamu terus Ris...!" bentak Radit sambil mengambil kunci mobil di atas meja, kemudian pergi ke garasi mobil.
Radit membawa Rafa dan Sabila pergi ke rumah bu Ratna. Risma pun hanya menangis sendiri di rumah.
****
Sesampainya di depan rumah sang nenek, Sabila dan Rafa langsung turun dari mobil. Mereka menghampiri bu Ratna yang sedang duduk berdua dengan Eva di teras rumahnya.
"Nenek...." ucap Rafa dan Sabila.
"Eh cucu nenek sudah datang..." sahut bu Ratna. Rafa dan Sabila mencium punggung tangan bu Ratna dan Eva secara bergantian.
"Nek, om Akbar mana ...?" tanya Sabila.
"Om Akbar lagi main ke rumah temannya..." jawab bu Ratna.
"Yaaahh... Sabila sama mas Rafa kan mau main game sama PS...." sahut Sabila.
"Ya udah sana main..." ucap bu Ratna.
"Ayo tante Eva, temani Sabila main Game..." Sabila menarik tangan Eva.
"Sana Eva temani anak- anak main..." ucap bu Ratna.
"Iya Mi..." jawab Eva lalu masuk ke dalam rumah menemani Sabila dan Rafa main game.
"Assalamualaikum Mi..." ucap Radit.
"Waalaikumsalam... Lesu banget kamu Radit, kenapa...?" tanya bu Ratna.
Radit duduk di kursi samping bu Ratna kemudian dia menarik nafas panjang.
"Ada apa...?" tanya bu Ratna.
"Radit habis bertengkar sama Risma Mi..." jawab Radit.
"Kenapa...?" tanya bu Ratna.
"Risma marah- marah ,gara- gara kemarin Nada datang ke sini, dia pikir Radit selingkuh sama Nada..." jawab Radit.
"Memang sok tahu istrimu itu. Pantas aja kemarin waktu ibu buatkan teh untuk Nada, dia ngintip kamu sama Nada di belakang pintu..." sahut bu Ratna.
"Sudahlah kamu nggak usah mikirin Risma yang sok tahu itu. Jangan buang- buang tenaga dan pikiran kamu buat bertengkar sama Risma. Nggak ada gunanya..." sahut bu Ratna.
Lalu bu Ratna ngobrol hal lain bersama Radit. Sementara itu Sabila dan Rafa terlihat seru sekali main PS bersama Eva. Walaupun mereka baru bertemu dua kali ternyata mereka sudah akrab dengan Eva. Iya, Eva memang pandai sekali mengambil hati Sabila dan Rafa hingga mereka berdua pun merasa nyaman bersama Eva.
"Sabila , Rafa... Kalian main berdua dulu ya..." ucap Eva.
"Tante Eva mau ke mana...?" tanya Sabila.
"Ehm... Tante Eva ada perlu sebentar..." jawab Eva.
"Nggak papa kan kalian main berdua dulu...?" tanya Eva.
"Iya nggak papa tante...." jawab Rafa.
Eva pun pergi meninggalkan Rafa dan Sabila. Sabila dan Rafa pun tetap senang main PS walapun tidak ditemani oleh Eva. Mereka sudah pintar mainnya karena sudah diajari oleh Eva. Sesekali Rafa dan Sabila tertawa dan teriak karena saking serunya main PS.
Beberapa saat kemudian bu Ratna masuk ke dalam rumah menghampiri Rafa dan Sabila.
"Duh... Cucu nenek seru banget mainnya..." ucap bu Ratna lalu duduk di belakang Rafa dan Sabila.
"Seru nek... Nenek bisa nggak main PS...?" tanya Sabila.
"Nggak... Nenek nggak bisa..." jawab bu Ratna sambil menatap ke layar.
"Nenek mau diajari main PS nggak...?" tanya Rafa.
"Nggak ah, nenek sudah tua, nggak ngerti mainan begituan. Lihatnya aja udah pusing..." jawab bu Ratna.
"Yah nenek mah payah...." sahut Sabila. Bu Rayna pun tertawa sambil mengusap kepala Sabila yang tertutup kerudung.
