Kehamilan merupakan sebuah impian besar bagi semua wanita yang sudah berumah tangga. Begitu pun dengan Arumi. Wanita cantik yang berprofesi sebagai dokter bedah di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta. Ia memiliki impian agar bisa hamil. Namun, apa daya selama 5 tahun pernikahan, Tuhan belum juga memberikan amanah padanya.
Hanya karena belum hamil, Mahesa dan kedua mertua Arumi mendukung sang anak untuk berselingkuh.
Di saat kisruh rumah tangga semakin memanas, Arumi harus menerima perlakuan kasar dari rekan sejawatnya, bernama Rayyan. Akibat sering bertemu, tumbuh cinta di antara mereka.
Akankah Arumi mempertahankan rumah tangganya bersama Mahesa atau malah memilih Rayyan untuk dijadikan pelabuhan terakhir?
Kisah ini menguras emosi tetapi juga mengandung kebucinan yang hakiki. Ikuti terus kisahnya di dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Three Musketeers (SUDAH REVISI)
Rini menautkan kedua alis, lalu mencondongkan wajah ke hadapan Arumi. Dia menelisik lebih dalam, mencari tahu ada apakah gerangan dengan sahabatnya itu.
"Baiklah, jika kamu tidak mau cerita aku tak kan memaksamu. Namun, apabila di kemudian hari kamu membutuhkan teman curhat aku siap menjadi pendengar setia."
"Terima kasih, aku hargai niat baikmu ini." Arumi mencoba tersenyum manis di hadapan Rini, meski dia sedang bimbang akibat memikirkan pesan singkat yang dikirim oleh orang asing tetapi wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu ingin bersikap tegar di hadapan Rini.
Arumi dan Rini kembali menyeruput kopi pelan, menikmati kebersamaan mereka sambil mendengarkan musik di tengah guyuran hujan.
Tak berselang lama, dari arah belakang seorang wanita berjalan ke arah tempat duduk yang diduduki oleh Arumi. Wanita itu berpenampilan modis, stylis dalam balutan pakaian serba branded. Seulas senyum sinis tersungging di bibir ranum itu. "Kamu pasti datang terlambat 'kan?" protes Kayla.
Wanita berusia dua puluh lima tahun itu berprofesi sebagai seorang model tanah air. Sudah sering tampil dalam acara runaway tingkat nasional maupun internasional. Berparas cantik bak bidadari, tubuh tinggi semampai dan berkulit bersih bagai kilau mutiara.
"Tidak bisakah kamu datang tepat waktu heh?" Kayla terus melontarkan kekesalannya karena terlalu lama menunggu kedatangan Arumi.
Kedua sudut bibir Arumi tertarik ke atas. "Iya maaf, lain kali aku akan datang tepat waktu." Wanita itu menarik tubuh Kayla dalam pelukan.
"Sudah hentikan! Jika kamu terus memelukku, aku akan kehabisan napas."
Arumi terkekeh. "Baru dua bulan tidak bertemu, sikapmu sudah berubah menjadi Kayla yang pemberani dan tidak cenggeng lagi."
"Tentu saja. Aku wanita dewasa dan harus memiliki pola pikir yang berbeda. Jangan sampai terlihat lemah dan mudah ditindas oleh orang lain. Apalagi dunia model sangat ketat, aku harus kuat agar karirku bisa berjaya."
Sontak, ucapan Kayla membuat Arumi dan Rini tertawa. Kedua wanita itu tak menyangka bahwa adik kecil mereka kini tumbuh menjadi wanita dewasa, tangguh dan jauh dari kesan kekanak kanakan.
Padahal dulu ketika masih di panti asuhan, Kayla adalah anak yang paling cengeng, mudah menangis apabila dibully oleh teman-teman di panti membuat Arumi dan Rini siaga. Memasang badan paling depan untuk melindungi Kayla kecil.
Setelah menunggu selama hampir dua puluh menit, seorang pelayan wanita berseragam biru navy lengkap dengan apron putih yang melilit di pinggang datang membawakan pesanan. Di atas nampan terdapat tiga buah cangkir kopi berikut cake kesukaan ketiga wanita itu.
"Permisi, ini pesanannya," ucap pelayan itu ramah. Lalu ia meletakkan ketiga cangkir kopi dan piring kecil di atas meja.