"Nek, ayah mana...?" tanya Rafa.
"Ayah ada di kamar. Lagi tidur..." jawab bu Ratna.
"Baru jam sebelas kok ayah sudah tidur nek, kan belum waktunya tidur siang...?" tanya Rafa.
"Ayah kamu kan nanti sore mau kembali ke kota B, naik mobilnya tante Nada, jadi ayah harus istirahat dulu biar nanti di jalan nggak ngantuk..." jawab bu Ratna.
"Kalau tante Eva ke mana nek...?" tanya Sabila.
"Tante Eva... Ehmm... Mungkin lagi mengemas baju yang mau di bawa ke kota B. Kan tante Eva mau pulang bareng ayah kalian..." jawab bu Ratna.
"Ya udah nek , Sabila udahan aja main PS nya mau bantuin tante Eva mengemas baju...." ucap Sabila hendak pergi ke kamar yang ditempati oleh Eva.
"Eh, nggak usah, kamu di sini saja sama nenek. Lanjutkan lagi main PS nya..." sahut bu Ratna.
"Tapi Sabila sama mas rafa nggak boleh lama- lama main PS nya sama ibu nek..." ucap Sabila.
"Halah ngapain kamu dengerin ocehan ibumu itu. Nggak papa main aja, lagian kan nggak setiap hari kalian bisa main PS. Mumpung ada di rumah nenek, kalian bisa main PS sepuasnya...." sahut bu Ratna.
"Beneran nek boleh...?" tanya Rafa.
"Iya boleh..." jawab bu Tari.
"Yeee.. Asik... Ayo kak kita main lagi mas Rafa..." ucap Sabila. Mereka berdua pun melanjutkan main PS hingga puas.
...****************...
"Sabila, Rafa... Ayo pulang, sudah sore...tuh sudah jam empat, satu jam lagi ayah harus kembali ke kota B...." ucap Radit.
"Sebantar lagi ayah... tanggung..." jawab Sabila masih fokus memainkan stik PS.
"Sudah- sudah .. Kalian sudah lama main PS nya , kita harus pulang sekarang, nanti ayah terlambat..." ucap Radit.
Rafa dan Sabila lalu menyudahi permainannya, walapun sebenarnya mereka masih ingin main lagi. Iya mereka tidak ada puasnya kalau di suruh main PS.
Pamitan dulu sama kakek dan nenek..." ucap Radit pada Rafa dan Sabila.
Mereka berdua lalu berpamitan pada bu Ratna dan pak Salim.
"Nek, tante Eva mana...?" tanya Sabila.
"Ada di kamar ..." jawab bu Ratna.
Rafa dan Sabila berlari ke kamar Eva untuk berpamitan padanya.
"Tante Eva..." Sabila mengetuk pintu kamar Eva.Eva lalu membuka pintu kamarnya.
"Tante , Sabila mau pulang... Kapan- kapan tante main ke sini lagi ya, biar kita bisa main PS sama tante Eva lagi...." ucap Sabila.
"Iya Insya Alloh sayang, nanti kapan- kapan tante main ke sini lagi..." jawab Eva yang hanya menggunakan handuk kimono dan melilitkan handuk di kepalanya yang menandakan dia baru selesai mandi.
"Kapan- kapan tante Eva main juga ke rumah Sabila. Sabila punya banyak mainan di rumah. Nanti kita main bareng..." sahut Sabila.
"Iya... Iya...nanti ya kapan- kapan..." jawab Eva.
"Dadah tante Eva..." ucap Rafa dan Sabila.
"Dahhh...." Eva membalas lambaian tangan Sabila dan Rafa.
Rafa dan Sabila lalu pergi meninggalkan rumah bu Ratna.
"Mi, itu Rafa sama Sabila akrab banget sama Eva. Padahal mereka baru dua kali ketemu..." ucap Pak Salim.
"Iya lah Bah... Kan Eva itu suka sama anak kecil. Sifatnya juga lemah lembut .Jadi anak kecil maunya pada nempel sama dia. Kedua adiknya juga dekat banget sama dia..." sahut bu Ratna.
Pak Salim pun mengangguk- anggukkan kepalanya.
Bersambung...