Tatkala ia menggeser semua pesanan itu di atas meja, pelayan itu menyempatkan mencuri-curi pandang ke arah Kayala. Sorot mata berbinar bahagia kala bertemu dengan sang idola. Tanpa sadar, pelayan itu menyodorkan buku kecil beserta pena di hadapan Kayla.
"Nona, saya adalah fans berat Anda. Bisakah Nona memberikan tanda tangan sebagai kenang-kenangan?"
Bosan! Itulah yang dirasakan oleh Kayla. Seorang dara cantik kelahiran dua puluh lima tahun yang berprofesi sebagai seorang model terkenal di tanah air. Setiap berada di tempat umum, ada saja kelakukan fans fanatik yang mengganggu kesenangannya dengan cara meminta tanda tangan.
Sejujurnya gadis itu sudah lelah dengan profesi yang digelutinya sejak berusia tujuh belas tahun. Namun, ia tidak memiliki pilihan lain. Andaikan ia keluar dari dunia model, maka tidak akan ada lagi sumber dana yang mengalir deras ke rekening pribadinya.
Hidup di kota besar dan berprofesi sebagai public figure, menuntut gadis itu untuk hidup serba mewah. Apalagi ia hanya lulusan SMA dan tidak memilik skill lain selain berlenggak-lenggok di atas catwalk atau berpose di depan kamera akan sulit mendapatkan pekerjaan di luar dunia model. Jadi, mau tidak mau ia harus menerima resiko atas pilihan yang diambil.
"Kay, berikan tanda tangan untuk pelayan itu!" bisik Arumi.
Suara lembut sahabatnya itu membuyarkan lamunan gadis itu. Ia menghela napas panjang. Tangannya terulur, meraih buku dan juga pena. "Ini!"
Dengan wajah sumringah, wanita itu menerima buku yang sudah ditanda tangani oleh Kayla sambil berucap. "Terima kasih, Nona." Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, pelayan itu berlalu dan melanjutkan kembali pekerjaannya.
Melihat raut wajah Kayla yang berubah kesal, Arumi bergegas mengusap punggung gadis itu. "Kamu terlihat jelek kalau wajahmu ditekuk!" goda Arumi berusaha menghibur sahabatnya agar tidak kesal karena waktu istirahatnya diganggu oleh orang lain.
Kayla hanya mencebik tetapi tak mengucapkan sepatah kata.
"Aduh, kenapa kalian malah diam saja. Ayo, kita habiskan ini semua!" seru Rini antusias.
***
|| Putra Adiguna Properti ||
"Pak Mahes, ini data calon pembeli yang berencana mengambil dua unit perumahan di kantor kita." Suara serak Hendrik menghentikan sejenak aktivitas Mahes.
Mahesa Putra Adiguna merupakan seorang direktur di sebuah agen properti yang didirikan oleh sang papa. Sejak berusia dua puluh tiga tahun sudah berkecimpung di dunia properti, sehingga tak heran kini di usianya yang menginjak dua puluh delapan tahun banyak prestasi yang telah diraih salah satunya adalah pebisnis termuda di usianya yang terbilang masih relatif muda.
Keberhasilan pria itu berbanding terbalik dalam urusan ranjang. Di kantor dia terkenal pintar melobi klien hingga akhirnya tertarik dan mau bekerja sama dengan Putra Adiguna Properti. Namun, untuk urusan ranjang kemampuannya berada di level menengah ke bawah. Terbukti hingga kini dia belum juga berhasil membuahi sang istri.
Tangan pria itu terulur ke depan, meraih berkas yang dibutuhkan untuk meninjau kelengkapan persyaratan calon pembeli. "Bagus. Pastikan kali ini calon pembeli benar-benar membeli unit perumahan. Jangan hanya PHP dan membuat kantor kita rugi."
Pria yang berdiri di hadapan Mahes mengangguk, kemudian berkata, "Baik, Pak. Kali ini kantor kita akan mendapatkan laba besar apabila dua unit perumahaan itu terjual."
"Sebaiknya memang begitu. Sebab, jika kamu dan Joko gagal, maka bersiaplah gaji kalian akan dipotong sebagai kompensasi atas kegagalan yang ditanggung oleh kantor," ancam Mahes.
"Tenang saja, Pak. Saya dan Joko akan berusaha meyakinkan mereka."
TBC
😢😭